Sudah setahun lamanya aku dan yuki menajalani hubungan ini,
begitu banyak masalah yang kami lewati namun kami tetap bersama. Aku dan yuki
kini sudah kelas 12, sudah semakin mendekati yang namanya ujian nasional.
Itulah yang membuat yuki terus menyemangati aku untuk terus belajar, namun
karena aku yang memang agak pemalas jadi lihat buku aja bawaannya pengen tidur.
Yuki lah moodbooster aku, dia membuat aku semangat untuk belajar. Hingga suatu
kejadian terjadi.
Belakanngan ini memang yuki sering mengajak aku belajar
bareng bersamanya, namun karena terlalu seringnya belajar aku jadi bosan dan
kini jarang kerumahnya. Kalau aku kerumahnya pasti yang di hidangkan pertama
kali adalah buku, bukannya minuman atau cemilan. Yuki memang rajin dan juga
pintar, ia sangat suka membaca tapi bukan untuk aku. Aku sih kalau di sekolah
biasa-biasa aja walau memang cukup sering membaca buku tapi bukan buku
pelajaran melainkan komik. Itulah kini yang membuatnya ngambek dengan aku,
sudah seminggu lamanya kita diam-diaman, hingga ketika aku melihat ada poster
di mading tentang lomba puisi yang tak lama lagi akan dia adakan di sekolah.
Terbersit sebuah ide di kepalaku agar kami dapat baikan lagi dan aku
membutuhkan pahlawan untuk hal ini. Dia adalah orang yang menyatukan aku dan yuki,
siapa lagi kalau bukan leon.
Di jam istirahat ini aku luangkan waktuku untuk menemui leon
di dekat perpustakaan yang cukup sepi karena di sini memang jarang di menjadi
tempat berkumpulnya para siswa. Ku lihat leon sudah berada di sana “ rey lama
banget sih, dah lo yang nyuruh malah lo
yang lambat. Memang mau ngomongin apa
sih, di tempat sepi gini lagi “ leon
agak kesal, bukan agak tapi banget. “ ehh, sorry leon. Tadi bu sarah ngedongeng
melulu jadi telat gini, kan lo tau sendiri kalau bu sarah suka kayak gitu. Gini
lo kan panitia osis jadi aku pengen minta bantuan lo agar yuki di jadikan mc di
acara lomba puisi ntar “ aku agak mencoba memelas agar dia mau menolongku. “
memangnya ngapa sih kok lo minta yuki buat jadi mc “ leon kembali bertanya. Aku
pun mulai menceritakan masalah yang aku alami dan juga renacanaku. “ ok gue
bakal tolongin lo, tapi ingat ini ada bayarannya yah “ leon tersenyum karena
dia bakal dapat traktiran. “ ya ya, lo tuh makan aja “ aku agak kesal namun
hanya di balasnya dengan tawa.
Menurt leon cukup sulit membuat yuki untuk mau menerima
tawarannya untuk menjadi mc, namun akhirnya dia berhasil juga. Hari ini lah
hari perlombaan itu di laksanakan, sudah beberapa murid maju ke panggung
membacakan puisi karyanya. Setelah ini adalah giliran aku, terasa gugup banget
karena seluruh murid SMA 21 dan para guru menontonnya. Tiba-tiba adikku, lili
muncul kebelakang panggung tempat aku sekarang berada menunggu giliran. Lili
sekarang sudah kelas 10 dan bersekolah di sekolah yang sama denganku “ kak rey
semangat yah. Jangan buat malu ntar” lili mengejekku namun hanya ku balas
dengan mengacak-acak rambutnya dan suara yuki dan teman mc nya memanggil
namaku. “ semangat kak rey, ingat jangan buat malu “ dia cekikikan lalu berlari
ke tempat siswa lain menonton.
Aku kini berada di atas panggung memegang sebuah kertas di
tanganku, sedangkan yuki dan temannya berada di sisi kanan panggung. Dia hanya
menuduk sejak aku naik ke atas panggung. Aku pun mulai membaca puisiku dan
membacanya sambil memandangi yuki.
Maaf
Maafkan aku atas
kesalahan yang telah ke
perbuat
ku mengakui hal itu
aku bersalah dan ku
mohon
maafkan lah diriku ini
ku tanpamu hanya
seperti sebuah sepatu
ku tak berguna dan
tiada artinya
jika bersamamu ku
merasa
hidupku teramat
berarti
tidak hanya untuk kita
namun juga orang lain
sebelum puisi ini selesai habis, aku menghampiri yuki yang
masih saja menunduk dan memegang tangannya lalu ia mulai mengangkat kepalanya
dan mulai menatapku. Mata kami saling berpandangan satu sama lain.
maaf
itulah kata yang dapat
terucap dari bibir ini
lalu aku mengeluarkan setangkai bunga yang dari tadi ku
sembunyikan.
“ Yuki maukah kau memaafkan aku atas kesalahan yang telah ku
perbuat, jika kau memaafkanku ambil lah bunga ini dan jika sebaliknya kau dapat
membuang bunga ini “ ujarku dan memberikan bunga itu
Ku terkejut atas apa yang ia perbuat, yuki memelukku lalu
berkata “ aku memaafkanmu rey “ ujarnya sedikit berbisik. Namun karena ia
mengucapkannya dekat clip-on ( mikrofon yang sering di letakkan di baju saat
wawancara ) jadi seluruhnya yang ada di sini dapat mendengarnya. Mereka lalu
bertepuk tangan dengan semangatnya.
Setelah mengantar pulang yuki yang masih membawa bunga yang
ku berikan tadi ternyata lili lagi asik menceritakan kejadian tadi kepada mama
“ ma tadi kak rey romantis banget tau ma sama kak yuki “ lili sambil
memandangiku yang baru saja pulang. “ memangnya rey ngapain lili ? “ mama
sepertinya tertarik mendengarnya. “ tadi kak rey minta maaf sama kak yuki, kak
rey bacain puisi terus minta maafnya sambil ngasih bunga gitu. Bahkan kawan
lili sampai ada yang nangis “ lili tertawa ketika dia selesai mengatakannya. “
kamu tuh yah sama aja kayak papa kamu “ mama agak pelan mencubit lenganku. “
memang papa gimana ma “ tanya aku dan lili bersamaan. “ ada deh “ mama tak
menjawabnya lalu matanya kembali ke tv dan aku hanya meihat senyman di
bibirnya. Kami berdua hanya kesal karena tidak di ceritakan.
Beberapa hari sudah berlalu setelah perlombaan itu, leon
datang ke kelaskku dan mengajakku entah mau
di bawa kemana. Ternyata dia membawaku ke mading sekolah dan ku lihat
pengumuman pemenang dan ternyata aku juara satu dalam perlombaan itu, aku pun
mulai bingung kok bisa aku yang juara satu dengan hadiah yang cukup besar
jumlahnya. “ lo yah yang jadi jurinya ? “ tanyaku masih tak percaya, karena dia
duduk di dekat kursi juri yang merupakan para guru “ ngapain juga aku bantuin
lo, lagian itu para guru tau yang nilai. Jadikan ntar traktirannya “ dia
senyum-senyum lalu yuki tiba-tiba saja hadir di antara kami “ ye, kita
makan-makan nih “ yuki tampak senang dan ternyata dia tadi mengikuti kami. “
kita double date nih dan di bayarin lagi “ leon lalu tertawa dan aku hanya
dapat kesal sambil menggembungkan pipiku.
Setelah kejadian itu kami merasa semakin dekat saja namun
mulai jarang bertengkar lagi dan mulai memahami satu sama lain. Yuki juga
mengerti aku dan tidak terlalu menekanku untuk selalu belajar namun terkadang
aku juga sering bertanya kepadanya jika tak mengerti tentang soal-soal itu. Beginilah
kami menjalani hubungan ini dengan suka cita, tanpa beban. menganggap pasangan
sebagai penyemangat hidup dan bukannya sebagai sesuatu yang menambah beban
hidup.
Nikmati hidupmu dan jangan menganggapnya sebagai beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar