/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Sabtu, 28 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 6



Angga POV

          Aku mencoba bertahan menahan amarah saat melihatnya bersama pria itu, pria yang disukai oleh wanita yang ku suka. Mereka saling bercanda tepat di hadapanku tanpa mempedulikan keberadaanku yang sejak tadi di depan mereka, aku mereka anggap hanyalah patung yang tak dapat melihat,mendengar dan juga tak memiliki perasaan seperti mereka. Itulah yang mungkin ada dalam benak mereka seakan dunia hanya milik mereka berdua.

          Setelah berlangsung beberapa hari setelah kejadian menyakitkan itu, aku mendengar berita yang amat menyedihkan bagiku. Berita yang mana keluar dengan sendirinya dari aini, yaitu ia dan azri telah berstatus pacaran bahkan ia sampai membuatnya di media sosial. Sebahagia itukah mereka berdua ? , entahlah. Aku hanya dapat tersenyum sambil menahan rasa sakit yang terus membuatku ingin menjerit karena rasa sakit yang amat sangat sakit kurasakan sehingga membuatku tak mampu lagi tuk hidup. Namun apalah dayaku, aku hanya dapat meratapi nasibku yang menyedihkan ini.

Azri POV

        Akhirnya, aku mendapatkannya setelah cukup lama berusaha. Gadis yang begitu cantik di mataku saat ini, senyumannya yang begitu hangat dan rasa perhatiannya yang hanya ditujukan kepadaku membuatku selalu tersenyum. Namun disaat yang sama, aku harus menghindari seseorang yang amat membuatku risih akan keberadaannya. Dia selalu menggangguku hampir setiap saat dan aku tak mempedulikannya sama sekali karena hanya satu yang ku ingin lihat dengan jelas saat ini yaitu,aini.

          “ hai sayang “ ujarku lalu duduk disampingnya yang sedang mengobrol dengan sahabatnya di kantin. “ hmm hai juga “ aini menundukkan wajahnya yang tersipu malu entah mengapa, sejak kami berstatus pacaran dia hampir selalu seperti ini.namun di saat yang sama aku merasakan hawa yang berbeda yang berada sangat dekat denganku yang berasal dari seseorang didekat kami, seperti hawa dimana seekor hewan herbivora yang ingin diterkam oleh pemangsanya. Sebisa mungkin aku terus mengabaikan tatapan dari orang itu, karena aku memang merasakan sebuah ancaman dalam menjalani hubunganku dengan aini yang berasal dari dirinya.

          Sepulang sekolah aku harus menemui seseorang yang terus menggangguku yang mengirim begitu banyak pesan setiap harinya, dia bukanlah aini yang mengirim pesan yang selalu kunantikan. Melainkan seseorang yang seperti ingin menterorku bagai pembunuh berdarah dingin dan aku harus menghentikannya sekarang juga karena aku telah lelah menghadapi hal ini.

Author POV

          Azri berjalan mendekatinya yang sedang memainkan gadgetnya dengan suasana cafe yang cukup tenang dimana mereka telah sepakati sebelumnya. “ apa yang ingin kamu bicarakan ? “ tanya azri yang langsung to the point tanpa basa basi sama sekali, walau mereka telah lama tidak berjumpa. Hanya seulas senyum yang dapat dibalasnya untuk saat itu lalu dia juga mulai angkat bicara “ sudah lama yah kita tidak berjumpa dan mengobrol ditempat favorit kita ini “ kembali muncul senyuman itu dengan bebasnya muncul di wajahnya.

          “maria jangan bertele-tele dan katakan apa maksud kamu sesungguhnya. Kamu sangat mengganggu hidupku “ azri sedikit menaikkan suaranya kepada maria, seorang gadis yang seumuran dengan azri yang telah merasa di ganggu hidupnya oleh maria. Namun sebuah senyuman aneh yang tercipta oleh maria dengan tatapan sinisnya. “ seharusnya aku yang bilang begitu ke kamu karena sudah menghancurka kehidupan aku, azri. Sekarang aku sedang mengandung anak kamu dan aku ingin meminta pertanggung jawaban yang pernah kamu ucapakan sama aku dan bukannya kamu yang melarikan diri seperti ini “ perkataan yang terucap oleh maria langsung membuat azri terlihat syok dan tatapannya pun berubah drastis. Seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraan ini pun syok mendengarnya namun tercipta senyuman yang aneh yang berasal darinya “ ternyata kamu begini orangnya “ orang itu lalu menikmati minuman yang tersaji di depannya.

Bersambung ...
Maaf baru bisa update, karena susah membangun mood yang lagi labil he he he
Maaf juga karena agak singkat. Sekali lagi minta maaf


Terima kasih sudah membaca J

Jumat, 13 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 5



Angga POV

          Aku hanya dapat menghela nafas sejak tadi, aku harusnya tahu. Tahu bahwa aini lebih menyukai orang lain, orang yang telah aku curigai sejak kedatangannya. Azri. Tapi mengapa aku tadi hanya menerima perkataan aini begitu saja tanpa ada pembelaan atas perasaanku selama ini, lidahku seakan batu yang sulit tuk digerakkan dan bibir ini terus menutup tak ingin melakukan pembelaan sama sekali.

          Arghhh ... teriakku kesal sambil mengacak-acak rambutku. Mengapa rasanya cinta yang ditolak begitu menyakitkan seperti ini ?. aku terlalu stress dengan keadaan seperti, aku lebih baik mengungkapkannya melalui puisi agar emosiku dapat tersalurkan disana seperti yang biasanya kulakukan ketika sedang emosi.

Senyuman yang dulu manis
Semanis gula batu
Kini seakan berubah
Menjadi hambar tak berasa
Dan kian memahit seiring ku mengingatnya
Mengalahkan pahitnya kopi hitam
Hati yang dulu bagai padang bunga
Seakan hancur dan menghilang
Menjadi lahan tandus
Tanpa adanya kehidupan
Sakit ...
Perih ...
Begitu dalam kurasakan
Untuk pertama kalinya


Aini POV

          Entah perasaan apa yang membuatku ingin melihat blog milik angga, saat aku melihatnya. Aku melihat sebuah puisi yang baru saja dia posting. Air itu mengalir melalui peluk mataku dan membasahi pipiku, wajahku yang mulai memanas dan memerah setelah membaca puisi itu. aku tak sanggup lagi menahan tangis yang ingin keluar, memikirkan apa yang telah ku perbuat.
Aku pun berniat mengirimkan sebuah pesan kepadanya, mengungkap maaf kepadanya.

To: Angga
“maaf,ngga. Aku gak bisa menjadi seperti apa yang kamu inginkan “

From : Angga
“ ya, gak papa. Asal kamu gak akan menjauh, aku gak papa kok J

Aku tersenyum miris, bahkan angga masih sanggup memberikan emot senyum. Seperti saat tadi aku menolaknya.

To : Angga
“ aku gak akan menjauh dari kamu, ngga. Sekali lagi aku minta maaf dan aku mohon kamu juga gak akan menjauh dari aku “

From : Angga
“ ya, aku gak bakalan menjauh J

Bersambung ...


Apa yang akan terjadi selanjutnya kepada kedua insan ini, nantikan chapter selanjutnya yah. Jangan lupa tinggalkan comment J

ku harus memilih siapa ? chapter 4



Aini POV

          Ini adalah hari yang paling tidak disukai oleh semua orang dan begitu banyak alasan yang dapat tercipta, kalian pasti tau hari itu. yup, hari ini adalah hari senin. Hari yang mana aku harus panas-panasan upacara dibawah teriknya matahari, bukannya aku gak menghargai jasa para pahlawan yah dengan bermalas-malasan mengikuti upacara. Hanya saja panasnya itu loh yang gak tahan, kalau para guru sih enak dilindungi oleh atap podium. Tapi walaupun hari ini adalah hari yang paling tak aku suka namun pada hari ini ada yang membuatku menunggu sejak kemarin yaitu hari pengumuman perlombaan yang diikuti oleh angga.

          “ aini, aku yang ikut lomba kok kamu yang nervous gitu ? “ angga melihatku yang dari tadi nervous gak jelas. “ ya iyalah ngga, kalau kamu menangkan aku bisa dapat traktiran trus aku bisa bangga punya kawan kayak kamu “ aku mengacungkan jempol dan dengan senyuman terbaikku, angga hanya menatapku dengan tatapan datar dan malas andalannya.

          Protokol mulai membacakan pemenang dari tiap perlombaan yang diselenggarakan, namun anehnya angga hanya bersikap biasa saja dari tadi begitu optimis dia akan memenangkan perlombaan. Entah mengapa dia selalu bersikap seperti itu dan berbeda dengan orang lain.

          “ nggga jadi kapan ? “ aku menyenggol lengan pelan saat ia tengah serius memperhatikan bu juli yang mengajar di depan kelas “ Hmm ... kapan apanya ? “ aku memutar bola mataku mengikuti apa yang seringku baca dinovel “ traktirannya angga “ angga dengan watadosnya membuatku jengkel, seperti dia ingin melupakan janjinya itu. “ tenang aja, ntar aku kasih tau kok “ angga kembali serius dengan apa yang bu juli jelaskan di depan sana.

Angga POV

          Hari ini akan menjadi hari yang spesial dalam hidupku dengan mencoba mengungkapkan apa yang selama ini aku harapkan dari aini, orang yang selama ini aku cintai. Aku mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi kota dan beberapa tempat yang cukup ramai untuk menikmati weekend seperti saat ini. Dia terlihat agak berbeda dengan pakaian yang santai namun terlihat indah dan tawanya yang begitu lepas disertai senyuman manis yang selama ini selalu ku dambakan.

          Setelah lelah seharian, aku pun mengantarnya kembali ke rumahnya. Ku pikir inilah saat yang tepat ku mengatakannya, bermandikan sunset yang menurut orang. Ini lah saat yang begitu indah dan romantis untuk dinikmati.

          “ makasih ya, ngga karena jalan-jalannya yang menyenangkan banget “ aini tersenyum lalu ia ingin berbalik dan menuju rumahnya namun ku genggam tangan itu sebelum sempat berbalik  “ ada apa, ngga ? “. “ aini, ada yang mau aku katakan sama kamu “

Aini POV

          Aku terkejut, sangat amat terkejut dengan apa yang baru saja angga katakan padaku. Apa angga baru saja menembakku, aini aku suka sama kamu, apakah kamu mau jadi pacar aku ?  kalimat itu terus berputar dalam pikiranku. Hingga tanpa ku sadari angga sedikit meremas tangan kananku yang dari tadi digenggamnya.

          Apa ? apa yang harus aku lakukan. Jujur aku hanya menganggapnya hanya sebatas teman ataupun sahabat selama ini, tapi aku tak berpikir lebih untuk menjadikannya seorang pacar. Karena aku lebih menyukai tipe cowok seperti azri dan aku menyukainya. Kalau boleh jujur, angga gak kalah kok sama azri hanya saja aku rasa kami gak akan cocok untuk menjadi sepasang kekasih.

          “ ehmmm ... maaf,ngga. Aku gak bisa, aku sudah menyukai orang lain “ aku menundukkan wajahku karena tak sanggup untuk menatapnya. “ baiklah jika itu yang kamu inginkan, aku pulang dulu yah “ angga pun langsung pergi begitu saja meninggalkanku yang masih mematung di depan gerbang yang hanya dapat menatap punggungnya yang kian menjauh.

Bersambung ...


Yee akhirnya update juga setelah ada beberapa teman yang meminta cepat untuk diupdate cerita ini, tinggalkan comment yah J

Minggu, 01 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 3



Azri POV

          Siapakah pria ini, apakah dia pacarnya aini ? pikirku sambil menatapnya yang sejak tadi hanya diam menikamati makanannya, tatapannya yang begitu datar dan terasa hawa dingin dari tubuhnya membuatku terasa aneh dengan keberadaannya. Berbeda dengan aini yang begitu hangat bagaikan sang mentari di atas sana, tapi ku rasa mereka memang pasangan yang cocok antara orang yang berhati dingin dan orang yang begitu hangat. Tapi aku juga menyukai aini sejak bertemu dengannya di perpustakaan saat itu, apakah aku harus merebutnya dari pria ini ? lirihku dalam hati. Aku pasti bisa, mendapatkan aini karena aku adalah azri ucapku dalam hati yang begitu optimis. Sehingga menicpitakan senyuman di wajahku.

          “ azri, kamu kenapa ? “ aku hanya menggaruk kepalaku yang gak gatal sama sekali dan terlihat angga, pria yang di samping aini melihatku sekilas dengan menyipitkan matanya. “ gak papa kok, oh ya aku pergi dulu yah. Bye “ aku melambaikan tanganku ke arah aini lalu pergi dari kantin yang ramai itu.

Angga POV

          Hufft akhinya dia pergi juga, kenapa gak dari tadi aja sih gerutuku dalam hati sambil melihatnya yang telah menghilang diantara keramaian kantin. “ balik ke kelas yuk, dah selesaikan ? “ aku bangkit dari kursi dan aini pun ikut bangkit.

          Saat kami melewati mading dan melihat-lihat sebentar, aini menunjuk salah satu pengumuman yang terlindungi oleh kaca itu. “ angga, coba lihat ? “ aini menunjuk sebuah kertas yang berisi mengenai perlombaan pembuatan cerita dengan tema bebas yang diadakan oleh pihak osis untuk memperingati bulan bahasa. “  angga kamu ikut aja, kamu kan jago buat cerita-cerita gitu “ aku berpikir sejenak, gak ada salahnya kan aku ikut ini. Mungkin aku harus mencobanya kalah menang gak masalah deh ujarku dalam hati. “ ok deh “ lalu kami ke ruang osis untuk mendaftarkanku dalam acara itu.

          Ku berbaring menatap langit-langit kamarku sambil mendengarkan musik untuk mencari sebuah inspirasi, namun begitu sulit untuk ku dapatkan. Waktu pengumpulan cerita yang hanya tinggal beberapa hari lagi membuatku semakin tertekan dengan keadaan ini, seharusnya aku tak mengikuti kata aini dengan ikut serta dalam perlombaan ini.

          Ku hembuskan nafas panjang mencoba untuk santai dan mendapatkan inspirasi, cerita-cerita yang aku update tiap minggunya di blog pribadiku selalu saja mengenai orang lain baik yang ada di sekitarku maupun tentang suatu hal yang tak ada hubungannya denganku. Mengapa kali ini aku tak membuat sesuatu yang berbeda yakni tentangku, tapi tentang apa ? lirihku kesal sambil mengacak-acak rambutku dengan kesal. Terlintas dalam benakku tentang aini, oh ya mengapa aku tak membuat mengenai perasaanku kepadanya saja tapi dengan sesuatu yang membuat orang lebih tertarik membacanya ujarku sambil tersenyum dan menepuk pelan kedua tanganku.

          Aku mulai mengetik cerita ini dengan santai agar inspirasiku dapat mengalir bagai air yang mengalir di sungai tak berhenti walau sebentar saja. Musik yang sedang berputar dari handphoneku menambah susana yang begitu pas dengan cerita yang sedang ku buat saat ini.

          Akhirnya selesai juga ceritanya setelah cukup lama ku berada di dalam kamar bagai beruang yang berhibernasi dalam sarangnya. Saat ku melihat jam, ternyata aku telah melewati jam makan malamku dan aku baru merasakan perutku mulai menggerutu minta tuk di isi. Aku pun berjalan ke meja makan mengisi perut yang sudah memberontak ini.

Aini POV

          “ angga boleh gak aku baca sedikit ceritanya “ aku menadahkan tangan meminta kertas-kertas yang berisi cerita yang berada di tangannya itu. “ gak boleh “ aku hanya dapat menggembungkan pipiku tanda kesalku melihatnya, saat aku kesal seperti ini selalu ku melihat goresan senyum tipis di wajahnya yang begitu sulit tuk dilihat itu. entah mengapa dia selalu seperti itu dengan wajahnya yang begitu datar itu, apakah dia malu menunjukkan ekpresinya kepada orang lain. Hmmm ... mungkin saja ujarku dalam hati.

          Setelah tadi kami mengantarkan cerita milik angga, dia mengatakan bila dia menang. Ia akan mentraktirku dan mengajakku ke suatu tempat. Hmm ... kemana yah ? pikirku. Entahlah aku begitu penasaran, semoga saja angga menang jadi aku dapat traktiran hahaha .


Bersambung ...

ku harus memilih siapa ? chapter 2



Aini POV

          Seperti biasa aku berjalan menuju sekolah sambil mendengarkan musik melalui ear phone , aku berjalan dengan malasnya sambil menggeret kakiku yang terasa amat menempel dengan jalanan. Ibu tadi membangunkanku dengan teriakannya yang sungguh luar biasa nyaring bagaikan suara petir yang menggelegar di langit sambil mengguncangku di atas tempat tidur seperti raksasa yang menggetarkan bumi. Terpaksa ku terbangun dengan malasnya karena aku lelah dengan semua omelannya. Ini karena kesalahanku yang menonton film hingga larut sehingga membuatku harus begini. 

          Saat ku memasuki kelas, ku langsung membaringkan kepalaku di atas meja. Angga yang duduk disampingku melihat dengan pandangan penuh tanya “ hei, aini. Tumben lemes ? “ mataku yang sayu memandanginya dengan malas lalu menutup kepalaku dengan tas. “ hei, ditanya tuh dijawab “  aku pun bangkit dari tidur dan kembali menatapnya dengan malas “ aku ngantuk,ngga. Tadi malam aku nonton film sampai larut,jadi gini deh “ aku kembali berbaring di atas tasku sambil menatapnya. Angga lalu mengambil tasnya dan membalikkan badannya melakukan sesuatu, saat dia berbalik ia memercikkan air dari tangannya ke wajahku yang membuatku langsung bangkit dari tidurku dan menatapnya dengan mata yang tak lagi sayu “ ih,angga. Muka aku jadi basah ginikan karena kamu “ aku memukul lengannya pelan lalu mengusap wajahku yang basah sambil menggembungkan pipiku yang gak chubby ini.

           Angga tertawa melihatku lalu tersenyum “ tapi kamu jadi freshkan,ni. Seharusnya kamu terima kasih karena aku dah bantuin kamu karena ntar pak roni yang killer itu pasti akan milih kamu jadi mangsanya “ . angga memang menolongku dari killernya pak roni yang begitu ditakuti di sekolah dan termasuk dalam jajaran guru killer versi anak-anak sma kami. “ tapi gak gitu juga kan caranya “ aku melihatnya kesal dengan pipi yang menggembung, “ iya deh, ni. Aku minta maaf “ angga dengan puppy eyesnya dan senyuman yang tergores tipis hampir tak terlihatnya itu, jurus andalannya terhadapku ketika berbuat salah.

Bel istrahat berbunyi ... ting tong ting tong

          “ aini, dah istirahat nih mau ke kantin gak ? “ mendengarnya aku langsung bangkit dari tidurku, aku dapat tertidur setelah pelajaran pak roni karena bu widya yang tidak datang sehingga menjadi waktu tidurku setelah pelajaran dengan diajar oleh guru super killer itu. “ ayo “ aku langsung berdiri dan meninggalkan angga yang menatapku dengan bingung lalu memiringkan kepalanya.

Angga POV

          Aini bangkit dari kursinya lalu berdiri meninggalkanku yang masih termenung menatapnya, lalu tercipta senyuman tipis dariku. Aini memang gadis yang unik dan juga menarik, walau terkadang memang dia menyebalkan lirihku dalam hati.

         “ mau pesan apa, biar aku yang pesankan sekalian ? “ aini tampak berpikir sejenak sambil meletakkan salah satu jari di dagunya “ batagor sama es jeruk satu mas “ dia tertawa kecil yang begitu manis terlihat “ ya mbak, tunggu sebentar yah “ aku pun juga mengikuti skenario yang dia buat sebagai seorang pramusaji.

         Ketika ku kembali sambil membawa dua buah cangkir es jeruk, ku melihat aini sedang duduk dengan seorang pria sambil mengobrol dengan cerianya.  “ angga perkenalkan ini azri, anak baru. Dia juga kelas 2 “ aini menunjuk laki-laki yang ada di depannya. “ azri “ dia mengangkat tanganya untuk berjabat tangan, “ angga “ setelah perkenalan itu aku bagaikan obat nyamuk yang hanya menemani mereka mengobrol dengan asiknya, tanpa berbicara dan hanya menikmati makanan yang menjadi hambar dengan yang seperti suasana ini.


Bersambung ...