Dewa pemilik hati
Chapter 3 : akhir
kisah ini
Bisikkan-bisikan kecil dalam pikiranku begitu mengganggu
hari-hariku, suara-suara yang saling bertentangan itu terkadang membuatku
stress dan tak mengerti langkah apa yang harus ku ambil dan ku perbuat. Ada
yang berbisik tuk menyatakan kepada pria itu dan ada pula yang berbisik
menunggu saja hingga pria itu mengatakannya kepadaku, aku begitu bingung apa
yang harus ku lakukan.
Terlintas dipikiranku untuk mengatakannya, namun ada rasa
gengsi bila harus aku yang melakukannya. Tapi bila aku hanya diam saja, aku
mungkin akan menyesalinya. mungkin saja secarik kertas yang ku lihat waktu itu
bukanlah ditujukan untuk ku melainkan untuk wanita lain, tapi aku tak boleh
pesimis seperti itu dan aku harus yakin dengan apa yang aku yakini selama ini.
# Flashback
Ketika para murid telah berhamburan keluar menuju rumahnya
masing-masing, sekarang hanya menyisahkan diriku yang masih duduk dikursi
kelasku dengan setianya sambil memegang sebuah kotak hadiah dipangkuanku.
Besok adalah hari ulang tahun, pria pujaanku. Dewa yoga
saputra itulah namanya, seberapa banyak ku menyebut namanya. Aku selalu
mengingat wajahnya yang entah kenapa begitu melekat didalam hatiku, membuatku
selalu tersemu merah wajahku bila terus memikirkannya. Ahhhh inilah perasaan cinta yang pertama kali
ku rasakan dan ternyata rasanya begitu membahagiakan. Namun apalah daya, diriku
begitu pengecut tuk menyerahkan hadiah ini kepadanya dan ku hanya dapat
menyimpannya saja hingga waktu yang tepat datang menghampiriku.
Saat ku ingin pulang dan melewati kursi yang sebelumnya
diduduki oleh dewa, ku lihat secarik kertas berada disana.
Memandangi wajahmu
begitu hangat rasanya
Mengingat wajahmu
menghagatkan tubuh ini
Seakan telah dingin
berjuta-juta tahun lamanya
Dan tak pernah
merasakan kehangatan ini
Wajahku selalu tersemu
merah
Bila ku mengingat
dirimu
Helaian rambutmu,
begitu halus kurasakan
Sentuhan tanganmu,
begitu nyaman ku menggenggamnya
Ku ingin bersamamu
Ku ingin kau disisiku
Dan terus memandangi
senyuman itu
Senyuman yang
membuatku terbuai akan
Keindahan ciptaan
tuhan
Yaitu dirimu I...
# End flashback
Ku duduk disebuah kafe tempat ku berjanjian dengan
seseorang, disudut ruangan itu ku hanya terdiam dan gugup yang teramat
kurasakan. Telah lama ku menunggu dirinya namun tak kunjung datang, apa dia tak
akan datang kemari ? . dengan lesu ku
beranjak dari kursiku berusaha untuk meninggalkan tempat ini, tapi sebuah
tepukan dibahuku seakan menyadarkanku “ in maaf yah telat, tadi aku ada perlu sebentar “ . ternyata dia
akhirnya datang, walau dia datang terlambat namun aku bahagia karena dia datang
kemari saat ini “ gak papa kok, dewa “ .
“ oh ya kamu mau ngomong apa, dri ? “ , “ ehmm ... i .. itu
“ kegugupanku semakin meningkat saat ku memandangi wajahnya. “ itu apa, indiri
“ dewa seakan bingung dengan apa yang ku katakan. “ A.. ak-aku ... suka sama
kamu dewa dan aku ingin jadi pacar kamu “ ku menunduk dan tak berani
menatapnya, untuk mengatakan hal ini saja butuh perjuangan yang besar bagiku.
Apalagi aku sambil menatapnya, mungkin aku akan pingsan seketika sebelum
mengatakannya.
Sebuah elusan lembut dikepalaku, membelainya lembut begitu
nyaman ku rasakan. Ku hanya dapat menatapnya dengan tatapan yang penuh harap
“ terima kasih telah menyukaiku indri
dan aku sangat tersanjung sekali telah disukai oleh wanita cantik sepertimu.
Tapi maaf aku telah menyukai orang lain indri dan maaf aku tak dapat menjadi
kekasihmu “ tanpa terasa air mata begitu saja mengalir turun ke pipiku tanpa ku
hendaki, ternyata benar secarik kertas yang ku temukan bukanlah ditujukan untukku
tapi siapakah gerangan orang yang begitu beruntungnya mendapatkan hati seorang
dewa yoga saputra.
Dewa refleks mengambil tisu lalu mengelap air mataku dengan
perhatiannya, aku hanya dapat tersenyum
menanggapinya walau terasa sakit ku rasakan hati ini. “ dewa, siapakah orang
yang begitu beruntungnya mendapatkan hatimu itu ? “. “ itu rahasia indri, aku ingin tetap ini
menjadi sebuah rahasia yang tak ingin ku ungkapkan. Karena begitu pahit ku
rasakan “ walau dewa mengatakan hal yang begitu menyakitkan bagi dirinya itu,
namun dia tetap tersenyum menghadapinya. Itu membuatku tak ingin menyakitinya
yang telah terluka.
END
“ sejuta mimpi ku ciptakan dan seribu kisah telah tercipta
untukku, tapi seakan itu hanyalah sebuah gelembung sabun yang tak dapat ku
sentuh dan hanya dapat ku pandangi saja. Hingga ia pecah dan tak meninggalkan
jejak sedikitpun tapi menyisahkan
kenangan yang begitu perih ku rasakan “
- - Indri
natalia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar