/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Senin, 26 Oktober 2015

Ku harus memilih siapa ? chapter 1




Aini POV

          Ku berjalan menuju sekolah sambil mendengarkan musik dengan riangnnya, terkadang ku senandungkan lirik-lirik lagu itu. jarak antara sekolah dan rumahku tidaklah begitu jauh, dapat ku tempuh dengan waktu 10 menit saja saat berjalan seperti sekarang ini.

          Saat mulai mendekati gerbang sekolah, aku melihat seseorang yang tak asing lagi bagiku. “ selamat pagi, angga “ aku sedikit memukul pelan bahunya. “ Hmmm, pagi “ angga dengan tatapan datarnya membalas salamku, “ ini masih pagi loh,ngga. Dah gitu aja muka kamu, happy dikit dong “ ia membalasnya dengan sedikit senyum yang teramat dipaksakan.

          Angga adalah seseorang yang begitu dekat denganku, walau hampir selalu menunjukkan wajah sendu nan datarnya. Namun angga adalah orang yang sangat care dan baik kepada orang lain, tapi caranya saja yang sedikit berbeda.

“ angga, kantin yuk “ ajakku saat bel istirahat telah berbunyi sambil menarik-narik bajunya. “ mau ngapain sih, mending ke perpus aja. Baru aku mau “  dasar maniak buku, pasti pikirannya gak jauh-jauh dengan yang namanya buku. Tapi aku begitu beruntung memiliki teman sepertinya karena aku bisa belajar banyak darinya tanpa harus membaca buku-buku itu, namun juga butuh usaha untuk memintanya. “ iya ya tapi kita ke kantin dulu,ok “ . “ Hmmm “ balasnya singkat lalu berdiri dari duduknya.

Angga POV

          Aini memang terkadang begitu menyebalkan, mengganggu diriku yang sedang ingin istirahat dan membutuhkan ketenangan karena semalam aku harus begadang untuk menyelesaikan cerita yang ku buat untuk updatean blog pribadiku. Mengapa dia tak mengajak teman wanita, mengapa harus diriku. Walau aku memang teman yang begitu dekat dengannya dan di tambah lagi, diam-diam aku memiliki perasaan khusus kepadanya. Tapi aku masih takut tuk mengungkapkannya.

          Saat kami memasuki perpustakaan dengan suasana yang begitu tenang dan nyaman, aku langsung berjalan menuju kursi kosong dan tempat yang cukup sepi. Aini hanya mengikutiku dari belakang sambil mendengarkan musik dengan earphonenya.

          Melihatku yang langsung menundukkan wajahku ke arah meja, aini langsung berkomentar “ kamu kok malah tidur sih,ngga. Biasanya langsung cari buku, aku kan jadi bosen kalau tungguin kamu tidur begini “ . “ aku lelah,ni. Jadi aku pengen tidur sebentar, tolong nanti bangunin aku yah saat dah nak masuk dan satu hal lagi lihat tanda itu. nyanyi jangan berisik “ aku menunjuk sebuah tanda yang di minta untuk tenang, aini hanya dapat menggembungkan pipinya tanda kekesalannya. Namun itu sungguh begitu lucu dan membuatku ingin mencubit pipinya, tapi aku begitu takut tuk melakukanya dan juga perasaan ngantuk yang sudah sangat luar biasa ku rasakan.

Aini POV

          Dasar angga, ku kira dia ingin membaca sebuah buku atau sesuatu hal yang bisa sambil ku ajak mengobrol ternyata ia malah ingin tidur di perpus. Aku hanya bisa menggembungkan pipiku tanda kekesalanku, sebelum angga kembali menundukkan wajahnya ku melihat goresan senyum yang begitu sedikit. Sehingga membuatku sulit tuk melihatnya dan memastikan bahwa itu ialah sebuah senyuman.

          Dari pada aku menunggunya tidur dan menunggu waktu istirahat berakhir, lebih baik aku mencari novel untuk menghilangkan rasa bosanku walau aku telah menggunakan ear phone. Saat aku sedang memilih-milih buku sambil membacanya sekilas, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku “ hai, kelas berapa ? “ ia seorang pria yang cukup tinggi seperti angga namun dia memiliki perbedaan yaitu senyuman yang dapat dengan mudah kita dapatkan darinya, dia menggunakan seragam yang sama seperti ku yaitu pakai putih abu-abu. Namun ada sebuah perbedaan yaitu logo sekolahnya, mungkin dia seorang anak baru pikirku dalam hati. “ hai juga, aku kelas dua. Anak baru yah ? ”. “ iya, aku juga kelas dua baru masuk hari ini. Oh ya perkenalkan nama aku azri “ sesuai dugaanku azri merupakan anak baru, ku rasa aku akan cepat akrab dengannya karena sikapnya yang cukup terbuka dengan orang lain dan juga sikapnya yang enjoy yang sifatnya berbeda dengan angga.

          Tak terasa bel tanda masuk pun berbunyi, aku pun pergi meninggalkan azri karena ia juga di tunggu oleh teman sekelasnya. Aku langsung  bergegas ke tempat angga lalu membangunkannya dengan cukup sulit, mungkin angga benar-benar lelah hingga harus seperti ini.


Bersambung ... 

Cinta yang sesungguhnya chapter 3 ( end )



          Keramaian malam minggu yang didominasai oleh para remaja menghiasi hampir seluruh tempat di bagian-bagian kota, ku berjalan bersamanya di tengah taman yang cukup ramai dengan kaum muda-mudi. Aku dan alex menghampiri salah satu kedai untuk melepas lelah setelah berjalan cukup lama menikmati malam yang begitu indah ini, tanpa tugas yang selalu menghantui kami setiap harinya.

“ ris kamu mau minum apa ? “ tatapan hangat alex yang begitu menenangkan begitu menentramkan hati ini. “ ehmm ... jus jeruk aja deh, sayang “ ku berpikir sebentar sambil menggembungkan salah satu sisi pipiku. “ ok, kamu gemesin banget deh kalau mikirnya sambil kayak gitu “ alex sedikit mencubit pelan pipiku dan pergi memesan minuman untuk kami.

          Tak lama kemudian, muncul seseorang yang belakangan ini selalu mengganggu pikiranku. Ia datang bersama seorang wanita cantik yang masih muda dan kurasa seusia dengannya.  Mereka menempati salah satu meja yang agak berjauhan denganku, mereka mengobrol dengan asiknya dengan tawa dan senyuman manis di bibir mereka seperti telah lama saling mengenal. Ketika pandanganku sedang asik melihat mereka, alex tiba-tiba menyadarkanku dengan tatapan hangatnya . “ gak papa kok,lex “ ku tersenyum melihatnya lalu meminum minumanku perlahan-lahan.

          Ku berbaring di dalam kamarku sambil menatap langit-langit kamarku mengingat kejadian-kejadian malam ini. Ku merasa iri dengan wanita itu yang bersama pegawai toko buku itu yang sampai sekarang belum ku ketahui namanya, ku ingin menggantikan dirinya dan mengobrol dengan pegawai toko buku itu. namun di lain pihak ku juga ingin berada di sisi alex dengan segala yang dia miliki terutama tatapan hangatnya, kasih sayang dan kelembutannya kepadaku.

          Ku akhirnya mengalami lagi hal ini,rasa bingung akan perasaan yang ku alami saat ini. Ku putuskan untuk meminta saran sahabatku gia meminta solusi dan saran untuk masalahku ini.
“ halo gia, lagi ngapain ? “ . “ lagi tidurlah,ris. Kamu tuh gangguin aja yah, ini tu dah jam 10 dan ini tu waktu tidur berharga aku ris “ nada bicaranya sedikit jengkel tapi juga begitu sendu karena gia yang ku ganggu tidurnya. “ ya deh, maaf-maaf. Tapi aku lagi ada masalh nih “ ku memdengar dia menguap lalu “ hoammm, masalah apa sih,ris. Di malam hari gini “.

“ masalah tentang alex dan pegawai toko itu “ lalu aku pun menjelaskan kejadian yang terjadi malam ini kepada gia, “ bagus deh, kalau dia dah ada cewek lain. Jadi kamu gak akan gangguin dia, lagi pula kamu kan dah punya alex yang begitu perhatian sama kamu ris. Kalian berdua itu, kan sudah aku bilang cocok banget. Jadi kamu jangan mikirin cowok itu lagi, mikirin aja cowok kamu sekarang ini. Dengan segala perhatian yang dia berikan ke kamu, jangan mikirin cowok yang belum lama kamu kenal yang bahkan kamu gak tau namanya “ aku termenung memikirkan jawaban yang gia berikan, belum sempat aku ingin menjawab. “  kamu sebaiknya pikirkan apa yang tadi aku bilang kalau masih kurang paham. Besok kita sambung lagi, aku dah ngantuk banget nih, bye ris “ gia langsung menutup telfonnya sebelum aku menjawabnya.

          Ku berpikir apa yang dikatakan oleh gia memang benar, tapi begitu sulit bagiku untuk melakukannya. Tapi aku harus berusaha dan tak boleh menyerah karena aku adalah risti orang yang biasa saja tapi bisa menyeimbangkan sesuatu hal. Jadi aku pasti bisa mengelahkan perasaan ini, semangat.

          Ku putuskan hari ini ingin berjalan-jalan ke toko buku bersama dengan alex atas usul gia. Ketika aku sampai di toko buku itu, ku melihat orang itu dengan wanita yang kemarin kami temui sedang makan sambil suap-suapan kepada pasangannya. Tiba-tiba perasaan itu mulai muncul kembali dan aku teringat kata-kata dari gia semalam, lalu aku memegang erat tangan alex dan melihatnya dengan tatapan hangatnya.  Seketika itu ku merasakan energi yang mengalir ke dalam tubuhku seperti saat alex memberikanku semangat ketika ujian.  Lalu ku tersenyum melihat mereka, alex hanya bingung melihatku yang tiba-tiba memegangnya dengan erat dan aku yang tersenyum sendiri.
Semoga saja perasaan seperti ini tak akan mengganggu hidupku lagi, karena sungguh membuatku lelah menghadapinya. Tapi selama ada alex yang begitu perhatiannya kepadaku dan tatapan lucunya ketika dia bingung, aku yakin aku pasti bisa menghadapinya.


“ Walau badai dapat menghempaskan gedung pencakar langit, namun tak akan bisa menghempaskan cinta yang sesungguhnya di dalam hati para manusia “ 

Senin, 19 Oktober 2015

Cinta yang sesungguhnya chapter 2



“ rista, kamu kenapa senyum-senyum gitu “  suara alex mengagetkanku yang sedang memikirkan kejadian sewaktu di toko buku tadi. “ gak papa kok sayang, oh ya tadi membicarakan tentang apa sih kok lama banget rapatnya ? “ aku mencoba mengalihkan perhatiannya, “ oh tentang kegiatan lomba-lomba gitu, tapi tadi agak ribet dari biasanya. Makanya agak lama dari biasanya, hmm kamu beli buku apa aja tadi. Aku pengen lihat dong “ alex lalu mengambil bungkus plastik tempat buku yang baru saja ku beli dan meihat-lihat isi buku itu. “ wah sepertinya, novel yang kamu beli ini menarik. Kapan-kapan aku pinjam yah, sayang “ alex lalu mengembalikan kembali buku itu ke dalam tempatnya semula.

Setelah alex mengantarkanku pulang ke rumah kembali teringat kejadian-kejadian tadi sewaktu di toko buku, “ arghhh mengapa dengan otakku yang terus menerus mengingat kejadian itu “ gerutuku dalam hati. Untung saja tak lama mama memanggilku untuk menolongnya, sehingga aku dapat melupakan kejadian itu untuk sementara. 

Keesokan harinya aku pun menceritakan kejadian semalam kepada gia, namun gia malah “ ya ampun, rista. Kamu tuh dah punya cowok dan dia tu cowok yang keren abis. Alex juga tuh cinta banget sama kamu ris, apalagi kalian tuh cocok banget tau kayak atom natrium dan klorin yang cocok banget. “ sumpah gila, entah kenapa gia. Sangkut pautin aku dan alex sama natrium dan klorin, mentang-mentang gia suka banget sama pelajaran kimia sampai-sampai menyangkut pautkan cinta dan kimia Kan gak banget. “ ya deh, gia. Kan aku Cuma ngomong doang “  aku lalu memanyunkan bibirku dengan wajah yang kesal. “ iya ya, rista yang suka baper. Aku ngerti kok sama sifat kamu yang sering begitu “  akhirnya kami pun saling ejek-ejekan. Namun tetap itu hanya bercanda saja dan bukannya serius.

Mengapa dengan hati ini, ku merasakan jatuh cinta kepada seseorang yang memang telah lama ku sayangi. Namun seseorang tiba-tiba saja datang dan membuatku merasakan hal yang berbeda kepadanya, apakah aku jatuh cinta lagi kepada orang lain. Tapi aku juga masih mencinta pacarku saat ini, ada apa dengan hatiku saat ini.  Aku bingung dengan apa yang ku rasakan, mengapa rasa ini datang menghampiriku. Mengapa tidak orang lain saja? , arghhhh... aku jadi bingung. Aku harus bagaimana dan apa yang harus ku perbuat, entahlah. Ku biarkan sajalah hati ini dan waktu yang menjawab segalanya

Entah apa yang membawaku kembali ke tempat ini, mungkinkah hati ini. Yah ku rasa begitu, ku berjalan seorang diri menuju toko buku tempat di mana pria itu bekerja. Pria yang selalu mampir dalam pikiranku bersama dengan alex di dalamnya, ku mulai memasuki toko itu dan berjalan-jalan mlihat-lihat buku sambil mencari dirinya. Namun tak juga ku temukan dirinya, karena ku tak menemukan drinya. Akhirnya ku ubah niatku dan mulai membaca beberapa novel di tempat itu untuk mengisi waktuku tuk sementara dan mungkin saja ku akan membelinya nanti.

Belum lama ku membaca dan masuk ke dalam duniaku, seseorang tiba-tiba saja mengejutkanku dengan memukul pelan punggungku. “ hei .. sayang “ sapa pria itu yang mengejutkanku, “ ih kamu nih, jangan kagetin aku gitu dong “ kataku kesal sambil menggembungkan pipiku. “ kamu kalau lagi kesal bikin gemes deh “ alex tertawa lalu mencubit pelan pipiku. “ oh ya, sendirian aja nih. Gak sama gia “ alex bertanya lagi. “ gak, gia kayaknya lagi sibuk deh. Jadi aku pergi sendiri aja “ aku kembali membaca buku yang sedang asik ku baca tadi. “ hmm, kenapa gak ajak aku aja. Jadi kan kita bisa sekalian perginya dan aku bisa temanin kamu sayang “ alex menggenggam tangan kananku. “ iya deh, lain kali aku akan bilang kamu dulu. Tapi yang pentingkan kamu sekarang dah temanin aku “ aku lalu memandangnya mengalihkan waktuku membaca tuk beberapa saat. “ aku pengen ajak kamu ke suatu tempat nih, kamu mau gak ? “ ku berpikir sejenak lalu mengangguk tanda aku setuju. “ oh ya kamu mau beli buku itu ? “ tanyanya ketika kami telah berdiri dan hanya ku jawab dengan gelengan pelan.

Alex membawaku menuju sebuah tempat yang begitu indah, ditumbuhi bunga-bunga dan beberapa jenis tanaman hijau yang menambah keindahan tempat ini. Namun aku tak begitu menikmati keindahan ini dengan sepenuh hati karena tadi sebelum aku dan alex beranjak keluar dari toko buku itu, ku melihat pria itu tersenyum kepadaku dengan tulusnya. Aku mengalami kebimbangan dengan perasaanku ini, saat tadi ku bersama alex. Aku tak merasakan hal yang sebelumnya ku rasakan pada pria itu, tapi saat ku tak bersama alex. pria itu selalu menghampiri pikiranku.

Arggghhh ... gerutuku dalam hati atas kebimbangan diriku ini, “ kamu kenapa sayang “ alex menyadarkanku dari konflik di dalam pikiranku tadi. “ gak kenapa-napa kok, oh ya tempatnya cantik yah “ ku memandangi pemandangan indah ini lalu membentangkan kedua tanganku menikmati hembusan angin yang begitu menenangkan dan ku rasa pikiranku mulai merasa tenang.


Bersambung ... 

Selasa, 13 Oktober 2015

Cinta Yang Sesungguhnya Chapter 1



Aku rista rahmawati, seorang gadis smu yang bisa dibilang biasa saja. Gak begitu terkenal di sekolahku karena perbuatan yang baik seperti prestasi ataupun sikapku yang membangkang dan sering berbuat onar, aku bukanlah tipikal yang seperti itu. walaupun aku biasa saja, namun aku begitu beruntung mendapatkan pacar yang sangat tampan dan terkenal di sekolah. Namanya alex horlansyah, seorang ketua osis yang begitu karismatik,tampan,tinggi dan gayanya yang bisa membuat banyak orang menyukainya. Alex sangat mencintaiku begitu juga diriku yang begitu mencintainya, dari sikapnya yang begitu penyayang dan perhatian kepada diriku. Namun semua itu terasa mulai berubah, bukan dari alex. Melainkan dari diriku yang sepertinya hati ini mulai tergoyahkan sejak kedatangan orang itu dalam hidupku.

Aku tengah berjalan seorang diri di dalam sebuah toko buku mencari referensi pelajaran di sekolah dan juga untuk mencari beberapa novel yang menarik perhatianku, sekaligus untuk menambah koleksi novel milikku. Aku datang kemari seorang diri setelah pulang sekolah karena sehabatku gia memiliki urusan penting dengan keluarganya sedangkan alex, dia sedang sibuk dengan kegiatan osisnya. Walaupun begitu alex akan menemuiku nanti setelah dia selesai dengan urusannya. Tak berapa lama ku mencari, akhirnya ku temukan juga buku itu, buku kimia seperti yang dimiliki oleh bu nilam. Namun letak buku yang terlalu tinggi membuatku tak sampai tuk menjangkaunya, saat ku melihat kanan dan kiri tak ada orang yang dapat menolongku mengambil buku itu. kemana penjaga toko ini disaat aku membutuhkannya, gerutuku dalam hati. Akhirnya ku paksakan untuk mengambil buku itu seorang diri dengan menjijitkan kakiku. Tapi tiba-tiba seseorang datang lalu mengambil buku itu, “ inikah buku yang kamu inginkan ? “ pria itu menunjukkan buku yang ada dalam genggaman tangan kokohnya itu. aku hanya membalasnya dengan anggukan ringan, lalu pria itu memberikan buku itu kepadaku. “ lain kali kalau tidak bisa, kamu bisa minta tolong dengan orang lain. “ pria itu tersenyum kepadaku lalu beranjak pergi. Tanpa sempat aku mengucapkan terima kasih kepadanya.

Saat aku ingin membayar buku-buku yang ingin ku beli, aku kembali berjumpa dengan pria tadi. Dia duduk di dekat meja kasir sambil membaca sebuah buku di tangannya, lalu aku memberikan buku-buku yang ingin ku beli kepadanya. “ terima kasih yah, tadi sudah membantu saya. Maaf mengucapkannya terlambat “ aku tersenyum kepadanya lalu dibalas kembali dengan senyumannya yang menurutku begitu indah dan mengalihkan duniaku tuk sementara. “ ya, sama-sama. Itu juga sudah menjadi tugas saya di sini. Semuanya Rp.115.000 “ aku lalu memberikan uang yang pas kepadanya. “ terima kasih sudah datang, ditunggu kedatangannya kembali “ dia kembali tersenyum kepadaku.

Saat keluar dari toko buku itu, aku senyum-senyum sendiri mengingat kejadian-kejadian tadi. Terutama ketika aku ingin pulang, perkataannya masih begitu jelas dalam benakku. Terima kasih sudah datang, ditunggu kedatangannya kembali. Aku ditunggu kembali lagi olehnya, mengingat perkataan itu. aku kembali senyum-senyum sendiri karena salah tingkah. Walaupun sebenarnya aku tau ia mengatakan hal itu kepada seluruh pengunjung toko itu, tepi tetap saja aku jadi salting begini. Tak lama akhirnya aku bertemu dengan alex yang sedang menungguku di salah satu food court.


Bersambung ...

Senin, 12 Oktober 2015

karenanya



Ku memandang wajah polos dihadapanku
Dentuman jantung yang terus berdetak
Terdengar jelas lewat tubuh ini
Menghiasi suasana tenang tak bergeming
Perkataanku pun mulai terbata-bata
Seperti ada sesuatu yang menahanku tuk berkata
Hembusan angin mulai berhembus
Namun tetesan keringat terus mengalir
Perlahan gusarku mulai hilang

Seiring canda dan tawa dari dirinya seorang 

Senin, 05 Oktober 2015

kebingungan karena rasa ini



Sebuah ruang hitam dalam hati
Mulai terbuka secara perlahan
Seiring waktu yang terus berjalan
Ruang yang menciptakan
Rasa yang tak seharusnya kumiliki

Ku tahu ini salah
Dan ku tahu ini hanyalah sebuah ilusi
Namun ku tak sanggup
Menahan rasa yang terus tumbuh dan berkembanng ini

Ku coba menutup krmbali pintu itu
Dan membuang perasaan ini
Namun apa yang dapat
Pemikiran dan hati yang terus bimbang tak menentu
Mengacaukan diri yang lemah ini

Apa yang harus ku perbuat
Dan apa yang harus ku pilih
Ku tak tahu jawabannya

Kini ku hidup dalam kebingungan
Yang begitu menyebalkan

Dengan rasa yang salah ini 

Sabtu, 03 Oktober 2015

Cinta Terpendam Chapter 5 ( End Chapter )



          Aku sedang berjalan menyusuri jalan menuju ke sebuah cafe yang cukup populer di kalangan remaja seperti kami, yah aku tidak sendiri menuju ke cafe itu. melainkan saat ini aku sedang menggandeng tangan seseorang yang sangat ku cintai dan juga ku sayangi, aku dan laras mulai memasuki cafe dengan suasana yang sangat keren karena mengambil tema yang cukup menarik yaitu klasik dan juga natural. Sehingga membuat para pengunjungnnya dapat nyaman di dalam cafe ini, begitu juga kami. “ bang aku tolong pesankan coklat panas aja yah, aku mau ke toilet dulu “ belum lama kami duduk, laras langsung bergegas pergi setelah menitipkan pesanannya kepadaku.

          Tak lama setelah aku memesan coklat panas milik laras dan cappucino milikku, ada seseorang yang memukul pelan pundakku yang tentu saja membuatku sedikit terkejut dengan perlakuan itu. saat aku memandang orang yang melakukan itu, aku sedikit terkejut dan mengucapkan nama itu dengan pelan, “ citra ... “. Orang yang pernah ku cintai dan juga yang telah menghindariku setelah sekian lama, lalu mengapa citra sekarang menghampiriku ? . “ hi norland, sendirian aja yah ? “  citra duduk tepat di depanku karena meja yang kami tempati hanya menyediakan dua kursi saja. “ hi juga, gak kok aku sama seseorang ke sini tapi dia lagi pergi ke toilet ? “ aku menjawab pertanyaan citra sambil berpura-pura bermain handphone, “ oh ya sudah deh, kalau gitu aku pulang dulu yah “ citra mulai bangkit dari duduknya dan membuatku harus memandangnya sebentar dan menjawabnya dengan singkat “ ya “. Belum lama citra keluar dari cafe, laras datang dan langsung duduk di depanku “ tadi kak citra ngapain bang ? “ laras menatap dengan tatapan innocentnya dan memiringkan sedikit kepalanya ke arah kanan yang di sanggah oleh kedua tangannya yang tertahan oleh meja. “ gak ngapa-ngapain kok, dek. Cuma say hello terus duduk bentar langsung pergi dan itu lah yang sebenarnya terjadi tanpa ada penambahan dan pengurangan sama sekali “ aku tersenyum dan ikut memiringkat sedikit kepalaku.

          Akhirnya jam pelajaran pun telah selesai dan sekarang adalah waktunya istirahat. Waktu bagiku untuk makan bersama laras, belum sampai di pintu keluar kelasku. Tiba-tiba citra menarik tanganku ke suatu tempat, sebenarnya aku ingin saja melawan tarikannya namun ku urungkan itu. di sinilah aku sekarang di belakang mushola tempat aku menyatakan cintaku kepada citra namun di tolak olehnya. “ norland, mau gak kamu jadi pacar aku ? “ kata-kata itu membuatku teramat terkejut dan tenggelam dalam kebingungan, mengapa dia menembakku dan apa yang membuatnya seperti ini. Aku pernah menyatakan cinta kepadanya namun di tolak olehnya namun sekarang mengapa citra menembakku yang amat sukses membuatku bertanya-tanya. Belum sempat aku menanyakan alasannya, citra langsung menjawab pertanyaan itu sebelum aku menanyakan alasannya. “ norland, maafkan aku dan aku sangat menyesal. Dulu aku sangat bodoh dan tak mengetahui bahwa orang yang aku cintai itu sebenarnya kamu, norland. Sekarang maukah kamu jadi pacar aku, land. “ tatapan citra seolah-olah pasrah dengan jawabanku namun juga dia menginginkan jawaban yang dia amat inginkan itu. “ maaf, citra. Aku gak bisa, aku sudah mencintai seseorang dan aku tak ingin dia pergi meninggalkanku, cit. “ perkataanku membuatnya meneteskan air mata. tiba-tiba saja citra memelukku dan menangis di dadaku namun tanganku tetap saja bergelantungan ke bawah dan aku tak ingin berusaha memeluk citra yang sedang menangis karena rasa cintaku kepada laras yang membuatku tak sanggup untuk melakukannya.

          Tiba-tiba suara lirih terdengar dari seseorang yang sangat familiar di telingaku, bukan dari citra. Melainkan suara itu berasal dari laras yang entah sejak kapan berada di sana, laras mulai berlari sambil terlihat menangis sebelum dia pergi tadi. Aku langsung sigap melepas dekapan citra dan berlari mengejar laras yang belum terlalu jauh dan langsung mendekapnya dalam pelukanku. Laras berusaha melepaskan dekapanku, namun aku tetap berusaha menahannya. “ dek yang kamu lihat tadi bukan seperti apa yang kamu pikirkan, abang cinta sama adek dan gak mungkin abang mau menyakiti adek “ perkataanku, malah di balasnya dengan pukulan-pukulan di dadaku. “ jangan bohong bang, aku melihatnya sendiri “ belum sempat aku ingin menjawabnya, citra datang dan menjelaskannya ke laras. “ norland gak bohong, dia memang sangat mencintaimu dan sebaiknya kamu jangan pernah menyianyiakan cintanya yang tulus itu. seperti aku yang telah mengabaikan dan menyianyiakan cintanya kepadaku, jangan sampai kamu mengabaikannya atau kamu akan menyesal sama sepertiku. “ perkataan citra sukses membuat laras termenung, lalu citra mulai meninggalkan kami berdua. “ maafkan aku bang dan aku janji bakalan gak akan lagi terjadi hal seperti ini. Adek sayang sama abang “ laras memelukku dengan eratnya “ abang juga dek “.

“ Besarnya cinta tidak diukur dari seberapa banyaknya anda mengatakan I love you atau pun sejenisnya namun cinta itu diukur berdasarkan seberapa tulus seseorang kepada anda dan juga sikapnya kepada anda dibandingkan dengan orang lain . “ – Debby Andrianto

Aye, akhirnya sampai juga di chapter terakhir dari cinta terpendam
Jangan lupa tinggalkan komen kalian yah

Sampai jumpa di cerita selanjutnya.  

Pernyataan cinta



Ku memandang wajah polos di hadapanku
Menghiasi suasana tenang tak bergeming
Dentuman jantung mulai berdetak
Dengan jelasnya terdengar oleh diriku
Kini aku pun mulai terbata-bata dalam berkata
Tak seperti diriku yang biasanya

Hembusan angin pun
Tak dapat menahan keringat
Yang terus mengalir tanpa hentinya
Keluar dari tubuh ini

Kini kau mulai terpaku dalam diam
Setelah kata itu mulai terucap
Dari bibir ini

Kini jawaban ada padamu
Ku hanya bisa pasrah

Menerima jawaban dari dirimu seorang