/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Jumat, 22 Januari 2016

Sang penulis kisah chapter 1

Sang Penulis Kisah
Chapter 1 : Harapan Penuh Warna



Prolog

          Rangkaian kata yang ku curahkan melalui sebuah tulisan seakan memiliki arti bagi orang lain, tapi itu bukanlah sesuatu yang berarti bagi diriku ini yang merupakan orang yang merangkai kata demi kata itu. aku menyukai hal yang berhubungan mengenai hal yang disebut perasaan baik itu cinta, dendam, marah maupun kata yang sedang menjadi populer saat ini yaitu galau.

          Aku seakan tak pernah merasakan semua hal itu dan aku hanya menjalani hidupku layaknya robot yang hanya mengikuti perintah tanpa adanya bantahan dan tak memiliki perasaan. Hidupku juga selalu monoton sehingga terkadang membuatku merasa bosan dengan hidup ini, pernah terlintas dibenakku. Apakah aku bisa seperti mereka ? tertawa dengan riangnya, mengungkapkan amarah yang sedanga dirasakan, ataupun merenung memikirkan kisah cinta yang dialaminya . Ku harap ku bisa seperti mereka, layaknya manusia dan bukanlah robot yang harus diperintah terlebih dahulu.

          Aku sebelumnya hanyalah yuliam adhimas yudha, seorang guru yang mengajar bidang biologi dan juga seorang penulis disebuah beberapa situs web. Hidupku tak berkesan sama sekali bahkan hampa dan aku hanyalah seperti robot dalam tubuh manusia.

         Hingga kau datang, yumi yuliana. Kau datang mengubahku memberikanku berjuta warna dalam hidupku dan memberikan rasa yang selama ini ku inginkan, yumi kaulah sang mentari yang menyinari hidupku dan sebagai malaikat tak bersayap yang tuhan berikan padaku untuk membimbingku menjadi manusia yang sebenarnya. Untuk mencintai dan dicintai, untukmu dan juga untukku .

--------------

          Berjalan melewati ruang demi ruang kelas tempat dimana para murid belajar, hingga tiba di depan sebuah kelas. “ selamat pagi semua “ sapaku terhadap mereka yang sebelumnya ribut menjadi hening lalu mereka cepat-cepat menuju kursi mereka masing-masing. “ pagi pak “ jawab mereka kompak bersamaan. “ apakah ada pr untuk dikumpulkan hari ini ? “ ujarku kepada mereka

“ tidak ada pak “ mereka kembali kompak menjawabnya

“ ayolah kalian jangan berbohong, saya memiliki catatannya loh “ godaku ke mereka sambil menunjukkan sebuah buku catatan kecil kepada mereka

“ haha iya pak ada, tapi ada soal yang tak bisa kami jawab karena terlalu sulit “ dimas akhirnya angkat bicara, mewakili mereka sedangkan yang lain hanya mengangguk dan menyetujui yang dikatakan oleh dimas.

“ kalian tak perlu berbohong seperti itu, kalau tak bisa katakan saja biar kita menjawabnya bersama-sama. Soal nomor berapa yang sulit itu, biar kita membahasnya bersama “

***

          Disaat jam istirahat aku memakan bekal yang ku buat tadi pagi sambil mengetik sesuatu hal yang menjadi kebiasaanku disaat senggang seperti ini di sebuah tempat duduk yang dibuat oleh sekolah. Aku lebih suka membawa bekal dibanding membeli makanan di kantin, karena aku juga bisa menyalurkan kesenanganku dalam dunia memasak dan melakukan beberapa eksperimen.

          Jemari mulai menari menekan tombol keyboard dan merangkai huruf demi huruf sehingga menjadi sebuah kata dan terciptalah sebuah kalimat. Saat inspirasi mulai mengalir melalui jemari ini, “ hai pak, lagi membuat cerita lagi “ ujar orang itu yang telah ku ketahui hanya dengan mendengar suarnya saja

“ ehmm iya nih, dimas kamu gak makan ? “ aku masih fokus dengan layar laptop dan jemariku yang terus bergerak

“ sudah pak tadi, bapak sibuk tidak ? “

“ tidak begitu kok, ada apa ? “

“ saya ingin meminta pendapat bapak tentang masalah yang saya alami “ dimas terlihat agak tidak semangat tak seperti biasanya yang selalu bersemangat dan juga menyenangkan

“ ceritakan saja, bapak akan menolongmu semampunya dan memberikan jalan keluar terbaik yang bisa bapak berikan “ aku lalu mematikan laptopku dan mulai serius dengan apa yang menjadi permasalahan muridku ini

“ saya menyukai seseorang tetapi saya tak begitu yakin dengan apa yang saya rasakan pak “

“ kenapa kamu bisa berpikir begitu, apakah kamu merasakan sesuatu yang berbeda dari orang yang kamu sukai itu ? “

“ ya sih pak, ada sesuatu yang berbeda sehingga membuat saya nyaman dengan dia dan ingin dekat dia. Tapi saya takut ini hanyalah sesuatu yang fana dan akan menghilang, saya juga takut dia tak akan menerima saya  “

" hei jangan bersedih seperti itu, kamu harus berpikir positif dengan apa yang ingin kamu lakukan dan jangan pesimis begitu. Kamu juga perlu mencoba sesuatu untuk meyakini bahwa cinta itu datang dan pergi tetapi cinta yang sebenarnya, walaupun ia pergi sejauh apapun dia pasti akan kembali ke tempat dimana pasangannya itu berada.”

“ saya mengerti pak. Ehmm ... tapi saya masih ada satu masalah lagi “ ujar dimas lagi

“ wah banyak sekali masalahmu, ayo ceritakan saja “ aku sangat senang ketika memberikan sebuah saran seperti ini kepada orang lain tetapi aku belum bisa memberikan jalan yang terbaik untukku sendiri, betapa anehnya diriku ini

“ hehe. Ehmm ... keluarga saya ingin saya meneruskan bisnis keluarga dan mengambil jurusan yang saya tidak suka, dan saat saya bilang ingin mengambil jurusan keguruan. Mereka sama sekali tak menyetujui pilihan saya dan tetap menginginkan saya di jurusan yang mereka pilih itu “ dimas kembali terlihat sedih setelah sempat tesenyum tadi

“ kamu bukanlah sebuah robot yang dapat mereka perintah-perintah dan kamu harus menurutinya, kamu juga memiliki sebuah pilihan. Kamu sebaiknya mengatakan kepada mereka, selain menjadi guru. Kamu juga bisa menjalani bisnis keluarga itu, sehingga apa yang menjadi pilihanmu dan kaluargamu bisa terwujudkan. Seperti yang bapak lakukan, selain menjadi guru bapak juga berbisnis “

“ ya pak, saya mengerti. Saya akan mencoba membicarakannya kembali dengan orang tua saya dan menurut bapak apakah saya cocok menjadi seorang guru ? “

“ kamu pantas kok menjadi seorang guru, kamu menyenangkan, pintar dan saat kamu mengajari teman-temanmu. Mereka dapat mengerti dengan apa yang kamu katakan “ aku mengusap rambutnya, seperti mencoba menyalurkan semangat kepadanya

“ haha terima kasih pak, atas pujian dan sarannya. Bapak sangat membantu, saya kembali ke kelas yah pak sebentar lagi sudah mau jam pelajaran “ dimas lalu beranjak pergi meninggalkanku yang masih nyaman duduk ditempat ini.

          Aku memandang awan yang menggumpal putih begitu banyak, seakan domba-domba yang berterbangan di langit sana dengan bulu-bulu putih dan hangat mereka. Aku begitu mudahnya mengatakan hal itu kepada dimas, namun aku begitu bodoh saat harus ku aplikasikan ke dalam hidupku.

          Hampir semua yang ku katakan kepadanya adalah sesuatu yang harusnya juga ku lakukan dalam hidupku. Aku juga seperti robot yang hanya mengikuti perintah dan tidak membantah sama sekali, pernah ku ingin melakukannya tapi tak ada keberanian yang besar dalam diriku untuk merealisasikannya. Setidaknya aku dapat menyalurkan keinginan itu dengan membukan sebuah cafe tempatku bereksperimen dengan bahan-bahan makanan.

          Cih, begitu bodohnya diriku ini. Aku bisa menasehati orang lain tetapi tak bisa ku lakukan terhadap diriku sendiri dan aku bisa membuat tulisan dan kisah romantis tetapi hidupku hampa tak berwarna. Begitu hampanya hidupku ini kesan sama sekali, ekspresiku pun hanyalah topeng semata tuk menutupi kekosongan itu.

          Aku tersenyum terhadap kebodohan yang telah ku lakukan sendiri, begitu anehnya diriku. ‘ ku harap suatu hari nanti, akan begitu banyak warna dalam hidupku. Sehingga membuatku bisa berekspresi dengan bebasnya dan bukanlah hanya sebuah topeng semata. Karena aku lelah dengan hidup yang seperti ini ‘ ujarku dalam hati sambil tersenyum penuh harap menatap langit siang hari ini.

Hai semuanya , maaf yah
Dah lama gak update.
Semoga kalian menyukai ceritaku ini
Jangan lupa tinggalkan komen kalian

I love you all

YUKI NEKO 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar