Sang Penulis Kisah
Chapter 1 : Harapan Penuh Warna
Prolog
Rangkaian kata yang ku curahkan melalui sebuah tulisan
seakan memiliki arti bagi orang lain, tapi itu bukanlah sesuatu yang berarti
bagi diriku ini yang merupakan orang yang merangkai kata demi kata itu. aku
menyukai hal yang berhubungan mengenai hal yang disebut perasaan baik itu
cinta, dendam, marah maupun kata yang sedang menjadi populer saat ini yaitu
galau.
Aku seakan tak pernah merasakan semua hal itu dan aku hanya
menjalani hidupku layaknya robot yang hanya mengikuti perintah tanpa adanya
bantahan dan tak memiliki perasaan. Hidupku juga selalu monoton sehingga
terkadang membuatku merasa bosan dengan hidup ini, pernah terlintas dibenakku.
Apakah aku bisa seperti mereka ? tertawa dengan riangnya, mengungkapkan amarah
yang sedanga dirasakan, ataupun merenung memikirkan kisah cinta yang dialaminya
. Ku harap ku bisa seperti mereka, layaknya manusia dan bukanlah robot yang
harus diperintah terlebih dahulu.
Aku sebelumnya hanyalah yuliam adhimas yudha, seorang guru
yang mengajar bidang biologi dan juga seorang penulis disebuah beberapa situs
web. Hidupku tak berkesan sama sekali bahkan hampa dan aku hanyalah seperti
robot dalam tubuh manusia.
Hingga kau datang, yumi yuliana. Kau datang mengubahku
memberikanku berjuta warna dalam hidupku dan memberikan rasa yang selama ini ku
inginkan, yumi kaulah sang mentari yang menyinari hidupku dan sebagai malaikat
tak bersayap yang tuhan berikan padaku untuk membimbingku menjadi manusia yang
sebenarnya. Untuk mencintai dan dicintai, untukmu dan juga untukku .
--------------
Berjalan melewati ruang demi ruang kelas tempat dimana para
murid belajar, hingga tiba di depan sebuah kelas. “ selamat pagi semua “ sapaku
terhadap mereka yang sebelumnya ribut menjadi hening lalu mereka cepat-cepat
menuju kursi mereka masing-masing. “ pagi pak “ jawab mereka kompak bersamaan.
“ apakah ada pr untuk dikumpulkan hari ini ? “ ujarku kepada mereka
“ tidak ada pak “ mereka kembali kompak menjawabnya
“ ayolah kalian jangan berbohong, saya memiliki catatannya
loh “ godaku ke mereka sambil menunjukkan sebuah buku catatan kecil kepada
mereka
“ haha iya pak ada, tapi ada soal yang tak bisa kami jawab
karena terlalu sulit “ dimas akhirnya angkat bicara, mewakili mereka sedangkan
yang lain hanya mengangguk dan menyetujui yang dikatakan oleh dimas.
“ kalian tak perlu berbohong seperti itu, kalau tak bisa
katakan saja biar kita menjawabnya bersama-sama. Soal nomor berapa yang sulit
itu, biar kita membahasnya bersama “
***
Disaat jam istirahat aku memakan bekal yang ku buat tadi
pagi sambil mengetik sesuatu hal yang menjadi kebiasaanku disaat senggang
seperti ini di sebuah tempat duduk yang dibuat oleh sekolah. Aku lebih suka
membawa bekal dibanding membeli makanan di kantin, karena aku juga bisa
menyalurkan kesenanganku dalam dunia memasak dan melakukan beberapa eksperimen.
Jemari mulai menari menekan tombol keyboard dan merangkai
huruf demi huruf sehingga menjadi sebuah kata dan terciptalah sebuah kalimat.
Saat inspirasi mulai mengalir melalui jemari ini, “ hai pak, lagi membuat
cerita lagi “ ujar orang itu yang telah ku ketahui hanya dengan mendengar
suarnya saja
“ ehmm iya nih, dimas kamu gak makan ? “ aku masih fokus
dengan layar laptop dan jemariku yang terus bergerak
“ sudah pak tadi, bapak sibuk tidak ? “
“ tidak begitu kok, ada apa ? “
“ saya ingin meminta pendapat bapak tentang masalah yang
saya alami “ dimas terlihat agak tidak semangat tak seperti biasanya yang
selalu bersemangat dan juga menyenangkan
“ ceritakan saja, bapak akan menolongmu semampunya dan
memberikan jalan keluar terbaik yang bisa bapak berikan “ aku lalu mematikan
laptopku dan mulai serius dengan apa yang menjadi permasalahan muridku ini
“ saya menyukai seseorang tetapi saya tak begitu yakin
dengan apa yang saya rasakan pak “
“ kenapa kamu bisa berpikir begitu, apakah kamu merasakan
sesuatu yang berbeda dari orang yang kamu sukai itu ? “
“ ya sih pak, ada sesuatu yang berbeda sehingga membuat saya
nyaman dengan dia dan ingin dekat dia. Tapi saya takut ini hanyalah sesuatu
yang fana dan akan menghilang, saya juga takut dia tak akan menerima saya “
" hei jangan bersedih seperti itu, kamu harus berpikir
positif dengan apa yang ingin kamu lakukan dan jangan pesimis begitu. Kamu juga
perlu mencoba sesuatu untuk meyakini bahwa cinta itu datang dan pergi tetapi
cinta yang sebenarnya, walaupun ia pergi sejauh apapun dia pasti akan kembali
ke tempat dimana pasangannya itu berada.”
“ saya mengerti pak. Ehmm ... tapi saya masih ada satu
masalah lagi “ ujar dimas lagi
“ wah banyak sekali masalahmu, ayo ceritakan saja “ aku sangat
senang ketika memberikan sebuah saran seperti ini kepada orang lain tetapi aku
belum bisa memberikan jalan yang terbaik untukku sendiri, betapa anehnya diriku
ini
“ hehe. Ehmm ... keluarga saya ingin saya meneruskan bisnis
keluarga dan mengambil jurusan yang saya tidak suka, dan saat saya bilang ingin
mengambil jurusan keguruan. Mereka sama sekali tak menyetujui pilihan saya dan
tetap menginginkan saya di jurusan yang mereka pilih itu “ dimas kembali
terlihat sedih setelah sempat tesenyum tadi
“ kamu bukanlah sebuah robot yang dapat mereka
perintah-perintah dan kamu harus menurutinya, kamu juga memiliki sebuah
pilihan. Kamu sebaiknya mengatakan kepada mereka, selain menjadi guru. Kamu
juga bisa menjalani bisnis keluarga itu, sehingga apa yang menjadi pilihanmu
dan kaluargamu bisa terwujudkan. Seperti yang bapak lakukan, selain menjadi
guru bapak juga berbisnis “
“ ya pak, saya mengerti. Saya akan mencoba membicarakannya
kembali dengan orang tua saya dan menurut bapak apakah saya cocok menjadi seorang
guru ? “
“ kamu pantas kok menjadi seorang guru, kamu menyenangkan,
pintar dan saat kamu mengajari teman-temanmu. Mereka dapat mengerti dengan apa
yang kamu katakan “ aku mengusap rambutnya, seperti mencoba menyalurkan
semangat kepadanya
“ haha terima kasih pak, atas pujian dan sarannya. Bapak
sangat membantu, saya kembali ke kelas yah pak sebentar lagi sudah mau jam
pelajaran “ dimas lalu beranjak pergi meninggalkanku yang masih nyaman duduk
ditempat ini.
Aku memandang awan yang menggumpal putih begitu banyak,
seakan domba-domba yang berterbangan di langit sana dengan bulu-bulu putih dan
hangat mereka. Aku begitu mudahnya mengatakan hal itu kepada dimas, namun aku
begitu bodoh saat harus ku aplikasikan ke dalam hidupku.
Hampir semua yang ku katakan kepadanya adalah sesuatu yang
harusnya juga ku lakukan dalam hidupku. Aku juga seperti robot yang hanya
mengikuti perintah dan tidak membantah sama sekali, pernah ku ingin
melakukannya tapi tak ada keberanian yang besar dalam diriku untuk
merealisasikannya. Setidaknya aku dapat menyalurkan keinginan itu dengan
membukan sebuah cafe tempatku bereksperimen dengan bahan-bahan makanan.
Cih, begitu bodohnya diriku ini. Aku bisa menasehati orang
lain tetapi tak bisa ku lakukan terhadap diriku sendiri dan aku bisa membuat
tulisan dan kisah romantis tetapi hidupku hampa tak berwarna. Begitu hampanya
hidupku ini kesan sama sekali, ekspresiku pun hanyalah topeng semata tuk
menutupi kekosongan itu.
Aku tersenyum terhadap kebodohan yang telah ku lakukan
sendiri, begitu anehnya diriku. ‘ ku harap suatu hari nanti, akan begitu banyak
warna dalam hidupku. Sehingga membuatku bisa berekspresi dengan bebasnya dan
bukanlah hanya sebuah topeng semata. Karena aku lelah dengan hidup yang seperti
ini ‘ ujarku dalam hati sambil tersenyum penuh harap menatap langit siang hari
ini.
Hai semuanya , maaf yah
Dah lama gak update.
Semoga kalian menyukai ceritaku ini
Jangan lupa tinggalkan komen kalian
I love you all
YUKI NEKO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar