/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-3/ani340.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ One Piece - Tony Tony Chopper

Sabtu, 26 Desember 2015

Ketenangan Jiwa



Pepohonan hijau menaungi taman
Hembusan angin menerpa wajah
Kesegarannya menyejukkan raga
Terasa nyaman
Tak ingin ku hentikan

Cahaya sang mentari
Menembus celah dedaunan
Menyapaku yang terbuai
Seakan menghipnotis diri ini
Suasana nyaman dan tenang
Menentramkan jiwa dan raga

Gesekan dedaunan
Menciptkan melodi alam yang indah
Memberikan ketenangan
Yang sulit ku jelaskan

Ku tak ingin terlepas dari semua ini
Seluruhnya begitu indah
Ku berharap dalam ketenangan

Ini tak sekedar ilusi belaka 

Minggu, 20 Desember 2015

I'm not short



          Aku adalah seorang siswi SMA Bina Karya kelas 10, namaku Raina Yuliana. Aku memiliki tubuh yang pendek namun aku tidaklah gendut ataupun kurus, aku juga memiliki paras yang lumayan cantik dan sedikit melebihi kecantikan gadis pada umumnya. Walaupun aku masih kelas 10 dan masih anak baru di sma ini namun aku telah memiliki rasa kebencian atau tak suka kepada salah seorang senior.

         Namanya adalah Rian Julianto, seorang senior kelas 11 dan senior yang paling ngeselin yang pernah ada. Dengan tubuhnya yang  tinggi dia sesukanya memanggilku pendek, walau aku sadar, tinggiku sedikit di bawah gadis kebanyakan. Aku juga mendengar dari salah satu temanku yang mengatakan dia adalah anggota tim basket di sekolah ini.

          Mungkin kehidupanku di sma akan menjadi buruk dan suram tak seperti apa yang orang lain katakan “ masa-masa sma adalah masa yang bikin kangen dan membahagiakan “. Namun akan berbeda bagiku selama orang itu masih terus menggangguku. kehidupan yang indah itu mungkin tak akan pernah terwujudkan dalam hidupku.

          Aku dan teman-temanku sedang makan di kantin mengisi perut yang sudah memberontak minta untuk diisi, awalnya kami mengobrol dengan bebasnya dengan suasana yang tenang hingga hawa tak enak itu muncul kembali. Teman-temanku yang tadinya ribut mulai tenang tak bergeming dan suara yang menyebalkan tanpaku lihat pun aku telah mengetahui siapa dirinya. “ hai pendek “ akhirnya kata itu keluar juga dari mulut beracunnya dan tak ku pedulikan orang itu hanya ku nikmati saja makanan yang tersaji di depanku. “ pendek, makan sendirian nih. Mau ditemanin ? “ lucifer,sebutanku untuknya. Lucifer duduk didepanku yang tadinya diduduki oleh teman-temanku yang sekarang telah pindah ke meja sebelah. “ hei lucifer, mau berapa kali aku bilang. Aku gak suka panggilan yang kamu buat untuk aku. Tolong hentikan itu dan aku tak sendirian sebelum kamu datang. Terima kasih namun aku lebih baik sendiri dari pada ditemani oleh oleh iblis yang dapat mengeluarkan racun dari mulutnya sepertimu “ bukannya marah atau apa dia malah tersenyum dan mungkin aku benar kalau dia itu mungkin saja iblis yang masuk kedalam tubuh pria di depanku
“ aku gak bisa berhenti memanggilmu, pendek. Tapi aku suka panggilan yang kamu buat untuk aku, terima kasih “ dia kembali tersenyum yang membuat teman-temanku dan juga para cewek di situ senyum-senyum gak jelas kecuali diriku seorang karena senyuman itu adalah racun bagiku. Sudahlah lebih baik aku menikmati makananku dari pada mengobrol dengan si lucifer.

***

          Setelah beberapa lama aku menjalani kehidupanku di sma ini, si lucifer terus saja mengangguku hingga saat ini walau aku sudah hampir setahun menumpuh pendidikan di SMA. “ hai pendek “ lucifer datang menghampiriku yang sedang mengerjakan tugas matematika di hadapanku dengan beberapa buku sebagai referensiku di dalam perpustakaan sekolah, tanpa melihatnya pun aku telah mengetahui orang yang memanggilku itu dan aku tak mempedulikannya dan hanya serius dengan tugasku saja.

          “ pendek, lagi buat apa ? “ lucifer melihat buku tulisku yang dihiasi rumus-rumus yang memuakkan bagiku, namun aku kembali hanya diam dan menahan emosiku karena lucifer terus saja memanggilku pendek. “ ini salah “ lucifer menunjuk salah satu soal yang telah ku jawab, “ Haaa ? “ aku menatapnya bingung. “ ini salah dan seharusnya begini “ dia menunjuk soal yang tadi ditunjuknya lalu menuliskan jawaban yang menurutnya benar di halaman yang kosong. Setelah ku lihat-lihat, ternyata memang benar jawabanku tadi itu salah dan miliknyalah yang benar. “ makasih “ jawabku datar, ternyata dia cukup pintar juga selain jago basket. “ sama-sama pendek “ dia tersenyum kepadaku, mulai lagi deh panggilan itu keluar dari mulutnya. Padahal aku sudah cukup senang dengannya, hufftt  -,- “  biarkanlah saja dia, raina.

***

          Setelah kejadian itu, disaat lucifer membantu tugasku. Dia semakin sering menolongku dan agak mengurangi panggilan itu kepadaku, namun kenapa membuatku menjadi merasa berbeda yah. Seperti ada yang kurang dan bertambah sekaligus terhadap dirinya tapi aku tak tau apakah hal itu. tapi aku juga cukup senang dengan dirinya yang sekarang ini, membuatku cukup dekat dengannya.
Setelah pulang sekolah, aku menyempatkan untuk meminjam beberapa buku di perpustakaan. Saat sedang mencari-cari buku, aku melihatnya sedang tertidur dengan nyenyaknya. Entah kenapa wajahnya terlihat begitu tampan dan begitu damai saat dia sedang tertidur, berbeda saat dia sedang terbangun yang tanpa sadar aku menggumamkannya. Aku tak sadar sudah berapa lama memandangi wajahnya, aku sadar ketika dia berkata masih dengan mata yang tertutup itu “ mau sampai kapan,pendek. Kamu mau lihatin wajah tampan aku “. Aku mendengus kesal dan ingin beranjak dari tempat ini, “ hati-hati dijalan yah “ dia menggenggam tangan ku lalu tak lama dia melepaskannya kembali.  Dasar lucifer aneh .

          Saat sedang berjalan di koridor yang cukup sepi, seseorang menarikku ke dalam sebuah ruang kelas secara tiba-tiba. Aku ingin berteriak tapi mulutku ditutup oleh orang itu, saat aku lihat orang itu ternyata mereka adalah gengnya fiona. Fiona adalah cewek yang menganggap dirinya itu kekasihnya lucifer, padahal tidaklah seperti itu hubungan mereka.

          “ apa mau kamu ? “ tanya setelah mulutku dibuka oleh orang yang menutupnya tadi. “ raina, jangan berani yang kamu dekat-dekat pacar aku “ fiona menunjuk-nunjuk aku. “ aku tak merasa tuh, dekat-dekat dengan pacar orang. Anyway, memangnya sejak kapan kamu punya pacar fio ? “ aku pura-pura tak tau apa yang dia bicarakan. “ jangan sok bodoh deh, siapa sih yang gak tau kalau pacar aku itu bang rian “ fiona mulai emosi kepadaku yang terlihat dari raut wajahnya dan juga nada bicaranya. “ bukannya dia single dan memang ada cowok yang mau sama cewek kayak kamu ? “ fiona sudah terlihat sangat marah dan teman-temannya langsung memegangi tangan dan kakiku agar tidak bergerak. “ kalau ku bilang kau jangan mendekatinya yah jangan kau dekati. Bila tidak aku akan melakukan hal yang lebih buruk dari ini “ aku melihatnya mengangkat tangannya dan ingin memukulku dan aku langsung menutup mataku tapi kenapa tangan itu tak mengenai wajah atau bagian tubuhku yang lain.

          “ B.. b.. bang rian “ Suara fiona membuatku membuka mataku yang tertutup, ku lihat tangan lucifer memegang tangan fiona yang ingin memukulku. “ jangan kau mencoba menyentuh riana atau kau akan tau akibatnya “ lucifer melepaskan tangan fiona lalu melihat ke teman-teman fiona yang memegang tubuhku dengan tatapannya yang mengerikan, secara refleks mereka melepaskannya lalu lucifer menarikku keluar kelas. Tapi ketika di depan pintu dia berbalik “ jangan pernah lagi kau mengatakan aku ini pacar kamu karena orang yang aku suka itu adalah riana dan dia adalah pacar aku “ lucifer lalu menarik tanganku lagi ke suatu tempat, namun sebelum itu aku sempat melihat wajah fiona yang tampak begitu kesal dan itu membuatku senang sekali.

          “ pendek, apakah ada yang terluka ? “ lucifer melihat wajah dan memutar tubuhku memastikan aku baik-baik saja saat kami sudah berada di parkiran motor dekat motornya. “ ya, aku baik-baik aja kok. Malah kamu yang buat tangan aku sakit dengan narik aku kuat-kuat kayak tadi “ aku mendengus kesal terhadapnya. “ maaf “ lucifer menundukkan wajahnya menatap bumi, kenapa aku malah membuatnya sedih dan bukannya berterima kasih. “ sebenarnya gak ada yang sakit kok, aku hanya bercanda saja tadi. Makasih yah sudah menolongku “ aku menunjukkan senyuman terbaikku agar dia tak lagi seperti itu, karena aku tak menyukai ekspresinya di saat ia terlihat bersalah seperti itu.

          “ dasar kamu tuh, pendek. Bikin orang sedih aja “ lucifer tertawa lalu mengusap-usap kepalaku dan aku membiarkannya saja yang sebenarnya aku juga merasa suka dengan hal itu. “ oh ya tentang yang tadi di depan pintu kelas, apakah kamu serius tentang hal itu ? “ aku bertanya kepadanya dan dia langsung menghentikan kegiatannya tadi. “ ya aku serius “ujarnya, “ T.. tapi ... sejak kapan kita pac- “ belum selesai aku mengatakannya, lucifer langsung meletakkan jarinya di bibirku “ raina yuliana atau lebih enak dipanggil pendek maukah kamu jadi pacarku, seniormu ini ? “ aku seperti disambar petir disaat langit yang begitu cerahnya, aku tak menyangka dia mengatakan hal itu. jujur belakangan ini, aku merasa sangat nyaman dengannya dan terkadang juga merindukan dirinya yang seperti dulu yang selalu memanggilku pendek, mungkinkah aku menyukainya ? . ku rasa... aku juga mencintainya.

          “ A... a.. aku .... “ belum sempat menyelesaikan kalimatku, dia sudah menutup bibirku dengan jarinya kembali. “ kamu gak perlu jawab sekarang karena aku gak pengen dengar hal yang buruk dari dirimu “  hufffttt, orang ini sungguh menjengkelkan. Aku pun berusaha menjauhkan tangannya dari bibirku agar aku bisa mengatakannya “ aku juga menyukaimu dan aku mau “ aku tersenyum lalu mengangguk dan menundukkan wajahku karena aku merasa malu. Tiba-tiba aku merasa ada yang memelukku dengan cukup erat namun terasa hangat dalam pelukannya dan ku dengar dia berkata “ terima kasih “.

          Seseorang atau banyak orang sering mengatakan hal ini “ jangan terlalu membenci seseorang karena mungkin suatu saat perasaanmu akan berubah dari kamu yang membencinya menjadi kamu mencintainya karena benci dan cinta itu, berbeda namun begitu tipis perbedaannya. “


          Kurasa itulah yang kurasakan saat bersamanya, diawali dengan perasaan benci yang begitu besarnya. Namun sekarang perasaan itu kini berubah menjadi perasaan cinta dan sayang yang begitu besar melebihi perasaan benciku sebelumnya. Ku tak ingin perasaan ini kembali menjadi kebencian dan aku ingin tetap seperti, ku dan dia kan berusaha agar kita tetap bersama . 

Hujan dan Tangis



Deraian hujan membasahi bumi
Melembabkan udara yang mengering
Dentuman hujan yang mengenai atap
Meredam tangis dari diriku
Air mata seakan tak ingin berhenti
Seperti hujan yang sedang berlangsung
Hati terasa sakit begitu dalam
Terasa tertusuk oleh samurai yang tajam
Dan terpukul godam dengan kerasnya
Apa yang menyebabkannya ?
Apa yang menciptakannya ?
Tak seorang pun mengetahuinya
Termasuk diriku ini
Sebuah tangisan begitu saja terjadi
Seiring hujan membasahi bumi

Andai ku tahu
Apa yang terjadi ?
Andai ku tahu
Apa yang mesti ku perbuat ?
Ku kan lakukan apapun
Tuk melepaskan perasaan
Sakit di hatiku ini

Seakan tuhan mendengar doaku
Sang mentari datang
Menyinari dengan cahayanya
Menembus jendela kamarku 

Minggu, 06 Desember 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 7 ( END )



Azri POV

          Gak mungkin, gak mungkin ini terjadi. Bukannya aku telah menggunakan benda itu, tapi bagaimana maria bisa hamil gerutuku dalam hati. Aku kembali berpikir mengingat-ingat kejadian yang telah lalu, aku memang memakai benda itu. namun aku juga pernah beberapa kali tidak menggunakannya. DASAR BODOOOHH, aku memukul dinding kamarku mengingat perbuatan bodoh yang telah ku perbuat. Aku tak ingin hidupku hancur, apalagi harus bersama dengannya. Apa yang harus ku lakukan ? gerutuku lagi .

          Apa aku harus menyuruhnya aborsi, ku rasa itu ide yang bagus. Aku harus menemuinya besok dan mengusulkan ideku ini. Aku sedikit senang karena menemukan solusi yang tepat untuk masalahku ini.

Author POV

          Azri menghampiri aini dan angga yang sedang duduk di bangku taman sekolah yang dinaungi oleh sebuah pohon yang cukup rindang, namun ketika “ hai sayang “ azri yang mendekati mereka berdua. Aini yang baru menyadari kedatangan azri secara refleks langsung menarik tangan angga dan langsung pergi meninggalkan azri, belum sempat aini menjauh dari azri. Azri langsung melepaskan pegangan tangan aini dan angga lalu membalikkan tubuh  aini lalu memegang kedua tangan aini  “ sayang, ada apa dengan kamu ? “ azri terlihat mencoba selembut mungkin dengan wanita itu.

          “ lepasin tangan aku,azri “ aini berusaha melepaskan tangannya namun begitu sulit karena azri memegangnya dengan cukup kuat, “ jawab dulu pertanyaan aku,aini “ azri dengan suara yang cukup rendah dan juga lembut. “ lepasin tangan dia “ angga yang dari tadi diam mulai angkat bicara dan mencoba melepaskan tangan aini dari genggaman azri. “ kau sebaiknya jangan ikut campur “azri menatap angga dengan tatapan yang menyatakan, ini urusan gue jadi lo jangan ikut campur. Di saat itu aini langsung melepaskan tangannya dari genggaman azri “ azri, kita putus dan tidak ada alasan untuk kamu menolak keputusan ini. Sebaiknya, kamu lebih baik menjaga anak kamu dan juga cewek yang bernama maria itu “aini lalu menarik tangan angga dan pergi meninggalkan azri yang hanya mematung. Azri hanya diam menatap punggung mereka yang kian menjauh hingga menghilang.

Azri POV

          Bagaimana aini dapat mengetahui hal itu. apakah aini ada di cafe itu saat aku dan maria mengobrol ?. aku tak ingin kehilangan aini dan aku harus mendapatkannya kembali  ujarku dalam hati. Aaarghhhh aku begitu kesal, kenapa ini terjadi. Jika ayah sampai mengetahui hal ini, aku pasti akan dipaksa menikah dengan maria, apalagi ayah mengenal ayahnya maria. Aku harus segera menemui maria agar segera mengaborsi bayi itu, tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk “azri cepat ke ruang keluarga, papa mau ngomong sama kamu” mama mengetuk pintu lalu beranjak pergi yang ku dengar dari hentakan kakinya. Apa sih yang mau papa omongin, padahal aku lagi stress gini. Dengan malasnya aku pergi e ruang keluarga, saat aku tiba di ruangan itu. betapa terkejutnya aku saat melihat siapa saja yang berada disan, tidak hanya papa dan mama tetapi ada juga maria dan kedua orang tuanya. Kakiku seakan terasa begitu berat dan ku tak mampu tuk melangkah, dan perasaanku menjadi gusar seketika.

          “ azri cepat kemari “ papa dengan suara tinggi, langsung membuatku beranjak menuju tempatnya. Pengadilan pun dimulai, aku pun menceritakan semua yang terjadi dengan jujur karena aku begitu takut dengan papa dan juga ada maria yang membuatku tak bisa berbohong. Tak hanya aku yang diceramahi dan disidang, tetapi maria juga karena kami dianggap telah melakukan yang seharusnya tak kami lakukan. Keputusan akhirnya adalah aku harus bertanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan. Betapa bodohnya diriku ini AAARRRGHHHHH .

Aini POV

          Sudah sekitar sebulan lamanya, azri keluar dari sekolah ini. Dia bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, aku beruntung sekali memiliki sahabat seperti angga. Dia lah orang yang memberitahuku tentang hal itu.

Flash back ***

          Angga malam-malam datang ke rumahku dengan nafas yang tidak teratur, “ angga,ada apa malam-malam begini ? “ aku mempersilahkannya duduk di kursi yang berada di depan rumahku. “ aku ada sesuatu yang harus kamu ketahui “ angga mengeluarkan hpnya, aku sedikit memiringkan kepalaku. Lalu terdengar suara itu, suara azri dan apa yang dia katakan. Aku benar-benar syok dibuatnya, air mata tak dapat ku bendung lagi keluar begitu saja dari ujung kelopak mataku, angga seakan mengerti perasaanku dan ia langsung memelukku dengan lembutnya.

***

          Angga adalah orang yang baik, perhatian dan juga lembut terhadapku. Walau terkadang dengan sifatnya yang membuatku kesal, namun itulah yang selalu membuatku senang berteman dengannya dan juga rindu bila lama tak berjumpa. Ku pikir, aku adalah gadis yang bodoh karena telah menolak pria yang begitu perhatiannya kepadaku. Bahkan ketika ku terpuruk seperti sebulan yang lalu, angga lah orang yang terus memberiku dukungan agar aku tetap kuat menjalani hidup ini.

          Tapi apakah aku dapat mencintainya ?. Orang bilang cinta timbul melalui adanya kedekatan, ada juga yang bilang cinta timbul melalui kebaikan yang begitu tulus dan rasa pengertian bagai seorang ibu. Aku rasa aku dapat melakukannya karena kedua hal itu telah angga lakukan kepadaku, awalnya memang sulit dan ingin kau melepaskan ikatan itu. tapi setelah kau merasa nyaman dengan ikatan itu, seakan kau tetap ingin terikat walau harus jatuh ke jurang bersamanya. Setidaknya aku harus mencobanya, walau akhirnya pahit yang ku rasakan.
Angga mari kita menjalani status baru diantara kita J.

YEEEAAAAAA
Akhirnya selesai juga, cerita aku kali ini
Semoga kalian menyukainya yah J
Berikan comment anda
Karena comment anda sangat memotivasi saya
Untuk membuat yang lebih baik lagi

Terima kasih J J J

Sabtu, 05 Desember 2015

Kebohongan


Buaianmu hanyalah mimpi tak berharga
Tak meninggalkan kesan yang berarti
Tak pantas tuk didengarkan
Semua itu hanyalah ilusi
Kebohongan belaka
Yang tercipta oleh manusia sepertimu
Ku pernah terjebak buaianmu
Terperangkap dalam ruang kebohongan
Awalnya bagaikan mimpi yang indah
Hingga ku tersadar bahwa ini
Hanyalah ilusi yang kau ciptakan
Dengan mulutmu itu
Kau tak akan pernah dapat
Membohongiku lagi
Dan ku pastikan
Tiada korban berjatuhan

Karena kebohongan dirimu 

Sabtu, 28 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 6



Angga POV

          Aku mencoba bertahan menahan amarah saat melihatnya bersama pria itu, pria yang disukai oleh wanita yang ku suka. Mereka saling bercanda tepat di hadapanku tanpa mempedulikan keberadaanku yang sejak tadi di depan mereka, aku mereka anggap hanyalah patung yang tak dapat melihat,mendengar dan juga tak memiliki perasaan seperti mereka. Itulah yang mungkin ada dalam benak mereka seakan dunia hanya milik mereka berdua.

          Setelah berlangsung beberapa hari setelah kejadian menyakitkan itu, aku mendengar berita yang amat menyedihkan bagiku. Berita yang mana keluar dengan sendirinya dari aini, yaitu ia dan azri telah berstatus pacaran bahkan ia sampai membuatnya di media sosial. Sebahagia itukah mereka berdua ? , entahlah. Aku hanya dapat tersenyum sambil menahan rasa sakit yang terus membuatku ingin menjerit karena rasa sakit yang amat sangat sakit kurasakan sehingga membuatku tak mampu lagi tuk hidup. Namun apalah dayaku, aku hanya dapat meratapi nasibku yang menyedihkan ini.

Azri POV

        Akhirnya, aku mendapatkannya setelah cukup lama berusaha. Gadis yang begitu cantik di mataku saat ini, senyumannya yang begitu hangat dan rasa perhatiannya yang hanya ditujukan kepadaku membuatku selalu tersenyum. Namun disaat yang sama, aku harus menghindari seseorang yang amat membuatku risih akan keberadaannya. Dia selalu menggangguku hampir setiap saat dan aku tak mempedulikannya sama sekali karena hanya satu yang ku ingin lihat dengan jelas saat ini yaitu,aini.

          “ hai sayang “ ujarku lalu duduk disampingnya yang sedang mengobrol dengan sahabatnya di kantin. “ hmm hai juga “ aini menundukkan wajahnya yang tersipu malu entah mengapa, sejak kami berstatus pacaran dia hampir selalu seperti ini.namun di saat yang sama aku merasakan hawa yang berbeda yang berada sangat dekat denganku yang berasal dari seseorang didekat kami, seperti hawa dimana seekor hewan herbivora yang ingin diterkam oleh pemangsanya. Sebisa mungkin aku terus mengabaikan tatapan dari orang itu, karena aku memang merasakan sebuah ancaman dalam menjalani hubunganku dengan aini yang berasal dari dirinya.

          Sepulang sekolah aku harus menemui seseorang yang terus menggangguku yang mengirim begitu banyak pesan setiap harinya, dia bukanlah aini yang mengirim pesan yang selalu kunantikan. Melainkan seseorang yang seperti ingin menterorku bagai pembunuh berdarah dingin dan aku harus menghentikannya sekarang juga karena aku telah lelah menghadapi hal ini.

Author POV

          Azri berjalan mendekatinya yang sedang memainkan gadgetnya dengan suasana cafe yang cukup tenang dimana mereka telah sepakati sebelumnya. “ apa yang ingin kamu bicarakan ? “ tanya azri yang langsung to the point tanpa basa basi sama sekali, walau mereka telah lama tidak berjumpa. Hanya seulas senyum yang dapat dibalasnya untuk saat itu lalu dia juga mulai angkat bicara “ sudah lama yah kita tidak berjumpa dan mengobrol ditempat favorit kita ini “ kembali muncul senyuman itu dengan bebasnya muncul di wajahnya.

          “maria jangan bertele-tele dan katakan apa maksud kamu sesungguhnya. Kamu sangat mengganggu hidupku “ azri sedikit menaikkan suaranya kepada maria, seorang gadis yang seumuran dengan azri yang telah merasa di ganggu hidupnya oleh maria. Namun sebuah senyuman aneh yang tercipta oleh maria dengan tatapan sinisnya. “ seharusnya aku yang bilang begitu ke kamu karena sudah menghancurka kehidupan aku, azri. Sekarang aku sedang mengandung anak kamu dan aku ingin meminta pertanggung jawaban yang pernah kamu ucapakan sama aku dan bukannya kamu yang melarikan diri seperti ini “ perkataan yang terucap oleh maria langsung membuat azri terlihat syok dan tatapannya pun berubah drastis. Seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraan ini pun syok mendengarnya namun tercipta senyuman yang aneh yang berasal darinya “ ternyata kamu begini orangnya “ orang itu lalu menikmati minuman yang tersaji di depannya.

Bersambung ...
Maaf baru bisa update, karena susah membangun mood yang lagi labil he he he
Maaf juga karena agak singkat. Sekali lagi minta maaf


Terima kasih sudah membaca J

Jumat, 13 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 5



Angga POV

          Aku hanya dapat menghela nafas sejak tadi, aku harusnya tahu. Tahu bahwa aini lebih menyukai orang lain, orang yang telah aku curigai sejak kedatangannya. Azri. Tapi mengapa aku tadi hanya menerima perkataan aini begitu saja tanpa ada pembelaan atas perasaanku selama ini, lidahku seakan batu yang sulit tuk digerakkan dan bibir ini terus menutup tak ingin melakukan pembelaan sama sekali.

          Arghhh ... teriakku kesal sambil mengacak-acak rambutku. Mengapa rasanya cinta yang ditolak begitu menyakitkan seperti ini ?. aku terlalu stress dengan keadaan seperti, aku lebih baik mengungkapkannya melalui puisi agar emosiku dapat tersalurkan disana seperti yang biasanya kulakukan ketika sedang emosi.

Senyuman yang dulu manis
Semanis gula batu
Kini seakan berubah
Menjadi hambar tak berasa
Dan kian memahit seiring ku mengingatnya
Mengalahkan pahitnya kopi hitam
Hati yang dulu bagai padang bunga
Seakan hancur dan menghilang
Menjadi lahan tandus
Tanpa adanya kehidupan
Sakit ...
Perih ...
Begitu dalam kurasakan
Untuk pertama kalinya


Aini POV

          Entah perasaan apa yang membuatku ingin melihat blog milik angga, saat aku melihatnya. Aku melihat sebuah puisi yang baru saja dia posting. Air itu mengalir melalui peluk mataku dan membasahi pipiku, wajahku yang mulai memanas dan memerah setelah membaca puisi itu. aku tak sanggup lagi menahan tangis yang ingin keluar, memikirkan apa yang telah ku perbuat.
Aku pun berniat mengirimkan sebuah pesan kepadanya, mengungkap maaf kepadanya.

To: Angga
“maaf,ngga. Aku gak bisa menjadi seperti apa yang kamu inginkan “

From : Angga
“ ya, gak papa. Asal kamu gak akan menjauh, aku gak papa kok J

Aku tersenyum miris, bahkan angga masih sanggup memberikan emot senyum. Seperti saat tadi aku menolaknya.

To : Angga
“ aku gak akan menjauh dari kamu, ngga. Sekali lagi aku minta maaf dan aku mohon kamu juga gak akan menjauh dari aku “

From : Angga
“ ya, aku gak bakalan menjauh J

Bersambung ...


Apa yang akan terjadi selanjutnya kepada kedua insan ini, nantikan chapter selanjutnya yah. Jangan lupa tinggalkan comment J

ku harus memilih siapa ? chapter 4



Aini POV

          Ini adalah hari yang paling tidak disukai oleh semua orang dan begitu banyak alasan yang dapat tercipta, kalian pasti tau hari itu. yup, hari ini adalah hari senin. Hari yang mana aku harus panas-panasan upacara dibawah teriknya matahari, bukannya aku gak menghargai jasa para pahlawan yah dengan bermalas-malasan mengikuti upacara. Hanya saja panasnya itu loh yang gak tahan, kalau para guru sih enak dilindungi oleh atap podium. Tapi walaupun hari ini adalah hari yang paling tak aku suka namun pada hari ini ada yang membuatku menunggu sejak kemarin yaitu hari pengumuman perlombaan yang diikuti oleh angga.

          “ aini, aku yang ikut lomba kok kamu yang nervous gitu ? “ angga melihatku yang dari tadi nervous gak jelas. “ ya iyalah ngga, kalau kamu menangkan aku bisa dapat traktiran trus aku bisa bangga punya kawan kayak kamu “ aku mengacungkan jempol dan dengan senyuman terbaikku, angga hanya menatapku dengan tatapan datar dan malas andalannya.

          Protokol mulai membacakan pemenang dari tiap perlombaan yang diselenggarakan, namun anehnya angga hanya bersikap biasa saja dari tadi begitu optimis dia akan memenangkan perlombaan. Entah mengapa dia selalu bersikap seperti itu dan berbeda dengan orang lain.

          “ nggga jadi kapan ? “ aku menyenggol lengan pelan saat ia tengah serius memperhatikan bu juli yang mengajar di depan kelas “ Hmm ... kapan apanya ? “ aku memutar bola mataku mengikuti apa yang seringku baca dinovel “ traktirannya angga “ angga dengan watadosnya membuatku jengkel, seperti dia ingin melupakan janjinya itu. “ tenang aja, ntar aku kasih tau kok “ angga kembali serius dengan apa yang bu juli jelaskan di depan sana.

Angga POV

          Hari ini akan menjadi hari yang spesial dalam hidupku dengan mencoba mengungkapkan apa yang selama ini aku harapkan dari aini, orang yang selama ini aku cintai. Aku mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi kota dan beberapa tempat yang cukup ramai untuk menikmati weekend seperti saat ini. Dia terlihat agak berbeda dengan pakaian yang santai namun terlihat indah dan tawanya yang begitu lepas disertai senyuman manis yang selama ini selalu ku dambakan.

          Setelah lelah seharian, aku pun mengantarnya kembali ke rumahnya. Ku pikir inilah saat yang tepat ku mengatakannya, bermandikan sunset yang menurut orang. Ini lah saat yang begitu indah dan romantis untuk dinikmati.

          “ makasih ya, ngga karena jalan-jalannya yang menyenangkan banget “ aini tersenyum lalu ia ingin berbalik dan menuju rumahnya namun ku genggam tangan itu sebelum sempat berbalik  “ ada apa, ngga ? “. “ aini, ada yang mau aku katakan sama kamu “

Aini POV

          Aku terkejut, sangat amat terkejut dengan apa yang baru saja angga katakan padaku. Apa angga baru saja menembakku, aini aku suka sama kamu, apakah kamu mau jadi pacar aku ?  kalimat itu terus berputar dalam pikiranku. Hingga tanpa ku sadari angga sedikit meremas tangan kananku yang dari tadi digenggamnya.

          Apa ? apa yang harus aku lakukan. Jujur aku hanya menganggapnya hanya sebatas teman ataupun sahabat selama ini, tapi aku tak berpikir lebih untuk menjadikannya seorang pacar. Karena aku lebih menyukai tipe cowok seperti azri dan aku menyukainya. Kalau boleh jujur, angga gak kalah kok sama azri hanya saja aku rasa kami gak akan cocok untuk menjadi sepasang kekasih.

          “ ehmmm ... maaf,ngga. Aku gak bisa, aku sudah menyukai orang lain “ aku menundukkan wajahku karena tak sanggup untuk menatapnya. “ baiklah jika itu yang kamu inginkan, aku pulang dulu yah “ angga pun langsung pergi begitu saja meninggalkanku yang masih mematung di depan gerbang yang hanya dapat menatap punggungnya yang kian menjauh.

Bersambung ...


Yee akhirnya update juga setelah ada beberapa teman yang meminta cepat untuk diupdate cerita ini, tinggalkan comment yah J

Minggu, 01 November 2015

ku harus memilih siapa ? chapter 3



Azri POV

          Siapakah pria ini, apakah dia pacarnya aini ? pikirku sambil menatapnya yang sejak tadi hanya diam menikamati makanannya, tatapannya yang begitu datar dan terasa hawa dingin dari tubuhnya membuatku terasa aneh dengan keberadaannya. Berbeda dengan aini yang begitu hangat bagaikan sang mentari di atas sana, tapi ku rasa mereka memang pasangan yang cocok antara orang yang berhati dingin dan orang yang begitu hangat. Tapi aku juga menyukai aini sejak bertemu dengannya di perpustakaan saat itu, apakah aku harus merebutnya dari pria ini ? lirihku dalam hati. Aku pasti bisa, mendapatkan aini karena aku adalah azri ucapku dalam hati yang begitu optimis. Sehingga menicpitakan senyuman di wajahku.

          “ azri, kamu kenapa ? “ aku hanya menggaruk kepalaku yang gak gatal sama sekali dan terlihat angga, pria yang di samping aini melihatku sekilas dengan menyipitkan matanya. “ gak papa kok, oh ya aku pergi dulu yah. Bye “ aku melambaikan tanganku ke arah aini lalu pergi dari kantin yang ramai itu.

Angga POV

          Hufft akhinya dia pergi juga, kenapa gak dari tadi aja sih gerutuku dalam hati sambil melihatnya yang telah menghilang diantara keramaian kantin. “ balik ke kelas yuk, dah selesaikan ? “ aku bangkit dari kursi dan aini pun ikut bangkit.

          Saat kami melewati mading dan melihat-lihat sebentar, aini menunjuk salah satu pengumuman yang terlindungi oleh kaca itu. “ angga, coba lihat ? “ aini menunjuk sebuah kertas yang berisi mengenai perlombaan pembuatan cerita dengan tema bebas yang diadakan oleh pihak osis untuk memperingati bulan bahasa. “  angga kamu ikut aja, kamu kan jago buat cerita-cerita gitu “ aku berpikir sejenak, gak ada salahnya kan aku ikut ini. Mungkin aku harus mencobanya kalah menang gak masalah deh ujarku dalam hati. “ ok deh “ lalu kami ke ruang osis untuk mendaftarkanku dalam acara itu.

          Ku berbaring menatap langit-langit kamarku sambil mendengarkan musik untuk mencari sebuah inspirasi, namun begitu sulit untuk ku dapatkan. Waktu pengumpulan cerita yang hanya tinggal beberapa hari lagi membuatku semakin tertekan dengan keadaan ini, seharusnya aku tak mengikuti kata aini dengan ikut serta dalam perlombaan ini.

          Ku hembuskan nafas panjang mencoba untuk santai dan mendapatkan inspirasi, cerita-cerita yang aku update tiap minggunya di blog pribadiku selalu saja mengenai orang lain baik yang ada di sekitarku maupun tentang suatu hal yang tak ada hubungannya denganku. Mengapa kali ini aku tak membuat sesuatu yang berbeda yakni tentangku, tapi tentang apa ? lirihku kesal sambil mengacak-acak rambutku dengan kesal. Terlintas dalam benakku tentang aini, oh ya mengapa aku tak membuat mengenai perasaanku kepadanya saja tapi dengan sesuatu yang membuat orang lebih tertarik membacanya ujarku sambil tersenyum dan menepuk pelan kedua tanganku.

          Aku mulai mengetik cerita ini dengan santai agar inspirasiku dapat mengalir bagai air yang mengalir di sungai tak berhenti walau sebentar saja. Musik yang sedang berputar dari handphoneku menambah susana yang begitu pas dengan cerita yang sedang ku buat saat ini.

          Akhirnya selesai juga ceritanya setelah cukup lama ku berada di dalam kamar bagai beruang yang berhibernasi dalam sarangnya. Saat ku melihat jam, ternyata aku telah melewati jam makan malamku dan aku baru merasakan perutku mulai menggerutu minta tuk di isi. Aku pun berjalan ke meja makan mengisi perut yang sudah memberontak ini.

Aini POV

          “ angga boleh gak aku baca sedikit ceritanya “ aku menadahkan tangan meminta kertas-kertas yang berisi cerita yang berada di tangannya itu. “ gak boleh “ aku hanya dapat menggembungkan pipiku tanda kesalku melihatnya, saat aku kesal seperti ini selalu ku melihat goresan senyum tipis di wajahnya yang begitu sulit tuk dilihat itu. entah mengapa dia selalu seperti itu dengan wajahnya yang begitu datar itu, apakah dia malu menunjukkan ekpresinya kepada orang lain. Hmmm ... mungkin saja ujarku dalam hati.

          Setelah tadi kami mengantarkan cerita milik angga, dia mengatakan bila dia menang. Ia akan mentraktirku dan mengajakku ke suatu tempat. Hmm ... kemana yah ? pikirku. Entahlah aku begitu penasaran, semoga saja angga menang jadi aku dapat traktiran hahaha .


Bersambung ...

ku harus memilih siapa ? chapter 2



Aini POV

          Seperti biasa aku berjalan menuju sekolah sambil mendengarkan musik melalui ear phone , aku berjalan dengan malasnya sambil menggeret kakiku yang terasa amat menempel dengan jalanan. Ibu tadi membangunkanku dengan teriakannya yang sungguh luar biasa nyaring bagaikan suara petir yang menggelegar di langit sambil mengguncangku di atas tempat tidur seperti raksasa yang menggetarkan bumi. Terpaksa ku terbangun dengan malasnya karena aku lelah dengan semua omelannya. Ini karena kesalahanku yang menonton film hingga larut sehingga membuatku harus begini. 

          Saat ku memasuki kelas, ku langsung membaringkan kepalaku di atas meja. Angga yang duduk disampingku melihat dengan pandangan penuh tanya “ hei, aini. Tumben lemes ? “ mataku yang sayu memandanginya dengan malas lalu menutup kepalaku dengan tas. “ hei, ditanya tuh dijawab “  aku pun bangkit dari tidur dan kembali menatapnya dengan malas “ aku ngantuk,ngga. Tadi malam aku nonton film sampai larut,jadi gini deh “ aku kembali berbaring di atas tasku sambil menatapnya. Angga lalu mengambil tasnya dan membalikkan badannya melakukan sesuatu, saat dia berbalik ia memercikkan air dari tangannya ke wajahku yang membuatku langsung bangkit dari tidurku dan menatapnya dengan mata yang tak lagi sayu “ ih,angga. Muka aku jadi basah ginikan karena kamu “ aku memukul lengannya pelan lalu mengusap wajahku yang basah sambil menggembungkan pipiku yang gak chubby ini.

           Angga tertawa melihatku lalu tersenyum “ tapi kamu jadi freshkan,ni. Seharusnya kamu terima kasih karena aku dah bantuin kamu karena ntar pak roni yang killer itu pasti akan milih kamu jadi mangsanya “ . angga memang menolongku dari killernya pak roni yang begitu ditakuti di sekolah dan termasuk dalam jajaran guru killer versi anak-anak sma kami. “ tapi gak gitu juga kan caranya “ aku melihatnya kesal dengan pipi yang menggembung, “ iya deh, ni. Aku minta maaf “ angga dengan puppy eyesnya dan senyuman yang tergores tipis hampir tak terlihatnya itu, jurus andalannya terhadapku ketika berbuat salah.

Bel istrahat berbunyi ... ting tong ting tong

          “ aini, dah istirahat nih mau ke kantin gak ? “ mendengarnya aku langsung bangkit dari tidurku, aku dapat tertidur setelah pelajaran pak roni karena bu widya yang tidak datang sehingga menjadi waktu tidurku setelah pelajaran dengan diajar oleh guru super killer itu. “ ayo “ aku langsung berdiri dan meninggalkan angga yang menatapku dengan bingung lalu memiringkan kepalanya.

Angga POV

          Aini bangkit dari kursinya lalu berdiri meninggalkanku yang masih termenung menatapnya, lalu tercipta senyuman tipis dariku. Aini memang gadis yang unik dan juga menarik, walau terkadang memang dia menyebalkan lirihku dalam hati.

         “ mau pesan apa, biar aku yang pesankan sekalian ? “ aini tampak berpikir sejenak sambil meletakkan salah satu jari di dagunya “ batagor sama es jeruk satu mas “ dia tertawa kecil yang begitu manis terlihat “ ya mbak, tunggu sebentar yah “ aku pun juga mengikuti skenario yang dia buat sebagai seorang pramusaji.

         Ketika ku kembali sambil membawa dua buah cangkir es jeruk, ku melihat aini sedang duduk dengan seorang pria sambil mengobrol dengan cerianya.  “ angga perkenalkan ini azri, anak baru. Dia juga kelas 2 “ aini menunjuk laki-laki yang ada di depannya. “ azri “ dia mengangkat tanganya untuk berjabat tangan, “ angga “ setelah perkenalan itu aku bagaikan obat nyamuk yang hanya menemani mereka mengobrol dengan asiknya, tanpa berbicara dan hanya menikmati makanan yang menjadi hambar dengan yang seperti suasana ini.


Bersambung ...

Senin, 26 Oktober 2015

Ku harus memilih siapa ? chapter 1




Aini POV

          Ku berjalan menuju sekolah sambil mendengarkan musik dengan riangnnya, terkadang ku senandungkan lirik-lirik lagu itu. jarak antara sekolah dan rumahku tidaklah begitu jauh, dapat ku tempuh dengan waktu 10 menit saja saat berjalan seperti sekarang ini.

          Saat mulai mendekati gerbang sekolah, aku melihat seseorang yang tak asing lagi bagiku. “ selamat pagi, angga “ aku sedikit memukul pelan bahunya. “ Hmmm, pagi “ angga dengan tatapan datarnya membalas salamku, “ ini masih pagi loh,ngga. Dah gitu aja muka kamu, happy dikit dong “ ia membalasnya dengan sedikit senyum yang teramat dipaksakan.

          Angga adalah seseorang yang begitu dekat denganku, walau hampir selalu menunjukkan wajah sendu nan datarnya. Namun angga adalah orang yang sangat care dan baik kepada orang lain, tapi caranya saja yang sedikit berbeda.

“ angga, kantin yuk “ ajakku saat bel istirahat telah berbunyi sambil menarik-narik bajunya. “ mau ngapain sih, mending ke perpus aja. Baru aku mau “  dasar maniak buku, pasti pikirannya gak jauh-jauh dengan yang namanya buku. Tapi aku begitu beruntung memiliki teman sepertinya karena aku bisa belajar banyak darinya tanpa harus membaca buku-buku itu, namun juga butuh usaha untuk memintanya. “ iya ya tapi kita ke kantin dulu,ok “ . “ Hmmm “ balasnya singkat lalu berdiri dari duduknya.

Angga POV

          Aini memang terkadang begitu menyebalkan, mengganggu diriku yang sedang ingin istirahat dan membutuhkan ketenangan karena semalam aku harus begadang untuk menyelesaikan cerita yang ku buat untuk updatean blog pribadiku. Mengapa dia tak mengajak teman wanita, mengapa harus diriku. Walau aku memang teman yang begitu dekat dengannya dan di tambah lagi, diam-diam aku memiliki perasaan khusus kepadanya. Tapi aku masih takut tuk mengungkapkannya.

          Saat kami memasuki perpustakaan dengan suasana yang begitu tenang dan nyaman, aku langsung berjalan menuju kursi kosong dan tempat yang cukup sepi. Aini hanya mengikutiku dari belakang sambil mendengarkan musik dengan earphonenya.

          Melihatku yang langsung menundukkan wajahku ke arah meja, aini langsung berkomentar “ kamu kok malah tidur sih,ngga. Biasanya langsung cari buku, aku kan jadi bosen kalau tungguin kamu tidur begini “ . “ aku lelah,ni. Jadi aku pengen tidur sebentar, tolong nanti bangunin aku yah saat dah nak masuk dan satu hal lagi lihat tanda itu. nyanyi jangan berisik “ aku menunjuk sebuah tanda yang di minta untuk tenang, aini hanya dapat menggembungkan pipinya tanda kekesalannya. Namun itu sungguh begitu lucu dan membuatku ingin mencubit pipinya, tapi aku begitu takut tuk melakukanya dan juga perasaan ngantuk yang sudah sangat luar biasa ku rasakan.

Aini POV

          Dasar angga, ku kira dia ingin membaca sebuah buku atau sesuatu hal yang bisa sambil ku ajak mengobrol ternyata ia malah ingin tidur di perpus. Aku hanya bisa menggembungkan pipiku tanda kekesalanku, sebelum angga kembali menundukkan wajahnya ku melihat goresan senyum yang begitu sedikit. Sehingga membuatku sulit tuk melihatnya dan memastikan bahwa itu ialah sebuah senyuman.

          Dari pada aku menunggunya tidur dan menunggu waktu istirahat berakhir, lebih baik aku mencari novel untuk menghilangkan rasa bosanku walau aku telah menggunakan ear phone. Saat aku sedang memilih-milih buku sambil membacanya sekilas, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku “ hai, kelas berapa ? “ ia seorang pria yang cukup tinggi seperti angga namun dia memiliki perbedaan yaitu senyuman yang dapat dengan mudah kita dapatkan darinya, dia menggunakan seragam yang sama seperti ku yaitu pakai putih abu-abu. Namun ada sebuah perbedaan yaitu logo sekolahnya, mungkin dia seorang anak baru pikirku dalam hati. “ hai juga, aku kelas dua. Anak baru yah ? ”. “ iya, aku juga kelas dua baru masuk hari ini. Oh ya perkenalkan nama aku azri “ sesuai dugaanku azri merupakan anak baru, ku rasa aku akan cepat akrab dengannya karena sikapnya yang cukup terbuka dengan orang lain dan juga sikapnya yang enjoy yang sifatnya berbeda dengan angga.

          Tak terasa bel tanda masuk pun berbunyi, aku pun pergi meninggalkan azri karena ia juga di tunggu oleh teman sekelasnya. Aku langsung  bergegas ke tempat angga lalu membangunkannya dengan cukup sulit, mungkin angga benar-benar lelah hingga harus seperti ini.


Bersambung ... 

Cinta yang sesungguhnya chapter 3 ( end )



          Keramaian malam minggu yang didominasai oleh para remaja menghiasi hampir seluruh tempat di bagian-bagian kota, ku berjalan bersamanya di tengah taman yang cukup ramai dengan kaum muda-mudi. Aku dan alex menghampiri salah satu kedai untuk melepas lelah setelah berjalan cukup lama menikmati malam yang begitu indah ini, tanpa tugas yang selalu menghantui kami setiap harinya.

“ ris kamu mau minum apa ? “ tatapan hangat alex yang begitu menenangkan begitu menentramkan hati ini. “ ehmm ... jus jeruk aja deh, sayang “ ku berpikir sebentar sambil menggembungkan salah satu sisi pipiku. “ ok, kamu gemesin banget deh kalau mikirnya sambil kayak gitu “ alex sedikit mencubit pelan pipiku dan pergi memesan minuman untuk kami.

          Tak lama kemudian, muncul seseorang yang belakangan ini selalu mengganggu pikiranku. Ia datang bersama seorang wanita cantik yang masih muda dan kurasa seusia dengannya.  Mereka menempati salah satu meja yang agak berjauhan denganku, mereka mengobrol dengan asiknya dengan tawa dan senyuman manis di bibir mereka seperti telah lama saling mengenal. Ketika pandanganku sedang asik melihat mereka, alex tiba-tiba menyadarkanku dengan tatapan hangatnya . “ gak papa kok,lex “ ku tersenyum melihatnya lalu meminum minumanku perlahan-lahan.

          Ku berbaring di dalam kamarku sambil menatap langit-langit kamarku mengingat kejadian-kejadian malam ini. Ku merasa iri dengan wanita itu yang bersama pegawai toko buku itu yang sampai sekarang belum ku ketahui namanya, ku ingin menggantikan dirinya dan mengobrol dengan pegawai toko buku itu. namun di lain pihak ku juga ingin berada di sisi alex dengan segala yang dia miliki terutama tatapan hangatnya, kasih sayang dan kelembutannya kepadaku.

          Ku akhirnya mengalami lagi hal ini,rasa bingung akan perasaan yang ku alami saat ini. Ku putuskan untuk meminta saran sahabatku gia meminta solusi dan saran untuk masalahku ini.
“ halo gia, lagi ngapain ? “ . “ lagi tidurlah,ris. Kamu tuh gangguin aja yah, ini tu dah jam 10 dan ini tu waktu tidur berharga aku ris “ nada bicaranya sedikit jengkel tapi juga begitu sendu karena gia yang ku ganggu tidurnya. “ ya deh, maaf-maaf. Tapi aku lagi ada masalh nih “ ku memdengar dia menguap lalu “ hoammm, masalah apa sih,ris. Di malam hari gini “.

“ masalah tentang alex dan pegawai toko itu “ lalu aku pun menjelaskan kejadian yang terjadi malam ini kepada gia, “ bagus deh, kalau dia dah ada cewek lain. Jadi kamu gak akan gangguin dia, lagi pula kamu kan dah punya alex yang begitu perhatian sama kamu ris. Kalian berdua itu, kan sudah aku bilang cocok banget. Jadi kamu jangan mikirin cowok itu lagi, mikirin aja cowok kamu sekarang ini. Dengan segala perhatian yang dia berikan ke kamu, jangan mikirin cowok yang belum lama kamu kenal yang bahkan kamu gak tau namanya “ aku termenung memikirkan jawaban yang gia berikan, belum sempat aku ingin menjawab. “  kamu sebaiknya pikirkan apa yang tadi aku bilang kalau masih kurang paham. Besok kita sambung lagi, aku dah ngantuk banget nih, bye ris “ gia langsung menutup telfonnya sebelum aku menjawabnya.

          Ku berpikir apa yang dikatakan oleh gia memang benar, tapi begitu sulit bagiku untuk melakukannya. Tapi aku harus berusaha dan tak boleh menyerah karena aku adalah risti orang yang biasa saja tapi bisa menyeimbangkan sesuatu hal. Jadi aku pasti bisa mengelahkan perasaan ini, semangat.

          Ku putuskan hari ini ingin berjalan-jalan ke toko buku bersama dengan alex atas usul gia. Ketika aku sampai di toko buku itu, ku melihat orang itu dengan wanita yang kemarin kami temui sedang makan sambil suap-suapan kepada pasangannya. Tiba-tiba perasaan itu mulai muncul kembali dan aku teringat kata-kata dari gia semalam, lalu aku memegang erat tangan alex dan melihatnya dengan tatapan hangatnya.  Seketika itu ku merasakan energi yang mengalir ke dalam tubuhku seperti saat alex memberikanku semangat ketika ujian.  Lalu ku tersenyum melihat mereka, alex hanya bingung melihatku yang tiba-tiba memegangnya dengan erat dan aku yang tersenyum sendiri.
Semoga saja perasaan seperti ini tak akan mengganggu hidupku lagi, karena sungguh membuatku lelah menghadapinya. Tapi selama ada alex yang begitu perhatiannya kepadaku dan tatapan lucunya ketika dia bingung, aku yakin aku pasti bisa menghadapinya.


“ Walau badai dapat menghempaskan gedung pencakar langit, namun tak akan bisa menghempaskan cinta yang sesungguhnya di dalam hati para manusia “ 

Senin, 19 Oktober 2015

Cinta yang sesungguhnya chapter 2



“ rista, kamu kenapa senyum-senyum gitu “  suara alex mengagetkanku yang sedang memikirkan kejadian sewaktu di toko buku tadi. “ gak papa kok sayang, oh ya tadi membicarakan tentang apa sih kok lama banget rapatnya ? “ aku mencoba mengalihkan perhatiannya, “ oh tentang kegiatan lomba-lomba gitu, tapi tadi agak ribet dari biasanya. Makanya agak lama dari biasanya, hmm kamu beli buku apa aja tadi. Aku pengen lihat dong “ alex lalu mengambil bungkus plastik tempat buku yang baru saja ku beli dan meihat-lihat isi buku itu. “ wah sepertinya, novel yang kamu beli ini menarik. Kapan-kapan aku pinjam yah, sayang “ alex lalu mengembalikan kembali buku itu ke dalam tempatnya semula.

Setelah alex mengantarkanku pulang ke rumah kembali teringat kejadian-kejadian tadi sewaktu di toko buku, “ arghhh mengapa dengan otakku yang terus menerus mengingat kejadian itu “ gerutuku dalam hati. Untung saja tak lama mama memanggilku untuk menolongnya, sehingga aku dapat melupakan kejadian itu untuk sementara. 

Keesokan harinya aku pun menceritakan kejadian semalam kepada gia, namun gia malah “ ya ampun, rista. Kamu tuh dah punya cowok dan dia tu cowok yang keren abis. Alex juga tuh cinta banget sama kamu ris, apalagi kalian tuh cocok banget tau kayak atom natrium dan klorin yang cocok banget. “ sumpah gila, entah kenapa gia. Sangkut pautin aku dan alex sama natrium dan klorin, mentang-mentang gia suka banget sama pelajaran kimia sampai-sampai menyangkut pautkan cinta dan kimia Kan gak banget. “ ya deh, gia. Kan aku Cuma ngomong doang “  aku lalu memanyunkan bibirku dengan wajah yang kesal. “ iya ya, rista yang suka baper. Aku ngerti kok sama sifat kamu yang sering begitu “  akhirnya kami pun saling ejek-ejekan. Namun tetap itu hanya bercanda saja dan bukannya serius.

Mengapa dengan hati ini, ku merasakan jatuh cinta kepada seseorang yang memang telah lama ku sayangi. Namun seseorang tiba-tiba saja datang dan membuatku merasakan hal yang berbeda kepadanya, apakah aku jatuh cinta lagi kepada orang lain. Tapi aku juga masih mencinta pacarku saat ini, ada apa dengan hatiku saat ini.  Aku bingung dengan apa yang ku rasakan, mengapa rasa ini datang menghampiriku. Mengapa tidak orang lain saja? , arghhhh... aku jadi bingung. Aku harus bagaimana dan apa yang harus ku perbuat, entahlah. Ku biarkan sajalah hati ini dan waktu yang menjawab segalanya

Entah apa yang membawaku kembali ke tempat ini, mungkinkah hati ini. Yah ku rasa begitu, ku berjalan seorang diri menuju toko buku tempat di mana pria itu bekerja. Pria yang selalu mampir dalam pikiranku bersama dengan alex di dalamnya, ku mulai memasuki toko itu dan berjalan-jalan mlihat-lihat buku sambil mencari dirinya. Namun tak juga ku temukan dirinya, karena ku tak menemukan drinya. Akhirnya ku ubah niatku dan mulai membaca beberapa novel di tempat itu untuk mengisi waktuku tuk sementara dan mungkin saja ku akan membelinya nanti.

Belum lama ku membaca dan masuk ke dalam duniaku, seseorang tiba-tiba saja mengejutkanku dengan memukul pelan punggungku. “ hei .. sayang “ sapa pria itu yang mengejutkanku, “ ih kamu nih, jangan kagetin aku gitu dong “ kataku kesal sambil menggembungkan pipiku. “ kamu kalau lagi kesal bikin gemes deh “ alex tertawa lalu mencubit pelan pipiku. “ oh ya, sendirian aja nih. Gak sama gia “ alex bertanya lagi. “ gak, gia kayaknya lagi sibuk deh. Jadi aku pergi sendiri aja “ aku kembali membaca buku yang sedang asik ku baca tadi. “ hmm, kenapa gak ajak aku aja. Jadi kan kita bisa sekalian perginya dan aku bisa temanin kamu sayang “ alex menggenggam tangan kananku. “ iya deh, lain kali aku akan bilang kamu dulu. Tapi yang pentingkan kamu sekarang dah temanin aku “ aku lalu memandangnya mengalihkan waktuku membaca tuk beberapa saat. “ aku pengen ajak kamu ke suatu tempat nih, kamu mau gak ? “ ku berpikir sejenak lalu mengangguk tanda aku setuju. “ oh ya kamu mau beli buku itu ? “ tanyanya ketika kami telah berdiri dan hanya ku jawab dengan gelengan pelan.

Alex membawaku menuju sebuah tempat yang begitu indah, ditumbuhi bunga-bunga dan beberapa jenis tanaman hijau yang menambah keindahan tempat ini. Namun aku tak begitu menikmati keindahan ini dengan sepenuh hati karena tadi sebelum aku dan alex beranjak keluar dari toko buku itu, ku melihat pria itu tersenyum kepadaku dengan tulusnya. Aku mengalami kebimbangan dengan perasaanku ini, saat tadi ku bersama alex. Aku tak merasakan hal yang sebelumnya ku rasakan pada pria itu, tapi saat ku tak bersama alex. pria itu selalu menghampiri pikiranku.

Arggghhh ... gerutuku dalam hati atas kebimbangan diriku ini, “ kamu kenapa sayang “ alex menyadarkanku dari konflik di dalam pikiranku tadi. “ gak kenapa-napa kok, oh ya tempatnya cantik yah “ ku memandangi pemandangan indah ini lalu membentangkan kedua tanganku menikmati hembusan angin yang begitu menenangkan dan ku rasa pikiranku mulai merasa tenang.


Bersambung ... 

Selasa, 13 Oktober 2015

Cinta Yang Sesungguhnya Chapter 1



Aku rista rahmawati, seorang gadis smu yang bisa dibilang biasa saja. Gak begitu terkenal di sekolahku karena perbuatan yang baik seperti prestasi ataupun sikapku yang membangkang dan sering berbuat onar, aku bukanlah tipikal yang seperti itu. walaupun aku biasa saja, namun aku begitu beruntung mendapatkan pacar yang sangat tampan dan terkenal di sekolah. Namanya alex horlansyah, seorang ketua osis yang begitu karismatik,tampan,tinggi dan gayanya yang bisa membuat banyak orang menyukainya. Alex sangat mencintaiku begitu juga diriku yang begitu mencintainya, dari sikapnya yang begitu penyayang dan perhatian kepada diriku. Namun semua itu terasa mulai berubah, bukan dari alex. Melainkan dari diriku yang sepertinya hati ini mulai tergoyahkan sejak kedatangan orang itu dalam hidupku.

Aku tengah berjalan seorang diri di dalam sebuah toko buku mencari referensi pelajaran di sekolah dan juga untuk mencari beberapa novel yang menarik perhatianku, sekaligus untuk menambah koleksi novel milikku. Aku datang kemari seorang diri setelah pulang sekolah karena sehabatku gia memiliki urusan penting dengan keluarganya sedangkan alex, dia sedang sibuk dengan kegiatan osisnya. Walaupun begitu alex akan menemuiku nanti setelah dia selesai dengan urusannya. Tak berapa lama ku mencari, akhirnya ku temukan juga buku itu, buku kimia seperti yang dimiliki oleh bu nilam. Namun letak buku yang terlalu tinggi membuatku tak sampai tuk menjangkaunya, saat ku melihat kanan dan kiri tak ada orang yang dapat menolongku mengambil buku itu. kemana penjaga toko ini disaat aku membutuhkannya, gerutuku dalam hati. Akhirnya ku paksakan untuk mengambil buku itu seorang diri dengan menjijitkan kakiku. Tapi tiba-tiba seseorang datang lalu mengambil buku itu, “ inikah buku yang kamu inginkan ? “ pria itu menunjukkan buku yang ada dalam genggaman tangan kokohnya itu. aku hanya membalasnya dengan anggukan ringan, lalu pria itu memberikan buku itu kepadaku. “ lain kali kalau tidak bisa, kamu bisa minta tolong dengan orang lain. “ pria itu tersenyum kepadaku lalu beranjak pergi. Tanpa sempat aku mengucapkan terima kasih kepadanya.

Saat aku ingin membayar buku-buku yang ingin ku beli, aku kembali berjumpa dengan pria tadi. Dia duduk di dekat meja kasir sambil membaca sebuah buku di tangannya, lalu aku memberikan buku-buku yang ingin ku beli kepadanya. “ terima kasih yah, tadi sudah membantu saya. Maaf mengucapkannya terlambat “ aku tersenyum kepadanya lalu dibalas kembali dengan senyumannya yang menurutku begitu indah dan mengalihkan duniaku tuk sementara. “ ya, sama-sama. Itu juga sudah menjadi tugas saya di sini. Semuanya Rp.115.000 “ aku lalu memberikan uang yang pas kepadanya. “ terima kasih sudah datang, ditunggu kedatangannya kembali “ dia kembali tersenyum kepadaku.

Saat keluar dari toko buku itu, aku senyum-senyum sendiri mengingat kejadian-kejadian tadi. Terutama ketika aku ingin pulang, perkataannya masih begitu jelas dalam benakku. Terima kasih sudah datang, ditunggu kedatangannya kembali. Aku ditunggu kembali lagi olehnya, mengingat perkataan itu. aku kembali senyum-senyum sendiri karena salah tingkah. Walaupun sebenarnya aku tau ia mengatakan hal itu kepada seluruh pengunjung toko itu, tepi tetap saja aku jadi salting begini. Tak lama akhirnya aku bertemu dengan alex yang sedang menungguku di salah satu food court.


Bersambung ...

Senin, 12 Oktober 2015

karenanya



Ku memandang wajah polos dihadapanku
Dentuman jantung yang terus berdetak
Terdengar jelas lewat tubuh ini
Menghiasi suasana tenang tak bergeming
Perkataanku pun mulai terbata-bata
Seperti ada sesuatu yang menahanku tuk berkata
Hembusan angin mulai berhembus
Namun tetesan keringat terus mengalir
Perlahan gusarku mulai hilang

Seiring canda dan tawa dari dirinya seorang 

Senin, 05 Oktober 2015

kebingungan karena rasa ini



Sebuah ruang hitam dalam hati
Mulai terbuka secara perlahan
Seiring waktu yang terus berjalan
Ruang yang menciptakan
Rasa yang tak seharusnya kumiliki

Ku tahu ini salah
Dan ku tahu ini hanyalah sebuah ilusi
Namun ku tak sanggup
Menahan rasa yang terus tumbuh dan berkembanng ini

Ku coba menutup krmbali pintu itu
Dan membuang perasaan ini
Namun apa yang dapat
Pemikiran dan hati yang terus bimbang tak menentu
Mengacaukan diri yang lemah ini

Apa yang harus ku perbuat
Dan apa yang harus ku pilih
Ku tak tahu jawabannya

Kini ku hidup dalam kebingungan
Yang begitu menyebalkan

Dengan rasa yang salah ini 

Sabtu, 03 Oktober 2015

Cinta Terpendam Chapter 5 ( End Chapter )



          Aku sedang berjalan menyusuri jalan menuju ke sebuah cafe yang cukup populer di kalangan remaja seperti kami, yah aku tidak sendiri menuju ke cafe itu. melainkan saat ini aku sedang menggandeng tangan seseorang yang sangat ku cintai dan juga ku sayangi, aku dan laras mulai memasuki cafe dengan suasana yang sangat keren karena mengambil tema yang cukup menarik yaitu klasik dan juga natural. Sehingga membuat para pengunjungnnya dapat nyaman di dalam cafe ini, begitu juga kami. “ bang aku tolong pesankan coklat panas aja yah, aku mau ke toilet dulu “ belum lama kami duduk, laras langsung bergegas pergi setelah menitipkan pesanannya kepadaku.

          Tak lama setelah aku memesan coklat panas milik laras dan cappucino milikku, ada seseorang yang memukul pelan pundakku yang tentu saja membuatku sedikit terkejut dengan perlakuan itu. saat aku memandang orang yang melakukan itu, aku sedikit terkejut dan mengucapkan nama itu dengan pelan, “ citra ... “. Orang yang pernah ku cintai dan juga yang telah menghindariku setelah sekian lama, lalu mengapa citra sekarang menghampiriku ? . “ hi norland, sendirian aja yah ? “  citra duduk tepat di depanku karena meja yang kami tempati hanya menyediakan dua kursi saja. “ hi juga, gak kok aku sama seseorang ke sini tapi dia lagi pergi ke toilet ? “ aku menjawab pertanyaan citra sambil berpura-pura bermain handphone, “ oh ya sudah deh, kalau gitu aku pulang dulu yah “ citra mulai bangkit dari duduknya dan membuatku harus memandangnya sebentar dan menjawabnya dengan singkat “ ya “. Belum lama citra keluar dari cafe, laras datang dan langsung duduk di depanku “ tadi kak citra ngapain bang ? “ laras menatap dengan tatapan innocentnya dan memiringkan sedikit kepalanya ke arah kanan yang di sanggah oleh kedua tangannya yang tertahan oleh meja. “ gak ngapa-ngapain kok, dek. Cuma say hello terus duduk bentar langsung pergi dan itu lah yang sebenarnya terjadi tanpa ada penambahan dan pengurangan sama sekali “ aku tersenyum dan ikut memiringkat sedikit kepalaku.

          Akhirnya jam pelajaran pun telah selesai dan sekarang adalah waktunya istirahat. Waktu bagiku untuk makan bersama laras, belum sampai di pintu keluar kelasku. Tiba-tiba citra menarik tanganku ke suatu tempat, sebenarnya aku ingin saja melawan tarikannya namun ku urungkan itu. di sinilah aku sekarang di belakang mushola tempat aku menyatakan cintaku kepada citra namun di tolak olehnya. “ norland, mau gak kamu jadi pacar aku ? “ kata-kata itu membuatku teramat terkejut dan tenggelam dalam kebingungan, mengapa dia menembakku dan apa yang membuatnya seperti ini. Aku pernah menyatakan cinta kepadanya namun di tolak olehnya namun sekarang mengapa citra menembakku yang amat sukses membuatku bertanya-tanya. Belum sempat aku menanyakan alasannya, citra langsung menjawab pertanyaan itu sebelum aku menanyakan alasannya. “ norland, maafkan aku dan aku sangat menyesal. Dulu aku sangat bodoh dan tak mengetahui bahwa orang yang aku cintai itu sebenarnya kamu, norland. Sekarang maukah kamu jadi pacar aku, land. “ tatapan citra seolah-olah pasrah dengan jawabanku namun juga dia menginginkan jawaban yang dia amat inginkan itu. “ maaf, citra. Aku gak bisa, aku sudah mencintai seseorang dan aku tak ingin dia pergi meninggalkanku, cit. “ perkataanku membuatnya meneteskan air mata. tiba-tiba saja citra memelukku dan menangis di dadaku namun tanganku tetap saja bergelantungan ke bawah dan aku tak ingin berusaha memeluk citra yang sedang menangis karena rasa cintaku kepada laras yang membuatku tak sanggup untuk melakukannya.

          Tiba-tiba suara lirih terdengar dari seseorang yang sangat familiar di telingaku, bukan dari citra. Melainkan suara itu berasal dari laras yang entah sejak kapan berada di sana, laras mulai berlari sambil terlihat menangis sebelum dia pergi tadi. Aku langsung sigap melepas dekapan citra dan berlari mengejar laras yang belum terlalu jauh dan langsung mendekapnya dalam pelukanku. Laras berusaha melepaskan dekapanku, namun aku tetap berusaha menahannya. “ dek yang kamu lihat tadi bukan seperti apa yang kamu pikirkan, abang cinta sama adek dan gak mungkin abang mau menyakiti adek “ perkataanku, malah di balasnya dengan pukulan-pukulan di dadaku. “ jangan bohong bang, aku melihatnya sendiri “ belum sempat aku ingin menjawabnya, citra datang dan menjelaskannya ke laras. “ norland gak bohong, dia memang sangat mencintaimu dan sebaiknya kamu jangan pernah menyianyiakan cintanya yang tulus itu. seperti aku yang telah mengabaikan dan menyianyiakan cintanya kepadaku, jangan sampai kamu mengabaikannya atau kamu akan menyesal sama sepertiku. “ perkataan citra sukses membuat laras termenung, lalu citra mulai meninggalkan kami berdua. “ maafkan aku bang dan aku janji bakalan gak akan lagi terjadi hal seperti ini. Adek sayang sama abang “ laras memelukku dengan eratnya “ abang juga dek “.

“ Besarnya cinta tidak diukur dari seberapa banyaknya anda mengatakan I love you atau pun sejenisnya namun cinta itu diukur berdasarkan seberapa tulus seseorang kepada anda dan juga sikapnya kepada anda dibandingkan dengan orang lain . “ – Debby Andrianto

Aye, akhirnya sampai juga di chapter terakhir dari cinta terpendam
Jangan lupa tinggalkan komen kalian yah

Sampai jumpa di cerita selanjutnya.  

Pernyataan cinta



Ku memandang wajah polos di hadapanku
Menghiasi suasana tenang tak bergeming
Dentuman jantung mulai berdetak
Dengan jelasnya terdengar oleh diriku
Kini aku pun mulai terbata-bata dalam berkata
Tak seperti diriku yang biasanya

Hembusan angin pun
Tak dapat menahan keringat
Yang terus mengalir tanpa hentinya
Keluar dari tubuh ini

Kini kau mulai terpaku dalam diam
Setelah kata itu mulai terucap
Dari bibir ini

Kini jawaban ada padamu
Ku hanya bisa pasrah

Menerima jawaban dari dirimu seorang 

Jumat, 25 September 2015

Cinta Terlarang

Berharap mimpi menjadi nyata
Rasa di dalam dada
Tak dapat ku tahan tuk selamanya
Cinta terlarang ini
Begitu membingungkan diriku
Ku tahu ini salah
Ku tahu kita tak seharusnya bersama
Namun aku begitu mencintaimu
Sulit ku manahan gelora ini
Walau ku coba
Tuk menghentikannya
Malah rasa sakit yang ku terima
Tuhan ...
Mengapa kau menciptakanku seperti ini
Mengapa kau ciptakan
Rasa yang terlarang ini
Ku tahu kau memiliki maksud
Di balik ini semua
Tapi mengapa harus rasa yang seperti ini
Ku hanya dapat berserah diri kepadamu
Dan membiarkan waktu

Menjawab semua pertanyaan dariku ini 

Kebodohanku


Ku raba jari jemari tanganmu

Ku pandang wajah tegas dirimu

Ku peluk erat tubuh kekar dirimu

Ku tak ingin kau pergi meninggalkanku

Ku tak ingin kau menghilang dalam hidupku

Ku tak mampu menjalani hidup tanpa dirimu

Namun apalah dayaku tuk menghentikanmu

Ku kini hanya dapat menangis

Meratapi kesalahan yang telah ku perbuat

Ku terus terbayang dirimu dalam kalbuku

Ku menatap kenangan kita di masa lalu

Ku tak mampu menanggung semua ini

Kesalahan bodoh yang ku perbuat sendiri 

Rabu, 23 September 2015

Inilah Nasibku



Kebahagiaan hanya sebuah ilusi
Kesedihan adalah kenyataan
Tangisan  dan kesuraman
Terus menghiasi hariku
Sedangkan bercanda dan tawa
Hampir tak pernah hadir
Mengunjungi hidupku
Ku ingin merasakan
Indahnya sebuah kebahagiaan
Namun apakah itu mungkin
Dengan diriku yang tak sempurna ini
Ku rasa itu tak mungkin terjadi
Ku hanya bisa meratapi nasib
Di balik sebuah jendela
Yang mengurungku

Dari dunia di luar sana 

Cinta Terpendam Chapter 4




          Dari kejauhan aku telah dapat melihat laras, dia terlihat cantik dengan jilbab, baju dan celana training yang di pakainya dengan warna yang senada. Wajahnya begitu segar dan menarik walau tanpa polesan make up sedikit pun. Terasa hilang semua keberanian yang telah kumiliki di gantikan oleh perasaan gugup yang tiada tara, jantung terasa berdebar dengan kencangnya hingga tak mampu ku mengaturnya.
“  p ... pagi laras “ aku dengan gugupnya mengeluarkan kata-kata itu. “ pagi juga bang, ayo bang kita mulai jalannya “ laras menunjukkan senyum manisnya lalu mulai berjalan di depanku yang dari tadi hanya mematung memandanginya. Acara marathon pun kami jalani dengan penuh keceriaan dengan candaannya maupun dariku, bukan hanya itu kami terkadang juga membahas beberapa anime yang menurut kami menarik karena kami adalah sesama otaku. Rasa gugup yang sebelumnya sempat ku rasakan pun perlahan mulai menghilang dan berganti dengan senyuman yang terus saja menghiasi wajahku ini.

          “ bang norland, kita berhenti dulu yah sebentar. Laras capek banget nih “ aku memandang laras yang wajahnya di basahi oleh keringatnya dan nafasnya yang aga tidak teratur. “ ya laras, abang juga dah capek. Kamu lap dulu keringatnya pakai ini “ aku memberikannya sehelai kain bersih yang sejak tadi belum ku pakai. “ kamu tunggu di sini yah, abang cari minum dulu “ aku pun lalu berlari menjauh meninggalkannya. Tak lama aku kembali dengan dua buah botol minuman di kedua tanganku dan ini lah saatnya aku harus mengatakan kepadanya mengenai perasaanku.

          “ laras ini minumnya “ aku menyerahkan salah satu botol itu kepadanya dan duduk di sampingnya yang sejak tadi menungguku. “ makasih bang “ senyuman manisnya mulai membuatku gugup kembali. Namun aku harus mengatakannya sebelum terlambat, “ laras abang mau ngomong sesuatu sama kamu “ ia langsung memandangku dengan tatapan innocentnya. “ mau ngomong apa bang ? “ ia terus memandangku dengan tatapan yang sama. “ ehm ... abang suka sama laras, laras mau gak jadi pacar abang “ laras yang sedang minum langsung tersedak dan menyemburkan air yang ada di mulutnya ke depan. “ kamu gak papa laras “ aku mengelus pundaknya karena dia masih agak terbatuk-batuk “ gak papa kok bang “ laras lalu mulai diam dan terlihat seperti sedang berpikir, namun dia terlihat tersenyum untuk beberapa saat lalu mulai serius kembali.

          Aku yang meihat senyuman yang walau hanya sekilas itu pun mulai optimis. Karena aku pasti akan mendapatkan laras, namun “ maaf bang aku, aku gak bisa ... “ laras mulai bangkit dari tempat duduknya dan mulai berlari sambil menunduk, aku yang mendengar itu pun mulai merasa sedih dan seakan air mata mulai ingin mengalir saja. Aku harus di tolak oleh dua orang wanita yang sangat aku suka, semua itu begitu menyakitkan bagiku. Air mata mulai mengalir dari kelopak mata ini dengan perlahan-lahan seakan dunia mulai melambat mendengar apa yang aku dengar barusan.

          Sebuah suara perlahan-lahan mulai menyadarkanku yang sejak tadi terlarut dalam tangisan yang mengalihkan dunia tuk sementara, “ bang ... bang ... “ kata itu perlahan mulai menyadarkanku dari tangisan ini.  Aku mencari asal suara itu dan ku temukan sumbernya yang saat ini berada tepat di depanku, walau agak jauh di depanku dia melambai-lambaikan tangannya. Laras tengah berdiri dan dapat ku lihat dia tersenyum sambil melambaikan tangannya, “ bang aku juga suka sama abang, kalau abang mau jadi pacar aku coba tangkap aku kalau bisa “ laras berteriak semampunya dengan suaranya yang memang gak terlalu besar dan sebelum berlari laras mengejekku terlebih dahulu.

          Aku tersenyum mendengar perkataannya dan mulai bangkit berdiri mengejar laras yang belum begitu jauh berlari, akhirnya aku meraih tangannya dan dia mulai berbalik menghadapku sambil tertawa yang juga ku sambut dengan tawa. “ akhirnya abang dapat kamu dek, jangan harap bisa lari lagi yah “ aku tetap memegang tangannya dengan pelan agar tidak menyakitinya. “ iya ya, tapi tadi abang kenapa nangis. Jelek tau hahaha “ laras tertawa melihatku yang masih menyisahkan air mata di ujung kelopak mataku dan mata yang memerah.  “ ya ini semua gara-gara kamu yang usil banget sama abang “ lalu aku pun mengelus-elus kepala yang kini menjadi pacarku itu.

Bersambung ...
Gimana ceritanya ...
Tolong tinggalkan komennya yah

Terima kasih para pembaca J