/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Senin, 08 Agustus 2016

Biarkan

Biarkan angin 
berhembus menerpa wajah
Biarkan ombak 
menghantam bebatuan
Biarkan air mata 
mengalir dengan derasnya

Biarkan
Biarkan semua itu terjadi begitu saja
Aku tak peduli lagi dengan semua ini

Biarkan

Biarkan waktu berjalan dengan semaunya

Jumat, 05 Agustus 2016

Restu para bintang


Restu para bintang



Bertabur bintang dilangit malam
Menerangi jalan setapak ku melangkah
Hembusan angin malam merapatkanku
Ke dalam pelukan hangat
Kehangatan yang hanya kudapat
Bila ku bersamanya
Para bintang menerangi jalanku
Jalanku melangkah

Melangkah menuju masa depan bersamanya


yuki neko

Kamis, 30 Juni 2016

Tanpa Kata Cinta



Bayangmu terus mendekapku
Menyembunyikanku dihangatnya rengkuhanmu
Bayangmu terus menghantuiku
Memburuku sepanjang waktu
Pandanganku kosong menatapmu
Bukan karena parasmu
Kekayaanmu
Atau para benalu yang mengusik dirimu
Tapi karena hal penting
Ia terus membisikkan kata itu
Terus dan terus berbisik
Kata yang menghinaku setiap saat

Cinta
Cinta membuatku hampa
Walau kau bersamaku

Namun tiada kata cinta diantara kita

Kamis, 26 Mei 2016

Coldest Man Chapter 4

Coldest man
Chapter 4




          “ apakah pak lion ingin mampir sebentar ?” tawar virgo sesaat sebelum ia membuka pintu mobil itu, “ tidak perlu, sekarang sudah terlalu larut malam. Lain kali pasti saya akan berkunjung dan ohh ya satu hal lagi “ virgo berkedip beberapa kali ke arah lion.

          “Y... ya kenapa pak ?” virgo gugup seketika dan dia sendiri bingung, mengapa dia tiba-tiba merasa gugup seperti itu. lalu pikiran aneh pun menghampirinya ‘A...apakah pak lion akan menciumku kali ini ?’virgo lalu menggeleng cepat, berusaha mengusir pikiran anehnya itu.
“ virgo, kamu kenapa ?” raut wajah lion menyiratkan kebingungan yang mendalam karena tingkah virgo. “saya tidak apa-apa pak” virgo menunduk malu, meratapi kebodohannya tadi.

          “jangan memanggil saya pak lagi mulai sekarang, panggil saja lion. Saya tidaklah tua untuk dipanggil pak oleh kamu yang usianya tak jauh berbeda dengan saya” virgo menatap dosennya itu sambil termenung sesaat, “T...tapi saya tidak bisa melakukan itu p...”

          “cukup virgo, jangan menambahkan kata itu lagi dan panggil saya lion. Mengerti ?” aura dinginnya mulai keluar lagi dari tubuh lion yang membuat virgo seakan terintimidasi seketika dan tak mampu menjawab. Virgo hanya menganggukkan kepala tanda dia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh lion.

          “baguslah bila kamu sudah mengerti, kamu dapat pulang sekarang” virgo pun keluar dari mobil lion sambil memainkan kuku-kuku dijarinya. Saat virgo ingin memasuki rumahnya, suara lion membuatnya berbalik arah melihat wajah sang dosen. “virgo, apakah kamu sibuk besok ?” virgo mengedipkan matanya sambil memiringkan sedikit kepalanya, tanda saat dia sedang bingung akan sesuatu.

          “uhmm ... saya besok kerja di cafe dari pagi hingga sekitar jam 3 sore, memangnya kenapa pak lion” mendengar virgo kembali menambahkan kata itu saat memanggilnya, aura dinginnya lion kembali keluar dari tubuhnya yang sebelumnya telah terasa hangat. Seakan sadar kesalahannya, virgo lalu memperbaiki perkataannya itu.

          “saya besok kerja di cafe dari pagi hingga sekitar jam 3 sore. Memangnya kenapa L-lion” virgo yang masih agak canggung dengan panggilan baru untuk dosennya itu. “saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat dan di cafe mana kamu berkerja ?”

          “cafe garden tetapi saya...” belum sempat virgo menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya, lion langsung memotongnya. “tenang saja, saya tidak akan menyakitimu. Saya hanya ingin memintamu untuk menemani saya berkunjung ke kebun binatang dan Saya tidak ingin mendengar kata tidak darimu”

          “B...baiklah,Lion” virgo hanya dapat pasrah menuruti keinginan dosen tampannya itu namun dingin sedingin es di saat-saat tertentu seperti tadi.

          “besok saya akan menunggumu di cafe, sampai jumpa besok” mobil itu pun pergi menjauh, meninggalkan virgo yang masih terpaku didepan pintu rumahnya.

***

          Suara pintu yang terbuka membuat virgo mengalihkan pandangannya ke arah pengunjung itu dan bersiap-siap melayaninya. “ selamat datang” pandangannya terpaku ke arah pria yang memakai kemeja biru muda yang terlihat begitu pas ditubuhnya dan celana panjang hitam yang menampakkan kaki jenjangnya.

          “apakah kamu masih lama pulangnya ?” lion menyadarkan virgo dari lamunannya. “ehhh... sebentar lagi selesai,Lion” Virgo gugup menjawab pertanyaan dosennya yang terlihat tampan dan gagah didepannya ini.

          “kalau begitu sambil menunggumu, aku memesan americano coffee” ujar lion setelah mendudukan dirinya diatas kursi. “baiklah, tolong tunggu sebentar lion” Virgo beranjak pergi meninggalkan Lion di kursinya. Namun di salah satu dudut ruangan itu, ada seseorang yang melihat ke arah mereka dengan tatapan yang tak menyukai kejadian itu.

          Tak kunjung lama, Virgo kembali ke tempat itu dengan secangkir americano coffee di tangannya. “maaf menunggu lama lion dan ini pesanannya” Virgo tersenyum kikuk menatap lion. “tak masalah, uhm... masih lama ?” Lion sedikit ragu bertanya hal itu, lalu Virgo menatap jam di dinding. “shift aku telah selesai dan tunggu sebentar yah” virgo beranjak pergi dari tempat itu.

***

          “kita mau kemana sih ? dari tadi gak berhenti-berhenti “ Virgo merasa bosan sejak tadi duduk diam didalam mobil yang sedang dikendarai oleh lion. “ ya, tolong tunggu sebentar lagi. Tak lama lagi kita akan sampai kok “ Virgo hanya mengangguk menanggapinya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

          Rumah-rumah penduduk yang menjadi objek penglihatannya semakin lama terus berganti dengan pepohonan hijau yang begitu lebatnya. Sehingga tak lama setelah itu terlihat hamparan pasir putih dan ombak air laut yang mencoba mengikis pasir itu.

          “kita ke pantai ?” Lion tersenyum dan mengangguk untuk menjawabnya. “nanti ada sebuah acara di tempat yang akan kita kunjungi” Lion berbicara sambil memfokuskan tatapannya ke depan.
“memang acara apa ?” virgo memiringkan kepalanya ke arah pria yang sedan duduk disampingnya itu. lion tersenyum ke arah wanita itu “lihat saja nanti” virgo mengerucutkan bibirnya kesal atas jawaban yang keluar dari bibir si pria tampan itu tetapi pria itu terkikik geli melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Virgo.

***

          Saat virgo menginjakkan kakinya di hamparan pasir putih itu, matanya seakan langsung terhipnotis oleh tempat itu seketika. Deburan ombak yang menghempaskan bebatuan bersenandung indah dalam telinganya. Lalu saat kaki-kaki itu beranjak ingin pergi ke sumber suara yang bersenandung di telinganya itu.

          Sebuah tangan kokoh memeluk bahu dirinya dan menuntunnya ke arah yang berbeda dari tujuan kakinya melangkah. “kita ke sini, bukan untuk menikmati deburan ombak itu dan tempat tujuan kita berada disana” lion menunjuk sudut pantai disebelah kanannya dan menuntun wanita itu masih dalam pelukannya.

          Virgo gugup dan juga kesal dengan pria yang sedang memeluknya itu. bibirnya mengerucut kesal tetapi dengan wajah yang memerah karena malu, “kamu dapat menikmati pantai itu nanti setelah tujuan kita datang ke sini selesai” lion dengan wajah datarnya yang terlihat tampan walaupun dengan ekspresinya yang seperti itu.



Semoga kalian menikmati
Dalam membaca cerita ini
Terima kasih sudah berkunjung


Yuki neko

Coldest Man Chapter 3

Coldest Man
Chapter 3



          Aku menunggunya sesuai janjinya, sudah 10 menit berlalu dari waktu yang kami janjikan. Namun Yogi tak kunjung datang menjemput Virgo ‘Yogi menyebalkan sekali, mengingkari waktu yang telah disepakatinya sendiri’ gerutu Virgo yang telah jenuh menunggu setelah sekian lama. Baru saja dibicarakan orang yang ditunggunya sejak tadi pun akhirnya muncul dihadapannya.

          “maaf Vir, aku terlambat” wajahnya Yogi yang terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya membuat Virgo tak sanggup memarahinya dan hanya menghela nafas panjang. “uhmm baiklah, memangnya kamu ingin mengajakku kemana ?”ujar Virgo setelah menaiki motor milik Yogi.
“H-hanya ... berjalan-jalan menikmati malam minggu saja, kalau begitu ayo kita pergi”
“uhmm ayo” Virgo sambil tersenyum menanggapinya.

***

          Yogi membawa Virgo menuju sebuah taman didekat danau yang cukup ramai dan dipenuhi pengunjung karena sedang ada sebuah festival disana. Suara para pedagang yang menjajakan dagangan mereka, suara para pengunjung yang begitu menikmati festival ini maupun suara musik dari arah panggung begitu menarik perhatian Virgo sejak menginjakkan kaki ditempat ini.

          Matanya yang berbinar-binar melihat cahaya lampu yang berwarna-warni begitu indah dimatanya. “apakah kamu menyukainya Virgo ?” Virgo yang masih terpukau dengan keindahan festival ini tak menghiraukan perkataan Yogi. “ wahhh ini indah sekali “ seakan Yogi tak ada disampingnya, Virgo menikmati keindahan festival ini seorang diri hingga Yogi menepuk pelan bahu Virgo dan menyadarkan gadis itu seketika.

          “apakah kamu menyukainya Virgo ?” ujar Yogi sekali lagi karena tadi perkataannya tidak ditanggapi oleh Virgo. “ ya, aku sangat menyukainya Yogi. Ini indah sekali “ Virgo mengangguk dan tersenyum membuat Yogi yang menjadi lawan bicaranya tersipu malu. Wajahnya pun juga ikut memerah karena hal itu.

          “kalau begitu, ayo kita nikmati malam ini bersama” Yogi menarik lengan Virgo menuju ke dalam ramainya festival. Hampir setiap tempat di festival itu mereka kunjungi, tawa dan senyuman begitu melekat pada diri Virgo malam ini. Yogi pun ikut senang karena hal itu, gadis yang telah lama disukainya bahagia karenanya sehingga membuat yogi ikut senang bila Virgo juga senang.

          “Virgo tunggu disini sebentar yah, aku akan membelikan makanan untukmu” Yogi berjalan meninggalkan Virgo disebuah kursi taman. “Yogi kamu tak perlu melakukannya”ujar Virgo sebelum Yogi pergi meninggalkannya namun tak dihiraukan oleh pria itu.

          Virgo yang merasa bosan menunggu Yogi, menggerakkan kakinya ke depan dan ke belakang sambil duduk di sebuah kursi taman dan matanya hanya menatap kebawah melihat kedua kakinya yang terus bergerak.

          “ini, makanlah” seseorang berbicara kepadanya dengan aura yang begitu dingin menyelimutinya sehingga membuat Virgo menatap wajah pria tersebut. Pria yang belum lama ini hadir dalam hidupnya “ p-pak Lion, sedang apa bapak disini ?” Virgo mengerjapkan matanya bingung karena kedatangan dosen barunya yang begitu tiba-tiba dihadapannya.

          “ini” Lion menyerahkan sebungkus popcorn dan juga sebuah minuma kepada Virgo. Virgo yang masih bingung, hanya mengambilnya begitu saja. Lion, dosen pengganti bagi Virgo itu lalu duduk disamping Virgo menikmati minuman miliknya. Melihat Virgo yang masih diam saja sejak tadi membuat Lion merasa aneh terhadapnya.

          “apakah kamu tidak menyukainya ?” Lion sambil menunjuk popcorn dan juga minuman yang sejak tadi hanya digenggam oleh Virgo.

          “u-uhmmm tidak, m-maksudnya saya. Saya menyukainya pak dan terima kasih “Virgo menunduk malu dengan wajah yang merona merah.

          Mereka menikmati makanan dan minuman mereka dalam diam, Lion hanya mencuri-curi pandang melihat sosok gadis yang saat ini duduk disampingnya. “kamu datang sendiri ke tempat ini ?” Lion menatap mata Virgo yang biru setenang air.

          “tidak, saya bersama seorang teman. Tadi dia pergi ingin membeli makanan namun tidak kembali sejak tadi “ Virgo agak sedikit gelisah duduk disamping dosennya itu yang mengeluarkan aura dingin dari tubuhnya maupun saat dia berbicara.

          “apakah dia seorang pria atau wanita ?” lion dari nada suara terkesan penasaran dengan sosok teman Virgo. “ seorang pria pak, memangnya kenapa ?”Virgo sangat bingung dengan pertanyaan dosennya itu.

          “ t-tidak ada, hanya bertanya saja “ tanpa sadar, aura tubuh Lion semakin dingin keluar dari tubuhnya saat Virgo mengatakan hal itu. “ oh itu dia pak “ Virgo menunjuk ke arah seorang pria yang sedang membawa makanan dan memenuhi kedua tangannya.

          “maaf yah Vir, aku agak lama. Tadi begitu ramai sehingga membuatmu menunggu lama, ouh dan siapa dia ? “ Yogi menunjuk Lion dengan nada yang tidak senang menggunakan tangannya yang penuh memegang makanan dengan nada tak suka.
“ ouh, dia dosenku di kampus “

          Kedua pria itu saling pandang dengan tatapan tak suka satu sama lain, hingga virgo mengatakan sesuatu “ ada apa dengan yogi dan pak Lion, kalian sejak tadi saling berpandangan satu sama lain ?” Yogi dan Lion lalu mengalihkan pandangannya menatap hal lain. Aura saling tak menyukai satu sama lain masih terpancar dari kedua pria itu.

          “ayo Virgo kita pulang “ Yogi menarik paksa Virgo dari duduknya, melihat hal itu lion langsung emosi seketika karena hal itu dan dia juga ikut menarik lengan Virgo yang satu lagi. “ jangan menariknya semaumu “ Lion dengan aura dinginnya menghentikan Yogi seketika dan membuat pria itu berbalik menatapnya dengan mata yang membara karena emosi.

          “kau yang seharusnya melepaskannya dan biarkan kami pergi sekarang “ Yogi, pria itu berbalik dan menunjuk Lion dengan jari tengahnya. Namun pria yang ditunjuknya itu tersenyum meremehkan dan berjalan dengan penuh wibawa ke arah mereka. Lion menarik virgo ke dalam pelukannya. “dia adalah milikku, jangan sekali-kali kau mendekatinya” Lion pergi sambil memeluk Virgo dalam dekapannya.

          Yogi hanya dapat melihat kepergian virgo dengan seorang pria yang menarik virgo dalam dekapannya dengan semaunya, Yogi begitu kesal dengan pria. Namun Yogi tak dapat melakukan apapun untuk mendapatkan kembali Virgo, wanita yang telah lama disukainya itu.

***

          Di parkiran kendaraan para pengunjung, akhirnnya lion melepaskan dekapannya pada wanita itu. “apakah kau baik-baik saja ?” Lion menyentuh pipi kiri Virgo dengan hangat namun auranya tetap dingin seperti tadi namun kini tak begitu dingin dan seakan menghangat dengan nada khawatir yang keluar dari bibir merahnya.

          “uhmmm ... ya, T...tapi kenapa pak lion melakukan hal itu tadi ?” Virgo menatap dosennya itu dengan tatapan yang bingung namun tersirat rasa penasaran akan jawaban dari sang dosennya itu.
“aku melakukannya karena kau adalah milikku dan tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya dariku” Lion mendekatkan wajahnya mendekati wajah virgo hingga jarak keduanya semakin kecil. Wajah Virgo langsung memerah dengan seketika saat wajah sang dosennya itu mendekat dan sungguh, dia begitu bingung dan terkejut atas jawaban pak Lion.

          “M...milik pak Lion ? maksudnya apa, saya sungguh tidak mengerti ? dan bisakah pak Lion memundurkan wajahnya sedikit ?” dengan gugup dan pipi yang merona Virgo mengatakannya. Lion tersenyum melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita itu, senyuman yang benar-benar tulus darinya dan inilah senyuman terindah yang pernah dilihat oleh Virgo selain senyuman ibunya.

          “kau akan mengetahuinya tak lama lagi dan sebaiknya ayo kita segera pulang” Lion menarik tangan wanita itu dengan senyuman yang masih tergores diwajah tampan namun dingin itu. Virgo yang masih memendam rasa penasaran itu, hanya dapat mengikuti perintang sang dosen dan membawanya pulang ke rumahnya.



See you next time ...


Yuki neko

Coldest man chapter 2

Coldest man
Chapter 2



          Ku lirik jam pada ponsel milikku ‘masih jam 5 sore, aku masih memiliki waktu untuk pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas sebelum bekerja nanti ‘. Ponsel milikku tidaklah seperti milik remaja zaman sekarang yang kebanyakan pada menggunakan android, ponsel milikku hanya sebuah ponsel jadul yang hanya bisa di gunakan untuk menelfon dan sms saja tetapi ponselku memiliki kelebihan yang luar biasa. Ponselku tahan banting, walau jatuh beberapa kali dan terendam air namun ponsel ini tetap dapat berfungsi seperti sebelumnya.Aku sih sudah sangat bersyukur memiliki ponsel ini, karena dengan ponsel ini. Setidaknya aku bisa mendapatkan info dari teman-temanku.

          Suasana perpustakaan yang begitu tenang merupakan salah satu tempat favoritku, aku bisa membaca dengan puas semua buku yang ada disini dengan tenang dan nyaman. Ku mulai mencari beberapa referensi untuk mengerjakan tugas-tugasku, beberapa rak buku telah telusuri namun tak kunjung ku menemukannya juga. “ psikologi ... psikologi ... psikologi ... “ ku gumamkan kata itu terus menerus sambil mencari buku yang ku cari itu di setiap bagian rak buku.

          “ hai Virgo, buku apa yang sedang kau cari kali ini ? “ suara yang familiar itu menghampiri telingaku, “ ahh Julian, aku sedang mencari sebuah buku tentang psikologi bisnis. Bisakah kau membantuku menemukannya ? “ tanyaku kepadanya dengan wajah yang terlihat lelah karena sejak tadi aku tidak menemukan buku yang ku cari itu.

          “ tentu saja, aku akan membantumu karena itu sudah menjadi tugasku “ Julian mulai menelusuri tiap rak buku mencari buku yang ku inginkan itu. julian adalah penjaga perpustakaan disini, aku telah mengenalnya sejak lama. Julian adalah orang yang baik hati, dia sering membantuku tak hanya untuk menemukan buku yang ku cari di perpustakaan ini. Namun juga untuk masalah-masalah yang lainnya.

          Saat aku masih mencari buku itu, sebuah suara di belakangku mengagetkanku. “ buku ini yang kau cari ? “ ujar orang itu dingin dan suasana dingin seketika datang menghampiriku saat ini. ‘ ku rasa aku mengenal suara ini, suara yang baru-baru ini hadir dalam hidupku ‘ ujarku dalam hati.

          “ P-pak ...L-lion “ jujur aku kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba ini, “ buku ini yang kau cari ? “ ujarnya sekali lagi. Aku hanya dapat menggangguk saat melihat buku yang dipegangnya dan tak dapat berkata-kata sama sekali karena jujur aku masih kaget ditambah lagi dengan suasana dingin yang terpancar olehnya.

          Pak Lion menyerahkan buku itu lalu pergi meninggalkanku, menghilang diantara rak-rak buku. “ virgo, apakah buku ini yang kau cari ? “ Julian menepuk pundakku dan menyodorkan sebuah buku yang sama persis seperti yang diberikan oleh pak Lion tadi. “ oh, kau sudah menemukannya. Maaf aku terlambat menemukannya sehingga kau menemukannya terlebih dahulu “ ujar Julian setelah melihat buku yang ada dalam genggamanku.

          “ tak apa-apa Julian, aku senang setidaknya kau sudah mau menolongku. Terima kasih “ aku tersenyum kepadanya dan terlihat, wajah Julian sedikit memerah seketika. “ sama-sama “ jawabnya singkat dengan raut wajah yang masih agak memerah.

          “ kau tidak apa-apa Julian ? wajahmu agak memerah, apakah kau sedang sakit ? “ aku sedikit khawatir dengan raut wajahnya yang memerah itu. “ A-aku... t-tidak apa-apa, virgo. Kalau begitu aku pergi dulu yah “ Julian langsung pergi dengan cepat meninggalkanku sendirian.

‘ ada apa dengannya, tiba-tiba berubah seperti itu ? sudahlah jangan ku pikirkan, lebih baik segera mengerjakan tugas-tugasku ini ‘ ujarku dalam hati.

***

          Hari ini suasana cafe, begitu ramai sehingga membuatku sangat lelah. Begitu banyak pasangan muda-mudi tak jarang pula, beberapa orang yang sudah cukup umur mampir ke cafe tempatku bekerja.

          Kebanyakan dari mereka membawa laptop untuk mengerjakan tugas-tugas mereka dengan memanfaatkan wifi cafe ini yang cukup kencang dan juga stabil. “ hei virgo, kau tampak lelah sekali “ Yogi langsung duduk disampingku yang memang kosong. “ kau juga terlihat lelah, tak jauh berbeda denganku “ aku sambil tertawa pelan karenanya.

          “ haha kau benar, hari ini begitu banyak pelanggan sehingga membuat kita kerepotan dan juga kelelahan “ Yogi mengibas-ngibaskan tangannya tepat didepan wajahnya yang menurutku sih lumayan.

          “ oh ya, maukah kau pulang bersamaku Virgo ? “ tawarnya kepadaku, sebenarnya aku tak ingin menerimanya karena arah rumah kami yang berbeda dan saling berlawanan. Namun mengingat kejadian semalam, jujur aku sedikit takut dan syok hal itu akan terjadi lagi kepadaku.
“  uhhhmm ... baiklah aku mau “

          “ yes, ayo kalau gitu. Lagipula sudah waktunya bagi kita untuk pulang “ Yogi menarikku sambil berjalan cepat menuju ke arah pintu keluar di bagian belakang cafe. “ pak Rian, aku dan Virgo pulang dulu yah “ teriaknya sambil berjalan, Yogi berteriak kepada pak Rian manager kami yang sedang duduk tak jauh dari tempat kami duduk tadi.

“ ya hati-hati “ balas pak Rian sambil berteriak juga.

          Ku naiki motor matic milik Yogi, tak lupa juga menggunakan helm yang diberikan olehnya “ sudah siap ? “ tanyanya setelah ku menaiki motor maticnya. “ ya, sudah “ jawabku singkat. Yogi pun mulai melajukan motornya meninggalkan cafe kian menjauh.

***

          Akhirnya kami pun sampai di tempat tinggalku dengan aman dan selamat walau agak dingin terkena udara malam, “ terima kasih yah, yog. Sudah mau antarin aku pulang “ aku menyerahkan helm miliknya dan berbalik menuju pintu kosku.

          “ T-tunggu, vir “ Yogi mencoba menggapai lengan Virgo, “ ya, Yog. Kenapa ? “ tanyaku setelah membalikkan badan menatap ke arahnya.

          “ e-eng ... malam minggu sibuk gak ? “ Yogi menunduk seperti merasa entah mengapa dan itu membuat Virgo heran sendiri. “ ehmm ... ku pikir tidak. Memangnya kenapa ? “

          “maukah, kamu jalan denganku ? “ kali ini tatapannya begitu pasti tak lagi malu-malu seperti tadi. “baiklah jika kamu mengajakku” Virgo sambil tersenyum menanggapinya.

          “kalau begitu aku pulang dulu yah, sampai jumpa besok, bye “ Yogi mulai menghidupkan motornya dan menjalankannya. “ bye “ sahutku membalasnya yang telah pergi.

‘ada apa dengan orang-orang itu, Julian dan Yogi. Hari ini mereka terlihat aneh sekali, tidak seperti biasanya. Sudahlah biarkan saja, aku sudah cukup lelah hari ini dan tak ingin menambah lelah dengan memikirkan hal itu “ ujar virgo dalam hatinya dan beranjak pergi untuk tidur.



Semoga kalian menikmatinya
Terima kasih sudah membaca


Yuki Neko 

Minggu, 03 April 2016

Coldest man chapter 1

Coldest man
Chapter 1




Ku lukiskan wajahnya dalam benakku
Ku senandungkan namannya dalam hatiku
Senyuman terindah yang pernah terlukiskan dalam hidupku
Bibir merahnya, semerah ruby
Matanya, sejernih langit biru
Suaranya yang tegas, mengalun indah
Kau pria yang sempura
Dambaan semua wanita
Diriku, si buruk rupa ini
Tak pantas tuk bersanding denganmu
Sang pangeran rupawan

***


     Ku gumamkan bait-bait lagu tuk menemani kesendiranku, berjalan dimalam hari seperti saat ini adalah suatu hal yang tak seharusnya seorang wanita seperti lakukan. Namun apalah daya, mau tak mau. Aku harus melakukannya setiap malam untuk menghidupiku di kota besar ini tanpa orang tua yang akan membiayai keperluanku.

     Aku harus bekerja setiap malam sebagai pelayan di sebuah cafe dan kuliah di pagi hari tanpa mengenal lelah, walau terkadang perasaan itu menghampiriku dan membuatku jenuh. Aku harus selalu berusaha tegar hidup sebatang kara seperti ini. kembali ku fokuskan nyanyianku mengalunkan bait demi bait musik yang bersenandung indah melalui ear phoneku.

     Bayangan beberapa orang terlihat dari sinar lampu jalanan, mereka berjalan mendekatiku dengan tawa mengerikan mereka. Ku percepat langkahku dengan sedikit berlari untuk menghindari mereka yang ku rasa memilliki niat buruk terhadapku.

     “ heiii, pelan-pelan saja cewek cantik. Jangan terburu-buru seperti itu “ ujar salah satu dari mereka dan yang lainnya tertawa yang membuatku bergidik ngeri. Lalu salah satu dari mereka menggenggam tanganku yang membuatku terhenti seketika saat itu juga.

     “ lepaskan “ aku berusaha menarik tanganku kuat namun apalah daya kekuatan seorang wanita sepertiku melawan seorang pria dewasa seperti mereka. “ hahaha, ayo lah bersenang-senang bersama kami. Jangan seperti itu “

     “ lepaskan aku, bila kamu tak melepaskannya. Aku akan berteriak sekarang juga “ ujarku mengancam mereka. “ berteriaklah sepuasmu, tak akan ada yang akan menyelamatkanmu “ seorang pria mengusap wajahku yang membuatku merasa jijik akan sentuhannya terhadap tubuhku.

     “ TOLOOOONNNNGGG ..... “ aku berteriak dengan kerasnya dan mencoba memukuli mereka yang memegang-megang tubuhku.melihatku yang mencoba melawan, seketika mereka semua yang ternyata sekitar 5 orang mengerubungiku seketika. Ada yang mencoba membuka bajuku, melepaskan sepatuku dan juga ada yang mencoba menciumku.

     Namun tanpa ku sadari, salah satu dari mereka terjatuh seketika. Aku yang merasa tak melakukannya merasa bingung, sedangkan 4 orang lainnya melihat seseorang yang berdiri dengan gagahnya tak jauh dari kami itu. “ lepaskan dia atau kalian akan merasakan akibatnya “ ujar pria itu dingin dan juga tegas yang seakan mengintimidasiku seketika.

     “ kau lah yang akan merasakan akibatnya bila mengganggu kami “ mereka lalu menyerang pria dingin itu secara bersamaan, tetapi dengan lincahnya pria dingin itu menghindari setiap pukulan yang tertuju padanya dengan sangat lihai. Pukulan demi pukulan pun dia berikan kepada orang-orang yang menggangguku itu.

     Aku hanya dapat terdiam menatap setiap aksinya yang begitu mengagumkan, tak lama pria dingin itu berhasil melumpuhkan orang-orang itu tanpa meninggalkan luka di sekujur tubuhnya. “ hei, apakah kau tak apa-apa ? “ pria dingin itu mengulurkan tangannya kepadaku yang sejak tadi hanya diam terduduk saja.

     “ y-ya, aku tak apa-apa. Terima kasih sudah menyelamatkanku “ aku tersenyum kepadanya, wajahnya yang tampan. Bibir merah dan juga matanya yang indah adalah bagian terindah dari wajahnya itu.

     “ lain kali, berhati-hatilah “ dia lalu melangkah pergi dengan tegasnya dan hilang dari pandanganku di telan kegelapan malam.

***

     Pagi ini, ada jam mata kuliah kesukaanku dan selalu ku tunggu-tunggu hari ini. walaupun jujur dosen yang mengajarku itu sudah sangat tua dan namun itu bukanlah masalah bagiku. Asalkan dia mengajari apa yang seharusnya ku dapatkan dengan benar, itu bukanlah masalah. Lagi pula dosen itu bagitu baik dalam mengajar dan aku menyukai cara mengajarnya yah, bukan orangnya -.- .

     Seorang pria muncul dari balik pintu dan melangkah pasti menuju meja dosen ‘ bukankan dia orang yang semalam menyelamatkanku ? tapi aku tak begitu yakin tentang hal itu ‘ . dia meletakkan tas di punggungnya “ perkenalkan nama saya lion novrian, saya disini menggantikan pak bayu mengajar kalian semua “ suaranya sama persis seperti orang yang semalam menyelamatkanku. ‘ jadi, dugaanku benar. Dia lah orang yang menyelamatkanku ‘ .

     Para wanita di kelas begitu bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh pak lion. Mereka seakan bangkit dari kematiannya selama ini, wajah mereka berseri-seri memandangi dosen pengganti itu. sejujurnya dalam hati aku sama seperti mereka, tetapi aku masih dapat menahannya dengan raut wajah yang biasa saja tidak berlebihan seperti mereka.

...

Maaf setelah sekian lama baru bisa update
Mood untuk menulis lagi gak dapat
Jadi yah beginilah
Aku harap kalian menyukainya

Terima kasih sudah membaca

Yuki neko

Senin, 07 Maret 2016

Hambamu yang malang



Ku tak mampu melawan hasrat
Ku tak mampu melawan nafsu
Ku tak mampu menghadapi hidup ini
Seorang diri saja
Terlalu berat beban ku tanggung
Berlinang air mata tak mampu
Menghilangkan beban di punggung kecilku
Begitu berat meremukkan tulang
Ku bukanlah atlas
Yang mampu mengangkat bola dunia
Ku hanyalah manusia kecil
Tak berdaya melawan hidup
Tak berdaya menahan beban kehidupan

Tuhan
Ku pinta padamu harapan kecilku
Bahagiakan
Bahagiakanlah diriku

Hambamu yang malang 

Pujaanku


Ku gapai dirimu
Sepenuh hati
Ku julurkan tanganku tuk meraihmu
Memelukmu dalam dekapanku
Tapi raga dan jiwamu
Tak kunjung ku raih
Bayanganmu pun
Tak dapat ku sentuh dengan jemariku
Ku hanya ingin meraihmu
Mendekapmu dalam pelukanku selamanya
Terus saling mencintai dalam suka dan duka
Namun mimpi tetaplah mimpi
Tak dapat ku raih dan ku kejar
Hanya dapat ku ratapi
Semua angan dan harapan
Duniaku semakin kelam
Tak berkesan dan tak berharga

Aku pantas tuk dibuang dan dilupakan 

Minggu, 28 Februari 2016

Mr.flower chapter 2

Mr. Flower
Chapter 2 : bunga anggrek ( perjuangan )



Melodi POV

          Aku setiap hari belajar dan terus belajar namun tak pernah membuahkan hasil seperti yang ku harapkan atas segala usaha yang telah ku perbuat. Terutama nilai matematikaku yang hampir tak pernah tuntas, hanya beberapa kali saja aku mendapatkan nilai yang cukup bagus. Itu pun karena bantuan dari temanku.

          Seberapa keras ku berusaha, tak pernah dapat ku menggapainya dengan usahaku sendiri. Akankah ku dapat melakukannya ? , hal itu terus terngiang didalam pikiranku. Mengapa aku tak dapat seperti jerry yang selalu mendapatkan nilai yang bagus ? . Padahal aku telah belajar sepertinya, tiada hari tanpa membaca buku tapi beginilah hasilnya.

          Ku duduk disebuah kursi taman dengan raut wajah yang sangat lesu, ku pandangi terus selembar kertas yang membuatku seperti ini. tertulis angka 68 besar di pojok kanan atas lembar ujianku itu, betapa kesalnya diriku memandangi kertas ini. jika tidak ada perintah dari bu risa yang merupakan guru matematikaku untuk ditanda tangani oleh orang tua dan dikumpulkan besok. Aku pasti sudah memotongnya menjadi bagian yang kecil-kecil lalu aku buang ke tempat sampah, tetapi sayang kertas ini harus ku kumpulkan besok.

          Jika tidak, aku pasti mendapatkan hukuman dari guru killer itu dengan hukumannya yang aneh-aneh dan sama sekali tak ada hubungannya dengan matematika. Seperti yang dialami oleh joko teman sekelasku yang terkenal sebagai murid yang nakal, dia mendapatkan hukuman membawa 5  tanaman hias dengan jenis yang berbeda didalam sebuah pot. Namun karena joko membawanya dengan jenis tanaman yang sama, joko harus menyapu membersihkan wc selama seminggu penuh.Yah, guru itu memang terkenal aneh di sekolah dan juga killer dengan suaranya yang besar dan tatapan matanya yang seperti seorang pembunuh berdarah dingin.

          Suara serak dan agak besar khas seorang pria menyadarkanku dari beban pikiran yang melanda otakku saat ini, “ hai, melamun aja “ sapanya yang telah duduk tepat di kursi kosong yang berasa didepanku.

“ e... e ... hai “ balasku agak gugup

“ kamu yang kemarin, pagi-pagi sekali membeli pupuk itu kan ? “ ujarnya yang agak ragu, mencoba memastikan hal itu

“ iya, aku yang kemarin membeli pupuk di toko abang dan abang yang lalu memberi aku setangkai bunga tulip warna orange “

“ ternyata benar dugaanku, kamu gadis yang kemarin itu. oh ya tadi kenapa melamun di siang hari seperti ini ? “ abang itu menatapku dengan tatapan yang serius seolah-olah hanya aku yang menarik perhatiannya saat ini dan ini membuatku blushing seketika.

“ E-enggak kenapa-napa kok” ujarku gugup dengan wajah yang ku yakini telah merona dengan merahnya.

“ ayo jangan bohong deh, kamu ketahuan loh kalau bohong. “ ujarnya yang membuatku semakin gugup saja. Lalu aku memandang ke arah lain agar wajahku yang semakin memerah, tidak dilihat olehnya.

“ jadi karena masalah ini, kamu melamun yah “ refleks aku langsung melihat ke arahnya dan abang itu sedang memandangi kertas ujianku.

“ eh bang kembalikan, besok aku harus segera kembalika kertas itu ke bu risa. Kalau gak nanti aku bisa kena hukumannya yang aneh-aneh itu “ aku langsung mengambil kertas yang dipegangnya itu, untung saja kertasnya tidak sobek saat aku menariknya tadi.

“ nilai kamu lumayan bagus kok, bahkan nilai aku dulu pernah lebih rendah dari pada itu. makanya aku paling tidak menyukai pelajaran matematika “ ujarnya sambil menatapku.

“ ehmm itu kan abang. Kalau aku ingin nilai matematika aku bagus karena hanya pelajaran matematika aja yang sering gak tuntas dan kalau tuntas pun pasti karena dikasih tau sama kawan “ aku menunduk menatapi kertas ujianku itu.

“ kamu kalau benar-benar ingin nilai matematikamu bagus, maka harus berjuang seperti bunga anggrek “ aku langsung menatapnya, bunga anggrek. Sekarang filosofi tentang bunga anggrek, apa sih maksudnya ?



“ anggrek ? , memang kenapa dengan bunga anggrek bang ? “ tanyaku bingung saat dia mengatakannya tadi.

“ anggrek itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan kecantikan mahkotanya, bunganya pun sangat cantik dan juga awet. Walaupun proses mekarnya membutuhkan waktu yang lama sih “ abang ini menjelaskan mengenai filosofi dari bunga anggrek, ternyata ada juga yah filosofinya tapi apa hubungannya dengan masalah aku ?

“ ehmm ... tapi bang, apa hubungannya dengan masalah yang aku alami saat ini dan filosofi dari bunga anggrek ? “ tanyaku bingung mengenai kedua hal itu.

“ hadehh -.- , jadi artinya itu menuju sebuah keindahan itu bukanlah hal yang mudah. Kita memerlukan perjungan dan kesabaran untuk mencapai keinginan kita itu karena untuk mencapai subuah keinginan itu tidaklah semudah yang kamu bayangkan. Maka dari itu, bunga anggrek melambangkan sebuah perjuangan “ abang ini, menjelaskan dengan sangat jelas sehingga membuatku mengerti maksudnya.

“ tapi bang, aku telah berjuang dengan sangat keras dan juga sudah bersabar namun hasil tak begitu memuaskan “ aku menundukkan wajahku karena percuma saja karena nilai matematikaku tak akan pernah bisa tinggi dengan usahaku sendiri.

“ kamu gak boleh murung terus seperti itu, kita memang memiliki batas kemampuan masing-masing. Karena setiap manusia pasti ada sebuah kelemahan dan tidak ada yang sempurna, jika kamu ingin nilai matematika kamu bagus. Gunakanlah rumus-rumus yang cepat dan singkat sehingga kemungkinan kamu mendapat nilai yang bagus itu cukup tinggi “ abang ini mengusap rambutku pelan dan membuatku langsung blushing seketika karena perbuatannya.

“ uhmm aku akan mengikuti saran abang “ aku menganggukkan kepalaku pelan karena tangan masih berada dikepalaku

“ iya, nanti abang pinjamkan buku-buku abang untuk kamu. Oh ya nama kamu siapa ? , dah lama ngobrol tapi belum pernah berkenalan “ abang ini menjulurkan tangannya untuk berjabat dengan tanganku

“ aku Melodi, Melodi Triani. Kalau abang ? “

“ Alexi hanabi, panggil aja Alexi atau Alex. Gak usah panggil abang lagi yah, terasa tua kayaknya hahaha “ bang Alex tertawa renyah

“ uhmm, bang Alex aja yah ? “ tawarku karena aku merasa gak sopan bila memanggil nama orang yang lebih tua hanya dengan menyebut namanya saja

“ ya baiklah “ bang Alex mengangguk.


Alexi POV

“ hai ma, aku bawain strawberry cake kesukaan mama “ aku meletakkan cake itu di atas meja lalu memeluk mama yang sedang membaca majalah.

“ ehh ... anak mama tumben beliin cake untuk mama, kamu lagi senang yah ? . senyum-senyum terus 

“ mama mengelus rambutku pelan namun terasa kehangat seorang ibu dari tangannya.

“ ya ma, aku tadi ketemu lagi sama gadis yang aku ceritain kemarin. Usianya mungkin sama seperti Jerry “ ujarku yang masih nyaman memeluk mama.

“ eh apa nih bg, bawa-bawa nama aku ? “ baru ngomong namanya sekali, orangnya sudah langsung datang. Jerry langsung duduk di kursi didepanku dan membuka kotak yang membungkus strawberry cake mama.

“ asal makan aja kamu, jer. Bukannya tanya dulu, punya siapa tuh cake. Langsung nyosor aja “ ujarku kesal dengan tingkah adikku ini

“ uhm ini cake punya siapa ?.  Punya mama jer. Boleh aku makan ma ? . makan aja, tapi jangan dihabisin mama juga mau  “ ujarnya yang langsung membuat selalu kesal dengan tingkahnya yang seperti itu, dia yang bertanya lalu dia menjawabnya sendiri.

“ dasar kamu tuh, karena terlalu jenius jadi agak aneh kan kamu hahaha “

“ iya lah terserah, sekarang aku mau menikmati cake ini “ Jerry masih menikmati straberry cake itu.
Itulah adikku Jerry Hana, orang yang menyebalkan tapi sangat enak ketika mengobrol dengannya walau terkadang keanehannya itu suka kumat. Mungkin karena dia itu terlalu jenius sehingga dia seperti itu. tapi aku tak ingin memikirkannya, karena aku sangat senang sekali kali ini.

          Melodi Triana nama yang begitu indah, seindah paras cantiknya. Akhirnya aku mengetahui namanya setalah pertemuan kedua kami hari ini. Aku ingin memilikinya, aku ingin menjadi kekasihnya, aku ingin dia menciantaiku karena aku telah terkena panah asmara dan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Melodi ketika di toko saat itu.


Haiii
Kali ini alexi
Memfilosofikan tentang bunga anggrek
Semoga kalian menyukai chapter ini
Yuki berharap begitu hahaha
Jangan lupa commentnya

Bye bye
Yuki neko


Rabu, 17 Februari 2016

Mr. Flower chapter 1

Mr. Flower

Chapter 1 : Tulip Orange ( Semangat )




Alexi  POV

         Tidak ada sesuatu yang indah selain bunga, bunga adalah bagian terpenting dalam hidupku. Keindahaannya yang sempurna ialah saat ia mekar dengan sempurna, menunjukkan kepada dunia kecantikan sesungguhnya yang ia miliki. Beragam warna,bentuk,dan aroma yang mereka ciptakan selalu membuatku terpanah akan kecantikan mereka.
         Alexi Hanabi ,itulah namaku. Nama yang kumiliki tak hanya sekedar nama saja namun memiliki sebuah arti yang diberikan oleh kedua orang tuaku, Alexi yang berarti penjaga dan pelindung. Sedangkan Hana yang berarti bunga, diambil dari bahasa jepang. Jadi arti dari namaku adalah seseorang yang menjaga dan melindungi bunga dan aku memiliki sebuah toko bunga yang bernama Hana Beauty.

***

          Hari ini langit begitu cerahnya menyinari kota kecilku ini, sang mentari dengan sinarnya yang menghangatkan begitu nyaman kurasakan dan tidak menyengat kulitku. Bunga-bunga yang mekar merekah menyambut datangnya sinar dari sang mentari dengan sedikit kilauan-kilauan dari air yang baru saja ku berikan kepada mereka.

          Suara seseorang yang mengagetkanku yang tengah terbuai pagi hari yang cerah dan indah ini “ permisi, saya ingin membeli pupuk “ seorang gadis menggunakan seragam sekolah yang dikenakannya mengagetkanku. Dijam yang masih sepagi ini, sudah ada yang datang ke tokoku apalagi dia seorang siswa SMA, pasti ini salah satu hukuman yang diberika gurunya aku menduganya dalam hati

“ O-oh iya ada, mau pupuk apa ? “ tanyaku kepadanya yang tepat berdiri didepanku

“ E-eehmmm ... pupuk supaya tanaman cepat tumbuh ada ? “ gadis yang berparas cantik itu tampak gugup sambil memainkan roknya yang mulai tampak kusut.

“ ada kok, tunggu sebentar yah “ aku sedikit berlari menuju tempat dimana aku meletakkan pupuk yang sedang dicari oleh gadis itu.

“ ini pupuknya, satu saja kan ? “ tanyaku kepadanya

“ I-iya, berapa harganya bang ? “ ujarnya siap-siap membuka dompetnya yang berwarna biru dengan corak doraemon.

“ 15 ribu, tunggu yah saya ambil kantong plastiknya biar mudah bawanya “ gadis itu menyerahkan uangnya dan aku lalu pergi untuk mengambil kantong untuknya. Sebelum aku sampai ke tempat gadis itu, aku mengambil setangkai bunga yang saat ini tepat berada disamping kananku.

“ ini kantongnya dan ini bunga untuk kamu “ aku memberikan kantung itu kepadanya dan juga setangkai bunga yang ku ambil tadi

“ makasih bang tapi nanti nggak dimarah bosnya bila memberikanku percuma bunga ini “ ujarnya ragu menerima bunga itu, bunga tulip yang memiliki warna orange.

“ tidak apa-apa ambil saja, tak perlu takut saya pemilik toko ini kok “ ujarku jujur karena memang iya, toko ini adalah milikku.

“ M-mmm ...maaf, saya sudah salah menduga. Saya kira abang yang bekerja disini, sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih atas bunganya “ dia tertunduk malu dan berbalik arah menjauh dariku.

“ tunggu dulu “ ujarku yang membuatnya berhenti berjalan dan berbalik ke arahku namun dia masih saja menunduk, mungkin dia masih merasa malu dan takut karena aku menghentikan langkahnya.

“ saya memberikan bunga itu karena memiliki sebuah arti dari bunga yang sedang kamu pegang itu “

“ A – A-arti ... ? “ ujarnya bingung dan tampak ragu dilihat dari raut wajahnya itu dan kini dia tak menunduk lagi dan menatapku bingung.



“ itu adalah bunga tulip berwarna orange dan arti dari bunga itu adalah hasrat, gairah dan energi. Saya memberikan bunga itu agar kamu memiliki hasrat yang besar untuk belajar dan juga harus memiliki energi untuk itu. jadi semangatlah ketika belajar “ aku sambil tersenyum melihat gadis cantik itu dan dia terlihat blushing dengan pipinya yang merona begitu merah.

“ T-terima kasih bang atas bunga dan juga semangatnya “ dia masih terlilhat malu dan dia langsung berbalik. Dia berjalan dengan cepatnya dengan mukanya yang blushing itu.

‘ haha lucu sekali gadis itu, padahal aku hanya memberinya setangkai bunga dan menjelaskan sebuah makanya sudah blushing seperti itu. apalagi ketika aku memberinya sebuah buket bunga dan makna dari setiap bunganya, mungkin dia akan langsung jatuh pingsan seketika hahaha “ ujarku dalam hati sambil tertawa sendiri mengingat kejadian yang belum lama itu dan pikiran anehku itu.

***

          Sang mentari tepat berada diatas kepalaku menunjukkan waktunya bagiku untuk makan siang, tetapi hari ini aku tak perlu untuk menutup tokoku dan mencari makan karena mama akan menghantarkan makan siang untukku.

“ hai sayang, ini mama bawain makan siang buat kamu sesuai janji mama “ ujarnya lalu menyerahkannya kepadaku.

“ wahhh ikan asem pedes kesukaan aku, makasih yah ma “ ujarku setelah membuka kotak yang berisi makan siangku itu.

“ iya sama-sama, ya sudah ayo dimakan makanannya. Mama mau minum, diluar panas. Mama haus jadinya “ mama pergi ke arah belakang ingin mengambil minuman didalam kulkas yang memang ku sediakan dibelakang.

“ mama, Alex juga mau. Ambilin yah “

“ iya “ jawab mama singkat.

“ yang lain sudah pada keluar yah, lex ? “ tanya mama kepadaku mengenai kedua pegawaiku yaitu Arya dan Rina

“ iya ma, tak lama mereka pergi. Mama datang “ ujarku setelah menelan makanan yang sebelumnya ada didalam mulutku.

“ oh “ balasnya singkat

***

Melodi  POV

          Ku genggam dan ku tatap setangkai bunga yang indah pemberian pria itu atau lebih enak aku memanggilnya abang saja karena wajahnya yang terlihat muda dan pasti usianya tak jauh dariku sekitar tiga atau empat tahun diatasku. Sedangkan usiaku saat ini sudah 18 tahun dan duduk dibangku SMA kelas 3.

          Namaku Melodi Triani dan teman-teman memanggilku melodi, aku hanyalah gadis SMA biasa. Tak pernah memiliki sebuah ketertarikan tertentu terhadap sesuatu hal kecuali mengenai musik, aku sangat suka mendengarkan melodi sebuah musik namun sayangnya aku sama sekali tak bisa memainkan alat musik ataupun menyanyikannya karena suaraku yang tak bagus sama sekali. Begitu aneh bukan tetapi itulah diriku.

“ Mel, bunga dari siapa tuh ? dari pacarnya yah ? “ Sekar mengagetkanku yang sedang termenung memandangi setangkai bunga yang ada dalam genggamanku ini, yang kalau tak salah dan kemungkinan benar abang itu bilang tadi nama bunga ini adalah tulip orange. Mungkin karena warnanya yang orange dan ku pikir masih banyak warna lainnya.

“ eh kamu membuat aku kaget, Sekar. Ehmm ini tadi aku dikasih seseorang “ aku menunduk malu karena teringat kejadian tadi pagi.

“ wahhh siapa tuh, pasti dari pacarnyakan ? . cie yang sudah punya pacar dan gak single lagi hahaha 
“  aku semakin blushing mendengar perkataan Sekar barusan.

“ E-eeeehhh ... siapa yang punya pacar, aku dikasih sama pemilik toko bunga tempat aku membeli pupuk tadi pagi “

“ eh masa sih, aku juga mau ah beli disana. Siapa tau dapat bunga gratis hahaha “ Sekar tertawa cukup keras sehingga membuat semua pasang mata yang ada di kelas menatap ke arah kami, untung saja sekarang jam istirahat jadi kelas tak begitu banyak diisi oleh para siswa/i .

“ yahh kamu ada maunya, tapi tadi kata abang itu bunga ini memiliki sebuah makna sehingga dia memberikan aku bunga ini. artinya yaitu hasrat, gairah dan energi “ ujarku sambil tersenyum menatap bunga itu dan mengingat kejadian saat abang itu mengatakannya.

“ hasrat ? gairah ? energi ? maksudnya apa sih Mel, aku gak ngerti deh ? “ raut wajahnya menunjukkan kebingungan yang sedang dialaminya saat ini dan itu membuatku tertawa pelan.

“ haha cari tau aja sendiri “ aku lalu meninggalkannya dan berjalan ke kantin untuk mengisi perut karena aku mulai merasa lapar dan Sekar memanggilku sepertinya dia penasaran dengan makna dari bunga ini. haha tapi aku tak akan memberitahunya

Haiii
Yuki kembali hadir
Dengan cerita terbaru
Yang berjudul Mr. Flower
Semoga kalian menyukainya

Jangan lupa commentnya yah
See you


YUKI NEKO 

Jumat, 12 Februari 2016

Epilog of sang penulis kisah

Epilog Of Sang Penulis Kisah

Let’s Start    >_< 




          Dia semakin menjauh, menjauh dan terus menjauh. Meninggalkanku disini sendiri yang hanya dapat memandanginya yang perlahan pergi meninggalkanku seorang diri. Senyuman diwajahnya semakin terlukis indah ketika dirinya semakin menjauh pergi.

          Yumi berlari dengan kencangnya menuju hamparan bunga yang berbagai jenis dan berbagai warna yang menghiasi daratan ini, ketika kami baru saja sampai disini yumi langsung keluar dari mobil dan menuju ke tempat itu. dia begitu saja meninggalkanku dan barang-barang piknik kami hari ini, jadi mau tak mau aku harus melakukan ini sendiri. Tetapi aku senang sekali melihatnya yang dapat tersenyum indah dan membuatnya bahagia dengan tempat yang telah aku tunjukkan ini.

“ Liam ayo ke sini, tempat ini indah sekali “ yumi, menari-nari di hamparan bunga itu.

“ iya nanti aja Yumi, ayo makan dulu. sudah waktunya makan siang, nanti kamu sakit yumi “ ujar Liam sambil berteriak cukup keras karena jarak yang cukup jauh memaksaku harus berteriak seperti itu agar dia mendengarnya.

***

“ Liam, dari mana kamu tau tempat yang begitu indah seperti ini ? “ ujar Yumi setelah menelan makanan yang sebelumnya sudah dikunyah olehnya.

“ ehmm ... aku tau tempat ini dari muridku di sekolah saat aku pertama kali datang ke tempat ini, aku merasa jatuh cinta dengan tempat yang indah dan mulai sejak saat itu aku sering mengunjungi tempat ini “ Liam menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon besar yang menaungi mereka saat ini, menghindari panasnya sang mentari disiang hari ini.

“ kalau telah lama tau tempat ini, mengapa baru mengajak aku ke tempat ini sekarang ? “ Yumi dengan raut wajah yang kesal sambil memajukan bibirnya.

“ itu karena kamu yang diajak selalu sibuk terus jawabnya jadi baru sekarang aku dapat mengajak kamu ke sini, Yumi “ Liam menatapnya sambil tersenyum tapi saat yumi mendengar perkataanku, yumi langsung tertunduk malu dengan wajah yang memerah.

          Aku mengangkat wajahnya yang menunduk karena hal tadi, ku usap lembut kedua pipinya dengan sayang. Entah siapa yang memulai kami perlahan mulai memajukan wajah kami saling mendekat dan terus mendekat.

“ Yumi ... “ ujar Liam lembut dan mata kami saling menatap, tak ada penghalang apapun diantara pandangan kami. Tatapan kami begitu dalam, menembus ruang terdalam dihati. Menempatkan rasa cinta dalam hati pasangannya untuk kami jaga dan merawatnya dengan penuh sayang.

          Bibirku dan Yumi mulai bersentuhan satu sama lain, begitu kenyal dan hangat bibir yumi yang menyentuh bibirku. Tak hanya saling bersentuhan, tak lama bibir kami saling berpagutan satu sama lain. Menciptakan sebuah rasa yang begitu indah dan tak pernah dapat tuk terlukiskan hanya dengan sebuah kalimat tetapi perlu dijelaskan melalui sebuah tindakan.

          Sekarang tak lagi seperti dulu yang ada menghentikan kegiatan seperti yang sedang kami lakukan saat ini, disini hanya ada kami berdua dan tak ada siapapun lagi. Akhirnya, setelah cukup lama saling berpagutan. Bibir kami mulai saling menjauh membiarkan kami untuk menghirup udara dengan nafas yang masih tidak teratur.

“ Yumi ... “ aku mulai bangkit dari tempat ku sebelumnya setelah dapat mengatur nafasku.

“ E-eehhh ... ? “ Yumi dengan raut wajahnya yang bingung menatapku dan sambil memiringkan kepalanya.

          Aku mengulurkan tangan agar dia bangkit dari duduknya lalu mengambil sebuah kotak yang sebelumnya telah ku persiapkan. “ Yumi, will you merry me ? “ aku membuka kotak yang berlapis kain berwarna biru itu. terdapat sepasang cincin indah disana yang siap tuk disematkan di jari kami.
“ I do “ ujar Yumi singkat dengan penuh kepastian yang bisa terlihat dari raut wajahnya dan tidak ada keraguan yang dapat dilihat sama sekali dari tatapannya itu.

          Kami lalu memasukkan cincin-cincin itu ke jari kami ke tempat yang tepat, aku lalu memeluk tubuhnya erat. “ Yumi, terima kasih “ ujarku

“ iya, terima kasih juga Liam telah membuat hidupku menjadi indah “ ujar Yumi sambil menganggukkan kepalanya dalam dekapanku.

***

          5 tahun telah berlalu sejak, kejadian itu. saat dimana aku mengajaknya untuk menjalin sebuah hubungan yang lebih dari sekedar pacaran namun ke tahap yang lebih serius yaitu sebuah ikatan pernikahan.

          Kehadiran seorang malaikat dalam kehidupan kami menambah indahnya hari-hari kami, paras cantiknya yang begitu mirip dengan ibunya dan senyumannya yang bisa meluluhkan jiwa itu pun diturunkan juga oleh Yumi. Viona Adhina Yuliana, sebuah nama indah yang kami berikan kepada putri kecil kami.

“ Viona, jangan mengganggu paman Reza. Ayo disini saja mainnya “ ujar Yumi di depan pintu ruangannya mencoba mengajak viona bermain di ruangan kerjanya agar tidak mengganggu karyawannya yang sedang bekerja.

“ ahhh tak mau ma, disitu tak ada kawan mainnya. Kalau disinikan ada paman Reza, tante Ria, dan tante Mia. “ ujar Viona menggelengkan kepalanya dan masih bermain didekat meja kasir.

“ sudah nyonya nggak apa-apa, kami nggak merasa terganggu kok. Kami juga bisa sekaligus menjaga Viona karena nyonya pasti sedang sibuk “ ujar Ria yang dianggukkan oleh teman-temannya yang lain.

Kringgg ...

          Bunyi sebuah bel yang belum lama ini ku pasang didekat pintu masuk sehingga jika ada yang masuk, kami dapat mengetahuinya. “ papa ... “ Viona yang sebelumnya bermain dengan Reza,Ria, dan Mia. Berlari ke arah Liam yang baru saja pulang dari mengajarnya di sekolah.

“ hai, putri cantik papa. Apakah hari ini Viona berbuat nakal ? “ ujar Liam setelah menggendong Viona dan mereka perlahan berjalan ke arah Yumi yang berdiri didekat pintu ruangannya. “ enggak kok, Viona tak nakal “ ujar Viona sambil tersenyum.

“ kalau begitu, papa punya hadiah untuk Viona “ aku menurunkan Viona di sofa setelah masuk ke ruangan kerja yumi dan mulai mencari sebuah hadiah yang telah ku beli sebelumnya dari dalam tas.
Ketika hadian itu mulai terlihat oleh Viona ...

“ wahhh ...  boneka kucing “ ujar Viona senang dan langsung mengambil boneka itu setelah ku berikan kepadanya.

“ Viona suka hadiah papa ? “ tanya Liam menatap viona yang mulai asik bermain dengan bonekanya

“ iya, Viona suka. Makasih papa “ ujar Viona lalu memelukku.

“ mama, lihat. Boneka kucingnya lucu, Viona mau menunjukkannya sama paman dan tante “ Viona lalu berjalan keluar dari ruangan ini.

“ Yumi, aku juga punya hadiah untuk kamu “ ujar Liam

“ apa itu ? “ Yumi terlihat senang karena ingin diberikan hadiah oleh suaminya itu.

          Liam dengan cepat berjalan dengan cepat lalu memeluk Yumi erat tetapi tidak membuat istrinya itu merasa kesakitan dengan pelukannya itu. Yumi bahkan balas memeluknya karena pelukan itu seperti menyalurkan semua perasaan yang sedang mereka alami tanpat perlu dikatakan dengan kata-kata karena hanya dengan pelukan saja mereka dapat mengerti apa yang sedang pasangannya itu rasakan.

          Liam lalu mendekatkan bibirnya menuju telinga Yumi dan dia berbisik pelan “ akulah hadiah kamu, yumi “ ujar Liam pelan. Yumi mendengar itu langsung tersenyum malu “ Liam, kamu juga merupakan hadiah terindah yang pernah aku dapatkan. Yumi semakin mempererat pelukannya pada tubuh suaminya itu.

           Mereka hidup dengan cara mereka sendiri menjalaninya, menjalani hari-hari dengan semampu mereka agar terus tersenyum dan menjalaninya dengan kebahagiaan. Di dekat jendela ruangan kerja itu, telah hidup cukup lama sebuah tanaman yang telah membesar dan saat ini sedang berbunga dengan indahnya.

          Dulu Yumi yang penuh keraguan dalam merawat bunga kecil itu, tetapi sekarang tanaman itu telah tumbuh besar dan berbunga dengan indahnya menunjukkan kecantikan yang dimiliki olehnya. Yumi terus merawatnya dengan penuh kasih sayang dan kepedulian, dia tak hanya seorang diri merawat tanaman itu.

          Liam juga membantu yumi dalam merawatnya, mereka bersama merawat tanaman itu seperti merawat cinta didalam hati mereka masing-masing. Semakin membesar dan terus membesar, hingga membuat hati mereka tak mampu lagi menampung perasaan cinta diantara mereka yang terus tumbuh itu.  sehingga mereka menunjukkannya kepada dunia dan membagikan kebahagiaan yang mereka alami.

“ Manusia bukanlah sebuah robot yang hanya diperintah saja. Tetapi kita adalah makhluk yang tuhan ciptakan dengan berbagai perasaan yang bisa kita rasakan dengan hati ini. Janganlah kau menyerah dengan hidupmu , karena tuhan memiliki rencana yang indah untukmu kelak “  - yuliam adhimas yudha.

Haiii all
Ini adalah akhir dari cerita
Sang penulis kisah
Terima kasih sudah membaca cerita ini
Nantikan cerita yuki selanjutnya
Jangan lupa commentnya yah

Sayonara minna-san
Bye bye


Andri yuki

Kamis, 04 Februari 2016

Sang Penulis Kisah chapter 4 ( end )

Sang Penulis Kisah

Chapter 4 : Akhir Dari Segalanya



          Sesuai janjiku kepada ibu, hari ini aku akan membelikannya kue dari toko milik yumi untuknya. Tetapi sebelum itu aku harus menjalani hari senin di sekolah dengan malasnya, walau aku tak lagi menjadi seorang siswa yang paling malas bertemu dengan namanya hari senin namun aku tetap saja tak menyukai hari senin.

          Dengan suasana yang mana harus ada pidato yang menyebalkan dan aku paling malas mendengarkannya sehingga sering kali aku berada didekat barisan para siswa yang dinaungi oleh pohon. Suasana pohon yang dingin membuatku merasa nyaman di tempat itu, setelah itu pula aku harus mengajar siswa tanpa ada jam kosong kecuali jam istirahat dari pagi hingga pulang sekolah nantinya.

          Tetapi mengingat hari ini aku akan bertemu dengan yumi ada perasaan senang didalam diriku, seperti ada kumpulan kupu-kupu yang siap merobek dadaku dan terbang keluar dari tubuh ini. Perasaan itu sering kali ku rasakan saat bersama dengannya, eh... Bukan sering melainkan selalu seperti itu dan tidak hanya saat bertemu secara langsung saja namun saat mengobrol melalu media sosial pun aku merasa seperti itu.

          Itu memang perkataan yang lebay yang keluar dari diriku, tetapi itulah yang sesungguhnya yang ku rasakan kepada yumi. Yumi, hanya wanita itulah yang hanya bisa melakukan hal ini kepadaku. Walau aku belum mengatahui pasti bahwa yumi menyukaiku tapi aku yakin dia juga memiliki rasa yang sama denganku.

***

          Akhirnya waktu mengajar pun selesai dan sekarang aku dalam perjalanan menuju toko kue milik yumi, saat aku memarkirkan kendaraanku. Ku lihat terjadi sedikit keributan di depan toko, terlihat yumi seperti ditarik paksa oleh seorang pria yang tak ku kenal dan yumi tampak tak senang diperlakukan seperti itu. Raut wajahnya pun terlihat marah dan terlihat senyuman yang selalu menghiasi paras cantiknya.

          “ kamu mau ngapain sih, tarik-tarik tangan aku “ yumi berusaha melepaskan genggaman pria itu pada tangannya, namun dia tak juga berhasil karena tenaganya tak cukup untuk melakukan hal itu.

“ kamu harus ikut aku yumi dan aku akan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu “ pria itu terlihat memohon, agar yumi dapat mengerti .

“ kamu mau jelasin apa lagi tian, aku dah capek sama kamu dan kita sudah putus. Kita tak ada hubungan lagi mulai saat itu, mengerti “ yumi masih mencoba melepaskan tangannya yang terihat semakin sakit karena dicengkram lebih kuat lagi oleh pria itu.

          Aku yang sejak tadi hanya melihat sudah tak dapat lagi menahan emosiku, dimana yumi sebagai orang yang ku suka harus diperlakukan seperti itu dan disakiti olehnya. Aku saat berada dekat mereka langsung melepaskan tangan pria itu dan melindungi yumi didekatku.

“ kamu siapa ? Berani-beraninya gangguin urusan orang lain “ pria itu yang baru ku ketahui tadi adalah mantannya yumi, dia terlihat semakin marah saat aku melakukan hal tadi.

“ A-aku ... “ belum selesai aku berbicara, yumi memotong kalimatku

“ DIA PACAR AKU, jadi jangan lagi kamu gangguin aku tian. Tak ada lagi yang perlu kita omongin lagi, semua sudah SELESAI !!! “  yumii langsung menarik tanganku untuk masuk ke dalam toko, aku sangat terkejut saat yumi mengatakan hal itu. Bahwa aku adalah pacarnya, walau dalam hati aku merasa teramat sangat senang sekali

          Tetapi belum sempat kami masuk, tian langsung menarik tangan yumi. “ yumi aku bisa jelasin yang sebenarnya dan aku lebih baik dari pada ... “ yumi memotong perkataan tian, tadi perkataanku yang dipotongnya dan sekarang tian. Sepertinya yumi hobi sekali melakukan hal itu saat dia sedang marah -.-

“ kamu gak lebih baik dari liam, kamu jauh lebih buruk tian. Kamu juga gak perlu jelasin apapun karena aku sudah tau semua kejadiannya dan sebaiknya kamu pergi dari sini, kembalilah ke cewek-cewek kami itu dan jangan pernah lagi mengusik hidup aku. Atau aku akan melaporkanmu ke polisi karena sudah mengusik hidup aku “ yumi dengan wajah yang sangat marah, kali ini yumi menarikku dan tak lagi yang ada menghentikan kami masuk ke dalam toko karena tian kali ini hanya dapat berdiri mematung di depan toko.

          Saat kami berada didalam ruangan kerja milik yumi, dia mulai menangis. Aku yang melihat itu, refleks langsung memeluknya dan membuatnya menangis dalam pelukanku. “ yumi menangislah, menangislah hingga kamu merasa lebih baik. Aku akan selalu ada untuk kamu, walau disaat kamu terburuk sekali pun “ aku mengelus rambutnya agar menenangkan dirinya.

          Saat tangisannya telah berhenti aku langsung melepaskan pelukanku dan menatap wajahnya yang masih terlihat sedih dengan mata merahnya “ bagaimana sudah lebih baik ? “ aku mengelus wajahnya lembut dari kening hingga turun ke dagunya.

          Yumi mengangguk pertanda dia agak lebih baik dari sebelumnya, “ terima kasih liam “

“ tak masalah yumi, aku akan selalu ada untukmu “ aku sambil tersenyum mengelus rambutnya pelan dan memperbaiki rambutnya yang agak terlihat berantakan.

“ ehm ... Soal tadi, tian hanyalah mantanku. Aku tak lagi menyukainya bahkan aku sekarang membencinya yang hanya mempermainkan wanita “ ujar yumi dan membuatku berpikir, untuk apa yumi mengatakan hal itu. Apalagi sambil menundukkan wajahnya seperti itu dan terlihat dia agak malu mengatakannya.

‘ mungkinkah ... Mungkinkan yumi juga menyukaiku, sehingga dia mengatakan hal itu ‘ ujarku dalam hati sambil menduga-duga yang terjadi sebenarnya

“ L-li ... Liam ... “ ujar yumi menggantungkan perkataannya

“ ehmm ...  Ya, kenapa yumi “ balasku menanggapi panggilannya

“ liam, aku ... S-suka ... S-s-s-sama kamu. Maukah kamu menjadi kekasihku ? “ yumi sambil menunduk malu tak berani menatapku. Jujur saat aku mendengarnya, aku senang sekali mendengar hal itu. Ternyata yumi juga memiliki perasaan yang sama sepertiku tetapi ini salah karena seharusnya ...

“ yumi ... “ yumi langsung menatapku saat aku memanggil namanya

“ maaf yumi, aku ... Aku tak bisa karena ... “ belum sempat aku mengakhiri perkataanku, yumi tiba-tiba saja langsung tertawa entah kenapa ?

“ hahaha tak perlu minta maaf liam bila kamu tak mau ... “ yumi memaksa dirinya tertawa dan juga tersenyum yang dia pakasakan, tapi sebelum dia mengakhiri perkataannya. Aku langsung menutup mulutnya menggunakan salah satu jariku, menandakan untuknya diam.

“ yumi, bisakah kamu mendengarkanku hingga selesai berbicara. Aku minta maaf karena, tidak seharusnya kamu yang mengatakan hal itu karena seharusnya. Aku lah yang mengatakannya kepadamu. Yumi, maukah kamu menjadi kekasihku ? “ yumi terlihat terkejut dengan perkataankku itu sedangkan aku hanya tersenyum melihat hal itu.

“ A-aku ... “ aku kembali menggunakan jariku untuk menyuruhnya diam

“ aku sudah tau jawabannya yumi. Kamu tak perlu mengatakannya “ aku langsung mendekapnya kedalam pelukanku, kali ini pelukannya terasa berbeda dari yang tadi saat aku memeluk yumi. Bila tadi aku merasakan kesedihan yang emndalam yang yumi rasakan tetapi sekarang terasa sebuah kebahagiaan yang teramat sangat yang aku dapat rasakan.

          Setelah kami melepaskan pelukan itu, kami lalu saling menatap wajah satu sama lain dan kami saling memanggil nama kami satu sama lain “ yumi ... “ . “ liam ... “

          Tanpa sadar, wajah kami saling mendekat secara perlahan-lahan. Hingga kedua bibir kami saling menyatu dan berpagutan satu sama lain, bibir kenyal yumi terasa hangat saat bersentuhan dengan bibirku. Tanpa sadar aku menjulurkan lidahku untuk bertemu dengan lidahnya saat bibir yumi terbuka secara tiba-tiba. Tetapi sebelum lidah kami saling bertemu,  pintu ruangan yumi tiba-tiba saja terbuka .



“ bos ... “ suara pegawai yumi yang memakai pakaian pelayan langsung menghentikan kegiatan kami itu dan kami langsung tertunduk malu. Sedangkan aku menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali.

“ maaf nyonya  ... “ pegawai yumi yang ingin menutup pintu itu kembali, langsung dicegah oleh yumi

“ tunggu dulu, ada apa rik kamu memanggil saya ? “ ujar yumi sebelum riki menutup pintu itu.

“ ehm ... Di dapur sedang banyak pesanan dan membutuhkan bantuan nyonya. Saya permisi dulu “ riki lalu menutup pintu itu, suasana sekarang menjadi hening. Hingga yumi mulai angkat suara

“ ehmm ... Aku ke dapur dulu yah. Ada banyak pesanan, kamu bisa menunggu bila ingin “ ujar yumi ditengah suasana yang awkward ini.

“  iya, aku akan menunggu dan akan setia menunggu. Lagi pula, ibu juga ingin mencicipi kue buatanmu itu. Jadi aku ingin beberapa kue untuknya “ balasku

“ ehm ... Baiklah tunggu sebentar yah, aku tak akan lama. “ yumi lalu pergi dari ruangan ini, melalui pintu itu yang seakan menelannya dari pandangan mataku.

          Mengingat kejadian tadi, aku senyum-senyum sendiri. Mengingat setiap detail kejadian itu, aku bahagia sekali. Ternyata yumi juga mencintaiku dan aku tak lagi khawatir memikirkan bahwa yumi tak memiliki perasaan yang sama sepertiku karena aku sudah mengetahui perasaanya kepadaku.
Inilah saat terindah dalam hidupku dan akan selalu ku kenang dalam hidupku, pertama kalinya ku rasakan sebuah kebahagiaan yang mendalam dan pertama kalinya aku merasakan cinta yang membuatku merasa orang yang paling bahagia di dunia ini.

          Setelah sekian lama tuhan membiarkanku hidup dalam kesendirian dan kehampaan. Sekarang ia memberikanku seseorang yang membuatku ke luar dari kesendirian dan kehampaan itu menuju sebuah jalan kebahagian tak berujung yang selalu ku dambakan sebelumny. Dulu aku sempat berpikir, bahwa tuhan tak menganggapku ada di dunia ini sehingga dia memperlakukanku seperti itu tetapi sekarang aku sadar.

          Bahwa tuhan memiliki rencana, rencana yang membawaku ke jalan kebahagiaan yang tak pernah ku temukan ujungnya dan tak pernah terpikirkan sebelumnya akan seperti ini rasanya. Tuhan, terima kasih telah merencanakan kisah hidupku yang indah ini dan memberikanku seseorang yang membuatku kebahagiaan ini. Tuhan sekali lagi terima kasih .

Yeeeaaaa ... akhirnya cerita ini selesai juga
Bagaimana ceritanya ?
Apakah bagus ?
Jangan lupa vommentnya yah

Nantikan juga epilog dari cerita yuki ini
Sampai jumpa dicerita yuki selanjutnya
Bye bye

I LOVE YOU ALL

YUKI NEKO