/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Rabu, 23 September 2015

Cinta Terpendam Chapter 4




          Dari kejauhan aku telah dapat melihat laras, dia terlihat cantik dengan jilbab, baju dan celana training yang di pakainya dengan warna yang senada. Wajahnya begitu segar dan menarik walau tanpa polesan make up sedikit pun. Terasa hilang semua keberanian yang telah kumiliki di gantikan oleh perasaan gugup yang tiada tara, jantung terasa berdebar dengan kencangnya hingga tak mampu ku mengaturnya.
“  p ... pagi laras “ aku dengan gugupnya mengeluarkan kata-kata itu. “ pagi juga bang, ayo bang kita mulai jalannya “ laras menunjukkan senyum manisnya lalu mulai berjalan di depanku yang dari tadi hanya mematung memandanginya. Acara marathon pun kami jalani dengan penuh keceriaan dengan candaannya maupun dariku, bukan hanya itu kami terkadang juga membahas beberapa anime yang menurut kami menarik karena kami adalah sesama otaku. Rasa gugup yang sebelumnya sempat ku rasakan pun perlahan mulai menghilang dan berganti dengan senyuman yang terus saja menghiasi wajahku ini.

          “ bang norland, kita berhenti dulu yah sebentar. Laras capek banget nih “ aku memandang laras yang wajahnya di basahi oleh keringatnya dan nafasnya yang aga tidak teratur. “ ya laras, abang juga dah capek. Kamu lap dulu keringatnya pakai ini “ aku memberikannya sehelai kain bersih yang sejak tadi belum ku pakai. “ kamu tunggu di sini yah, abang cari minum dulu “ aku pun lalu berlari menjauh meninggalkannya. Tak lama aku kembali dengan dua buah botol minuman di kedua tanganku dan ini lah saatnya aku harus mengatakan kepadanya mengenai perasaanku.

          “ laras ini minumnya “ aku menyerahkan salah satu botol itu kepadanya dan duduk di sampingnya yang sejak tadi menungguku. “ makasih bang “ senyuman manisnya mulai membuatku gugup kembali. Namun aku harus mengatakannya sebelum terlambat, “ laras abang mau ngomong sesuatu sama kamu “ ia langsung memandangku dengan tatapan innocentnya. “ mau ngomong apa bang ? “ ia terus memandangku dengan tatapan yang sama. “ ehm ... abang suka sama laras, laras mau gak jadi pacar abang “ laras yang sedang minum langsung tersedak dan menyemburkan air yang ada di mulutnya ke depan. “ kamu gak papa laras “ aku mengelus pundaknya karena dia masih agak terbatuk-batuk “ gak papa kok bang “ laras lalu mulai diam dan terlihat seperti sedang berpikir, namun dia terlihat tersenyum untuk beberapa saat lalu mulai serius kembali.

          Aku yang meihat senyuman yang walau hanya sekilas itu pun mulai optimis. Karena aku pasti akan mendapatkan laras, namun “ maaf bang aku, aku gak bisa ... “ laras mulai bangkit dari tempat duduknya dan mulai berlari sambil menunduk, aku yang mendengar itu pun mulai merasa sedih dan seakan air mata mulai ingin mengalir saja. Aku harus di tolak oleh dua orang wanita yang sangat aku suka, semua itu begitu menyakitkan bagiku. Air mata mulai mengalir dari kelopak mata ini dengan perlahan-lahan seakan dunia mulai melambat mendengar apa yang aku dengar barusan.

          Sebuah suara perlahan-lahan mulai menyadarkanku yang sejak tadi terlarut dalam tangisan yang mengalihkan dunia tuk sementara, “ bang ... bang ... “ kata itu perlahan mulai menyadarkanku dari tangisan ini.  Aku mencari asal suara itu dan ku temukan sumbernya yang saat ini berada tepat di depanku, walau agak jauh di depanku dia melambai-lambaikan tangannya. Laras tengah berdiri dan dapat ku lihat dia tersenyum sambil melambaikan tangannya, “ bang aku juga suka sama abang, kalau abang mau jadi pacar aku coba tangkap aku kalau bisa “ laras berteriak semampunya dengan suaranya yang memang gak terlalu besar dan sebelum berlari laras mengejekku terlebih dahulu.

          Aku tersenyum mendengar perkataannya dan mulai bangkit berdiri mengejar laras yang belum begitu jauh berlari, akhirnya aku meraih tangannya dan dia mulai berbalik menghadapku sambil tertawa yang juga ku sambut dengan tawa. “ akhirnya abang dapat kamu dek, jangan harap bisa lari lagi yah “ aku tetap memegang tangannya dengan pelan agar tidak menyakitinya. “ iya ya, tapi tadi abang kenapa nangis. Jelek tau hahaha “ laras tertawa melihatku yang masih menyisahkan air mata di ujung kelopak mataku dan mata yang memerah.  “ ya ini semua gara-gara kamu yang usil banget sama abang “ lalu aku pun mengelus-elus kepala yang kini menjadi pacarku itu.

Bersambung ...
Gimana ceritanya ...
Tolong tinggalkan komennya yah

Terima kasih para pembaca J

10 komentar: