Aku adalah seorang siswi SMA Bina Karya kelas 10, namaku Raina
Yuliana. Aku memiliki tubuh yang pendek namun aku tidaklah gendut ataupun
kurus, aku juga memiliki paras yang lumayan cantik dan sedikit melebihi
kecantikan gadis pada umumnya. Walaupun aku masih kelas 10 dan masih anak baru
di sma ini namun aku telah memiliki rasa kebencian atau tak suka kepada salah
seorang senior.
Namanya adalah Rian Julianto, seorang senior kelas 11 dan
senior yang paling ngeselin yang pernah ada. Dengan tubuhnya yang tinggi dia sesukanya memanggilku pendek, walau
aku sadar, tinggiku sedikit di bawah gadis kebanyakan. Aku juga mendengar dari
salah satu temanku yang mengatakan dia adalah anggota tim basket di sekolah ini.
Mungkin kehidupanku di sma akan menjadi buruk dan suram tak
seperti apa yang orang lain katakan “ masa-masa sma adalah masa yang bikin
kangen dan membahagiakan “. Namun akan berbeda bagiku selama orang itu masih
terus menggangguku. kehidupan yang indah itu mungkin tak akan pernah
terwujudkan dalam hidupku.
Aku dan teman-temanku sedang makan di kantin mengisi perut
yang sudah memberontak minta untuk diisi, awalnya kami mengobrol dengan bebasnya
dengan suasana yang tenang hingga hawa tak enak itu muncul kembali.
Teman-temanku yang tadinya ribut mulai tenang tak bergeming dan suara yang
menyebalkan tanpaku lihat pun aku telah mengetahui siapa dirinya. “ hai pendek
“ akhirnya kata itu keluar juga dari mulut beracunnya dan tak ku pedulikan
orang itu hanya ku nikmati saja makanan yang tersaji di depanku. “ pendek,
makan sendirian nih. Mau ditemanin ? “ lucifer,sebutanku untuknya. Lucifer
duduk didepanku yang tadinya diduduki oleh teman-temanku yang sekarang telah
pindah ke meja sebelah. “ hei lucifer, mau berapa kali aku bilang. Aku gak suka
panggilan yang kamu buat untuk aku. Tolong hentikan itu dan aku tak sendirian
sebelum kamu datang. Terima kasih namun aku lebih baik sendiri dari pada
ditemani oleh oleh iblis yang dapat mengeluarkan racun dari mulutnya sepertimu
“ bukannya marah atau apa dia malah tersenyum dan mungkin aku benar kalau dia
itu mungkin saja iblis yang masuk kedalam tubuh pria di depanku
“ aku gak bisa berhenti memanggilmu, pendek. Tapi aku suka
panggilan yang kamu buat untuk aku, terima kasih “ dia kembali tersenyum yang
membuat teman-temanku dan juga para cewek di situ senyum-senyum gak jelas
kecuali diriku seorang karena senyuman itu adalah racun bagiku. Sudahlah lebih
baik aku menikmati makananku dari pada mengobrol dengan si lucifer.
***
Setelah beberapa lama aku menjalani kehidupanku di sma ini,
si lucifer terus saja mengangguku hingga saat ini walau aku sudah hampir
setahun menumpuh pendidikan di SMA. “ hai pendek “ lucifer datang menghampiriku
yang sedang mengerjakan tugas matematika di hadapanku dengan beberapa buku
sebagai referensiku di dalam perpustakaan sekolah, tanpa melihatnya pun aku
telah mengetahui orang yang memanggilku itu dan aku tak mempedulikannya dan hanya
serius dengan tugasku saja.
“ pendek, lagi buat apa ? “ lucifer melihat buku tulisku
yang dihiasi rumus-rumus yang memuakkan bagiku, namun aku kembali hanya diam
dan menahan emosiku karena lucifer terus saja memanggilku pendek. “ ini salah “
lucifer menunjuk salah satu soal yang telah ku jawab, “ Haaa ? “ aku menatapnya
bingung. “ ini salah dan seharusnya begini “ dia menunjuk soal yang tadi
ditunjuknya lalu menuliskan jawaban yang menurutnya benar di halaman yang
kosong. Setelah ku lihat-lihat, ternyata memang benar jawabanku tadi itu salah
dan miliknyalah yang benar. “ makasih “ jawabku datar, ternyata dia cukup
pintar juga selain jago basket. “ sama-sama pendek “ dia tersenyum kepadaku,
mulai lagi deh panggilan itu keluar dari mulutnya. Padahal aku sudah cukup
senang dengannya, hufftt -,- “ biarkanlah saja dia, raina.
***
Setelah kejadian itu, disaat lucifer membantu tugasku. Dia
semakin sering menolongku dan agak mengurangi panggilan itu kepadaku, namun
kenapa membuatku menjadi merasa berbeda yah. Seperti ada yang kurang dan
bertambah sekaligus terhadap dirinya tapi aku tak tau apakah hal itu. tapi aku
juga cukup senang dengan dirinya yang sekarang ini, membuatku cukup dekat
dengannya.
Setelah pulang sekolah, aku menyempatkan untuk meminjam
beberapa buku di perpustakaan. Saat sedang mencari-cari buku, aku melihatnya
sedang tertidur dengan nyenyaknya. Entah kenapa wajahnya terlihat begitu tampan
dan begitu damai saat dia sedang tertidur, berbeda saat dia sedang terbangun
yang tanpa sadar aku menggumamkannya. Aku tak sadar sudah berapa lama
memandangi wajahnya, aku sadar ketika dia berkata masih dengan mata yang
tertutup itu “ mau sampai kapan,pendek. Kamu mau lihatin wajah tampan aku “.
Aku mendengus kesal dan ingin beranjak dari tempat ini, “ hati-hati dijalan yah
“ dia menggenggam tangan ku lalu tak lama dia melepaskannya kembali. Dasar lucifer aneh .
Saat sedang berjalan di koridor yang cukup sepi, seseorang
menarikku ke dalam sebuah ruang kelas secara tiba-tiba. Aku ingin berteriak
tapi mulutku ditutup oleh orang itu, saat aku lihat orang itu ternyata mereka
adalah gengnya fiona. Fiona adalah cewek yang menganggap dirinya itu kekasihnya
lucifer, padahal tidaklah seperti itu hubungan mereka.
“ apa mau kamu ? “ tanya setelah mulutku dibuka oleh orang
yang menutupnya tadi. “ raina, jangan berani yang kamu dekat-dekat pacar aku “
fiona menunjuk-nunjuk aku. “ aku tak merasa tuh, dekat-dekat dengan pacar
orang. Anyway, memangnya sejak kapan kamu punya pacar fio ? “ aku pura-pura tak
tau apa yang dia bicarakan. “ jangan sok bodoh deh, siapa sih yang gak tau
kalau pacar aku itu bang rian “ fiona mulai emosi kepadaku yang terlihat dari
raut wajahnya dan juga nada bicaranya. “ bukannya dia single dan memang ada
cowok yang mau sama cewek kayak kamu ? “ fiona sudah terlihat sangat marah dan
teman-temannya langsung memegangi tangan dan kakiku agar tidak bergerak. “
kalau ku bilang kau jangan mendekatinya yah jangan kau dekati. Bila tidak aku
akan melakukan hal yang lebih buruk dari ini “ aku melihatnya mengangkat tangannya
dan ingin memukulku dan aku langsung menutup mataku tapi kenapa tangan itu tak
mengenai wajah atau bagian tubuhku yang lain.
“ B.. b.. bang rian “ Suara fiona membuatku membuka mataku
yang tertutup, ku lihat tangan lucifer memegang tangan fiona yang ingin
memukulku. “ jangan kau mencoba menyentuh riana atau kau akan tau akibatnya “ lucifer
melepaskan tangan fiona lalu melihat ke teman-teman fiona yang memegang tubuhku
dengan tatapannya yang mengerikan, secara refleks mereka melepaskannya lalu
lucifer menarikku keluar kelas. Tapi ketika di depan pintu dia berbalik “
jangan pernah lagi kau mengatakan aku ini pacar kamu karena orang yang aku suka
itu adalah riana dan dia adalah pacar aku “ lucifer lalu menarik tanganku lagi
ke suatu tempat, namun sebelum itu aku sempat melihat wajah fiona yang tampak
begitu kesal dan itu membuatku senang sekali.
“ pendek, apakah ada yang terluka ? “ lucifer melihat wajah
dan memutar tubuhku memastikan aku baik-baik saja saat kami sudah berada di
parkiran motor dekat motornya. “ ya, aku baik-baik aja kok. Malah kamu yang
buat tangan aku sakit dengan narik aku kuat-kuat kayak tadi “ aku mendengus
kesal terhadapnya. “ maaf “ lucifer menundukkan wajahnya menatap bumi, kenapa
aku malah membuatnya sedih dan bukannya berterima kasih. “ sebenarnya gak ada
yang sakit kok, aku hanya bercanda saja tadi. Makasih yah sudah menolongku “
aku menunjukkan senyuman terbaikku agar dia tak lagi seperti itu, karena aku
tak menyukai ekspresinya di saat ia terlihat bersalah seperti itu.
“ dasar kamu tuh, pendek. Bikin orang sedih aja “ lucifer
tertawa lalu mengusap-usap kepalaku dan aku membiarkannya saja yang sebenarnya
aku juga merasa suka dengan hal itu. “ oh ya tentang yang tadi di depan pintu
kelas, apakah kamu serius tentang hal itu ? “ aku bertanya kepadanya dan dia
langsung menghentikan kegiatannya tadi. “ ya aku serius “ujarnya, “ T.. tapi
... sejak kapan kita pac- “ belum selesai aku mengatakannya, lucifer langsung
meletakkan jarinya di bibirku “ raina yuliana atau lebih enak dipanggil pendek
maukah kamu jadi pacarku, seniormu ini ? “ aku seperti disambar petir disaat
langit yang begitu cerahnya, aku tak menyangka dia mengatakan hal itu. jujur
belakangan ini, aku merasa sangat nyaman dengannya dan terkadang juga
merindukan dirinya yang seperti dulu yang selalu memanggilku pendek, mungkinkah
aku menyukainya ? . ku rasa... aku juga mencintainya.
“ A... a.. aku .... “ belum sempat menyelesaikan kalimatku,
dia sudah menutup bibirku dengan jarinya kembali. “ kamu gak perlu jawab
sekarang karena aku gak pengen dengar hal yang buruk dari dirimu “ hufffttt, orang ini sungguh menjengkelkan.
Aku pun berusaha menjauhkan tangannya dari bibirku agar aku bisa mengatakannya
“ aku juga menyukaimu dan aku mau “ aku tersenyum lalu mengangguk dan menundukkan
wajahku karena aku merasa malu. Tiba-tiba aku merasa ada yang memelukku dengan
cukup erat namun terasa hangat dalam pelukannya dan ku dengar dia berkata “
terima kasih “.
Seseorang atau banyak orang sering mengatakan hal ini “
jangan terlalu membenci seseorang karena mungkin suatu saat perasaanmu akan
berubah dari kamu yang membencinya menjadi kamu mencintainya karena benci dan
cinta itu, berbeda namun begitu tipis perbedaannya. “
Kurasa itulah yang kurasakan saat bersamanya, diawali dengan
perasaan benci yang begitu besarnya. Namun sekarang perasaan itu kini berubah
menjadi perasaan cinta dan sayang yang begitu besar melebihi perasaan benciku
sebelumnya. Ku tak ingin perasaan ini kembali menjadi kebencian dan aku ingin
tetap seperti, ku dan dia kan berusaha agar kita tetap bersama .