Aku sedang berjalan menyusuri jalan menuju ke sebuah cafe
yang cukup populer di kalangan remaja seperti kami, yah aku tidak sendiri
menuju ke cafe itu. melainkan saat ini aku sedang menggandeng tangan seseorang
yang sangat ku cintai dan juga ku sayangi, aku dan laras mulai memasuki cafe
dengan suasana yang sangat keren karena mengambil tema yang cukup menarik yaitu
klasik dan juga natural. Sehingga membuat para pengunjungnnya dapat nyaman di
dalam cafe ini, begitu juga kami. “ bang aku tolong pesankan coklat panas aja
yah, aku mau ke toilet dulu “ belum lama kami duduk, laras langsung bergegas
pergi setelah menitipkan pesanannya kepadaku.
Tak lama setelah aku memesan coklat panas milik laras dan
cappucino milikku, ada seseorang yang memukul pelan pundakku yang tentu saja
membuatku sedikit terkejut dengan perlakuan itu. saat aku memandang orang yang
melakukan itu, aku sedikit terkejut dan mengucapkan nama itu dengan pelan, “
citra ... “. Orang yang pernah ku cintai dan juga yang telah menghindariku
setelah sekian lama, lalu mengapa citra sekarang menghampiriku ? . “ hi
norland, sendirian aja yah ? “ citra
duduk tepat di depanku karena meja yang kami tempati hanya menyediakan dua
kursi saja. “ hi juga, gak kok aku sama seseorang ke sini tapi dia lagi pergi
ke toilet ? “ aku menjawab pertanyaan citra sambil berpura-pura bermain
handphone, “ oh ya sudah deh, kalau gitu aku pulang dulu yah “ citra mulai
bangkit dari duduknya dan membuatku harus memandangnya sebentar dan menjawabnya
dengan singkat “ ya “. Belum lama citra keluar dari cafe, laras datang dan
langsung duduk di depanku “ tadi kak citra ngapain bang ? “ laras menatap
dengan tatapan innocentnya dan memiringkan sedikit kepalanya ke arah kanan yang
di sanggah oleh kedua tangannya yang tertahan oleh meja. “ gak ngapa-ngapain
kok, dek. Cuma say hello terus duduk bentar langsung pergi dan itu lah yang
sebenarnya terjadi tanpa ada penambahan dan pengurangan sama sekali “ aku
tersenyum dan ikut memiringkat sedikit kepalaku.
Akhirnya jam pelajaran pun telah selesai dan sekarang adalah
waktunya istirahat. Waktu bagiku untuk makan bersama laras, belum sampai di
pintu keluar kelasku. Tiba-tiba citra menarik tanganku ke suatu tempat,
sebenarnya aku ingin saja melawan tarikannya namun ku urungkan itu. di sinilah
aku sekarang di belakang mushola tempat aku menyatakan cintaku kepada citra
namun di tolak olehnya. “ norland, mau gak kamu jadi pacar aku ? “ kata-kata
itu membuatku teramat terkejut dan tenggelam dalam kebingungan, mengapa dia
menembakku dan apa yang membuatnya seperti ini. Aku pernah menyatakan cinta
kepadanya namun di tolak olehnya namun sekarang mengapa citra menembakku yang
amat sukses membuatku bertanya-tanya. Belum sempat aku menanyakan alasannya,
citra langsung menjawab pertanyaan itu sebelum aku menanyakan alasannya. “
norland, maafkan aku dan aku sangat menyesal. Dulu aku sangat bodoh dan tak
mengetahui bahwa orang yang aku cintai itu sebenarnya kamu, norland. Sekarang
maukah kamu jadi pacar aku, land. “ tatapan citra seolah-olah pasrah dengan
jawabanku namun juga dia menginginkan jawaban yang dia amat inginkan itu. “
maaf, citra. Aku gak bisa, aku sudah mencintai seseorang dan aku tak ingin dia
pergi meninggalkanku, cit. “ perkataanku membuatnya meneteskan air mata.
tiba-tiba saja citra memelukku dan menangis di dadaku namun tanganku tetap saja
bergelantungan ke bawah dan aku tak ingin berusaha memeluk citra yang sedang
menangis karena rasa cintaku kepada laras yang membuatku tak sanggup untuk
melakukannya.
Tiba-tiba suara lirih terdengar dari seseorang yang sangat
familiar di telingaku, bukan dari citra. Melainkan suara itu berasal dari laras
yang entah sejak kapan berada di sana, laras mulai berlari sambil terlihat
menangis sebelum dia pergi tadi. Aku langsung sigap melepas dekapan citra dan
berlari mengejar laras yang belum terlalu jauh dan langsung mendekapnya dalam
pelukanku. Laras berusaha melepaskan dekapanku, namun aku tetap berusaha
menahannya. “ dek yang kamu lihat tadi bukan seperti apa yang kamu pikirkan,
abang cinta sama adek dan gak mungkin abang mau menyakiti adek “ perkataanku,
malah di balasnya dengan pukulan-pukulan di dadaku. “ jangan bohong bang, aku
melihatnya sendiri “ belum sempat aku ingin menjawabnya, citra datang dan
menjelaskannya ke laras. “ norland gak bohong, dia memang sangat mencintaimu
dan sebaiknya kamu jangan pernah menyianyiakan cintanya yang tulus itu. seperti
aku yang telah mengabaikan dan menyianyiakan cintanya kepadaku, jangan sampai
kamu mengabaikannya atau kamu akan menyesal sama sepertiku. “ perkataan citra
sukses membuat laras termenung, lalu citra mulai meninggalkan kami berdua. “
maafkan aku bang dan aku janji bakalan gak akan lagi terjadi hal seperti ini.
Adek sayang sama abang “ laras memelukku dengan eratnya “ abang juga dek “.
“ Besarnya cinta tidak diukur dari seberapa banyaknya anda
mengatakan I love you atau pun sejenisnya namun cinta itu diukur berdasarkan
seberapa tulus seseorang kepada anda dan juga sikapnya kepada anda dibandingkan
dengan orang lain . “ – Debby Andrianto
Aye, akhirnya sampai juga di chapter terakhir dari cinta
terpendam
Jangan lupa tinggalkan komen kalian yah
Sampai jumpa di cerita selanjutnya.
terlalu singkat deb.. kurang greget.. mgkin bisa sedikit agak d panjangin.. biar yg baca sedikit prnasaran .. siip dah
BalasHapusok lh cerita ke depannya akan aku buat yang seperti itu, thanks atas masukkannya nov
BalasHapus