Cinta itu memang menarik begitu banyak hikmah yang bisa di
ambil dari cinta dan cinta itu juga unik. Beragam jenis cinta yang ada di dunia
ini dari cinta terlarang, cinta monyet, hingga cinta-cinta lainnya, tapi bukan
hanya sesama manusia saja yang disebut cinta namun makhluk hidup yang berbeda
jenis pun dapat merasakan cinta seperti aku yang sangat mencintai kucing dan
tanaman karena mereka itu memiliki keunikannya tersendiri. Pasti kalian juga
merasakan hal yang sama, yah walaupun terhadap hal yang berbeda denganku. Perkenalkan
namaku revan seorang guru di sma negeri di kotaku, ehh bukan kotaku tapi lebih
tepatnya kota tempatku tinggal. Walaupun cintaku tak serumit cinta orang lain
yang begitu menarik perhatian, tapi cukup bagus untuk di baca.
Semua bermula ketika aku masih kelas sebelas sma, suasana
begitu berisik di hari pertama tahun ajaran baru. Hanya beberapa teman saja
yang dapat aku kenali dari sekian banyak orang di dalam kelas termasuk temanku
ketika kelas 10 ira, ia juga lah yang memperkenalkanku kepada teman-teman yang
begitu baik kepadaku hingga saat ini. Walau terkadang menyebalkan sih, kembali
ke cerita. Aku memulai tahun ajaran baru dengan hanya diam menatap teman-teman
lain yang berusaha saling mengenal satu sama lain. Namun aku berbeda aku belum
bisa menerima suasana yang baru secepat mereka, aku butuh waktu yang lama untuk
itu.
Ira yang duduk di sampingku mencoba memperkenalkan
teman-teman yang baru di kenalnya yang sedang duduk di belakan kami. Dengan
menarik nafas panjang lalu ku hembuskan semuanya lalu berbalik badan memasang
senyuman seadanya pada wajahku yang datar ini, mereka pun mulai memperkenalkan
dirinya masing-masing. Setelah memperkenalkan diri mereka mulai mengobrol
hal-hal yang sama sekali tak membuatku tertarik, aku hanya berusaha menjadi
pendengar yang baik saat itu.
Setelah berjalannya waktu aku pun mulai dekat dengan mereka
yang ternyata sangat asik dan ada seseorang yang membuatku tertarik dalam
kelompok ini, ia bernama diyah. Kami selalu berusaha sekelompok ketika di
berikan tugas maupun dalam mengerjakan tugas-tugas yang lain, jadi aku cukup
sering bertemu orang itu. Dia adalah orang yang menarik sih, gak seperti yang
lain menjalani kehidupannya dengan barang-barang yang bagus walau sebenarnya ia
mampu membelinya dan berdandan dengan secukupnya saja gak lebay kayak yang lain.
Aku pun cukup sering ke rumahnya, bahkan sampai tetangganya cukup akrab
denganku.
Aku sangat senang sekali berada di dekatnya, sebelumnya aku
belum pernah merasakan cinta. Sehingga selama ini aku hanya menyimpannya saja
dan menganggap perasaan ini adalah sebuah perasaan karena sebuah pertemanan.
Hingga suatu ketika kami melakukan jalan-jalan ke sebuah tempat wisata dan aku
merasakan sesuatu yang sangat menyayat hati, kejadiannya begitu singkat.
Ketika kami lelah berkeliling kami semua duduk dekat sebuah
pohon dan ada salah satu temanku yang menyatakan cintanya kepada diyah,
perasaanku saat itu begitu hancur dan kesal. Hancur karena diyah menerimanya
dan kesal karena diyah langsung di peluk oleh pria tadi tanpa ada penolakan
sama sekali. Setelah saat itu pun aku hanya dapat memberikan tawa dan senyuman
palsu agar mereka tak mengetahui apa yang aku rasakan saat ini.
Ternyata hubungan mereka tak begitu lama entah alasan apa
yang membuat mereka begitu tapi aku tak peduli yang penting aku bahagia karena
sekarang aku memiliki kesempatan tuk memilikinya. Namun semua tak berlangsung
lama ketika kelas 12, ia pindah kota. Entah alasan apa yang membuatnya pindah,
hati ini kini terasa sepi dan hampa tanpa adanya dia. Hari-hari pun terus
kujalani, aku telah berusaha menghubngi nomornya tapi tak ada jawaban darinya
dan ia pun menjadi jarang membuka media sosial. Bahkan hampir gak pernah lagi
membukanya, aku yang tak sempat menyatakan perasaan ini hanya mampu
menyimpannya di sudut terdalam di dalam hati sehingga aku tak lagi dapat
melihatnya dalam hatiku.
Kini aku telah menjadi salah satu mahasiswa negeri di
daerahku, aku mengambil jurusan pendidikan kimia. Walau menjadi guru bukanlah cita-citaku,
tapi kimia adalah pelajaran yang sangat aku senangi, yah walau sebenarnya sih
aku gak pernah memiliki cita-cita dalam hidupku. Aku hanya memiliki impian
sejak kecil yaitu merawat tanaman di rumahku yang letaknya di pinggiran kota
yang begitu nyaman bersama kucing-kucing yang dapat membuatku tersenyum ketika
mereka bermanja-manjaan minta di elus pada rambut halus mereka dan juga membuat
sebuah toko yang menjual tanaman-tanaman, juga beberapa hal yang di jual toko
tanaman lainnya.
Selama aku menjadi mahasiswa selama 4 tahun tak pernah ada
yang pernah membuatku tertarik tuk menjadi kekasihku, mereka hanya ku anggap
teman saja. Hingga aku menjadi guru dan impianku terwujud pun aku belum juga menikah. Hingga membuat kedua
orang tuaku resah dengan anaknya yang akan menjadi bujangan abadi. Namun semua
itu berbeda sejak hari ini, hari ini hari minggu sehingga aku dapat mengawasi
pegawaiku yang ada di toko. Ketika aku sedang asik merawat beberapa
tanaman-tanamanku ada seseorang yang mengagetkanku, “ mas di sini ada menjual
bunga mawar putih ? “ tanyanya sambil memegang topi yang ada di kepalanya.
Ketika aku berbalik aku terkejut dan dia pun sama terkejutnya dengan diriku,
ternyata dia telah kembali. “ diyah, sejak kapan kamu kembali kemari ? “
jawabku yang buka jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan tadi. “ belum lama
kok, kamu dah sukses yah sekarang “ aku hanya dapat tersenyum atas pujian itu.
“terima kasih, oh ya tunggu sebentar yah aku mengambil mawarnya dulu “ aku pun
bergegas ke belakang menyuruh pegawaiku mengambil beberapa tangkai mawar putih
untuknya.
Kami pun mengobrol panjang lebar, ternyata ia kemari sedang
liburan bersama suaminya dan mereka baru saja menikah sebulan yang lalu. Ketika
sedang asyik mengobrol ada suaru yang mengujutkan kami, “ diyah, kok lama
banget sih “ tanya pria itu. “ oh ya aku sampai lupa, karena ngobrol jadi gak
ingat kalau kamu nungguin. Ini revan teman aku saat sma “ jawab diyah . “ yogi
“ ucapnya lalu kami bersalaman. Lalu tak lama mereka pergi yang ternyata ingin
mengunjungi keluarga diyah yang sedang sakit, jadi ia memebeli bunga. Mereka
pun pergi meninggalkanku yang dari tadi memandang kepergian mereka. Terasa
sakit memang namun aku tetap harus menjalani hidupku dengan bahagia karena aku
yakin dia bukanlah cinta sejatiku. Aku yakin pasti cinta sejatiku pasti telah
lama menungguku di luar sana, aku pun akhirnya dapat bahagia melihatnya yang
kini bahagia dan semua terasa begitu ringan ketika aku melapaskan sesuatu yang
selama ini menusuk hati terdalamku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar